Fahri Hamzah Anggap Capres Jawa Sentris: Lebih Baik Presiden Dipilih MPR
Senin, 15 November 2021 - 04:14 WIB
“Maafkan jika saya membayangkan suatu yang ideal sebab negara ini layak mendapatkan yang paling ideal. Janganlah lagi pemilihan pemimpin kayak kemarin, beli kucing dalam karung dengan debat ala kelompencapir. Out of the blue alias ujug-ujug calon tinggal dua podo ae sami mawon,” ucapnya.
Mantan anggota Komisi III DPR ini meyakini bahwa elite politik Indonesia tahu mereka tengah ditipu mekanisme pilpres, atau sengaja menipu diri sendiri. Dia menyayangkan kalau pilpres langsung saat ini dilaksanakan sekadar basa-basi. Padahal, kalau mau Indonesia bisa menggunakan sistem tak langsung.
Untuk itu, Fahri menyarankan agar baiknya sistem pemilu legislatif (pileg) diubah menjadi sistem pemilihan distrik, dan anggota MPR hasil pemilihan distrik itu yang memilih presiden.
“Daripada kita memilih sistem pilpres langsung tapi gak ada copras capres yang mau tarung terbuka ya mendingan pileg dibuat sidtim distrik lalu MPR memilih presiden dari anggota MPR terpilih. Keduanya lebih jelas dan terus terang. Gak nipu diri dan adu domba rakyat,” kata Fahri.
Karena, dia melihat, capres-capresan ini mereduksi kebesaran negara Indonesia, bahkan seperti penipuan para elite politik di Jakarta kepada seluruh rakyat Indonesia. Kenapa masalah capres ini selalu Jakarta sentris dan itu hal yang menyebalkan baginya.
“Lama-lama copras capres ini mereduksi kebesaran republik ini. Semacam penipuan elite jakarta terhadap rakyat di se-antero negeri. Kita harus koreksi sirkus jakarta sentris ini. Indonesia luas, rakyatnya banyak dan beragam. Masak pemimpinnya cuman 2 alternatif. Menyebalkan!” tukasnya.
“Jika rakyatnya banyak, pulaunya banyak, yg bisa mimpin pasti banyak. Petarungnya banyak, maka akan membuat yang terbaik dari seluruh negeri tampil. Mantan bupati dan walikota, mantan gubernur dan politisi daerah kawakan. Banyak sekali yg perlu masuk gelanggang,” kata Fahri.
Mantan anggota Komisi III DPR ini meyakini bahwa elite politik Indonesia tahu mereka tengah ditipu mekanisme pilpres, atau sengaja menipu diri sendiri. Dia menyayangkan kalau pilpres langsung saat ini dilaksanakan sekadar basa-basi. Padahal, kalau mau Indonesia bisa menggunakan sistem tak langsung.
Untuk itu, Fahri menyarankan agar baiknya sistem pemilu legislatif (pileg) diubah menjadi sistem pemilihan distrik, dan anggota MPR hasil pemilihan distrik itu yang memilih presiden.
“Daripada kita memilih sistem pilpres langsung tapi gak ada copras capres yang mau tarung terbuka ya mendingan pileg dibuat sidtim distrik lalu MPR memilih presiden dari anggota MPR terpilih. Keduanya lebih jelas dan terus terang. Gak nipu diri dan adu domba rakyat,” kata Fahri.
Baca Juga
Karena, dia melihat, capres-capresan ini mereduksi kebesaran negara Indonesia, bahkan seperti penipuan para elite politik di Jakarta kepada seluruh rakyat Indonesia. Kenapa masalah capres ini selalu Jakarta sentris dan itu hal yang menyebalkan baginya.
“Lama-lama copras capres ini mereduksi kebesaran republik ini. Semacam penipuan elite jakarta terhadap rakyat di se-antero negeri. Kita harus koreksi sirkus jakarta sentris ini. Indonesia luas, rakyatnya banyak dan beragam. Masak pemimpinnya cuman 2 alternatif. Menyebalkan!” tukasnya.
“Jika rakyatnya banyak, pulaunya banyak, yg bisa mimpin pasti banyak. Petarungnya banyak, maka akan membuat yang terbaik dari seluruh negeri tampil. Mantan bupati dan walikota, mantan gubernur dan politisi daerah kawakan. Banyak sekali yg perlu masuk gelanggang,” kata Fahri.
(muh)
tulis komentar anda