Mengenang Tokoh dan Buku

Sabtu, 30 Oktober 2021 - 06:47 WIB
Kita bergeser saja ke pengisahan Selo Soemardjan (Mardjan). Pembelajar sosial jelas durhaka bila tak hafal dan mengenal Selo Soemardjan, berikut karangan-karangannya. Nama itu penting, tak pantas dilupakan dalam jagat ilmu sosial di Indonesia. Pada usia 19 tahun, Mardjan bekerja sebagai abdi dalem di Kasultanan Yogyakarta. Pengabdian bermula dari tingkatan paling rendah: juru ketik. Selain belajar tata pemerintahan, ia rupanya juga belajar dan melakukan pengamatan atas perubahan sosial-kultural masyarakat.

Pada usia 40 tahun, Mardjan pergi ke Universitas Cornell untuk berkuliah, mengambil studi sosiologi. Program doktoral beres ditempuh pada 1959 dan melahirkan disertasi fenomenal berjudul Social Changes in Jogjakarta. Buku itu terbit dalam bahasa Indonesia berjudul Perubahan Sosial di Yogyakarta (1981), dicetak UGM Press. Kini, kita juga menjumpai edisi terbitan Komunitas Bambu (2009).

Doktor sosiologi pertama di Indonesia itu merasa wajib mengajarkan ilmu sosiologi. Pengajaran turut disampaikan dalam karangan-karangan berwujud buku. Penerbitan seperti mengemban misi ajakan untuk belajar gagasan-gagasan kunci sosiologi dari para pemikir-intelektual dunia. Buku Setangkai Bunga Sosiologi, satu di antaranya.

baca juga: Agenda Lelah Pengulik Sastra Akademis

Soerjono Soekanto dalam buku diktat laris-manis sepanjang masa berjudul Sosiologi: Suatu Pengantar (1982) mencatat peran Selo Soemardjan, “bersama Soelaeman Soemardi, pengarang yang sama telah menghimpun bagian-bagain dari text book ilmu sosiologi dalam bahasa Inggris yang disertai dengan pengantar ringkas dalam bahasa Indonesia. Buku yang berjudul Setangkai Bunga Sosiologi itu diterbitkan pada 1964 dan dipakai sebagai bacaan wajib pada beberapa perguruan tinggi negeri dan swasta”.

Buku itu beredar pada masa revolusi belum diharap padam. Buku pun bersejarah dalam penerbitan buku-buku sosiologi di Indonesia. Soerjono Soekanto tak memberi tanggapan atau komentar mengenai judul. BM justru berseloroh, “Judul agak puitis untuk buku berisi teks-teks sosiologi berbahasa Inggris”.

Kita mengerti kontribusi dan ketokohan Selo Soemardjan tak sedikit. Persembahan buku menegaskan Selo Soemardjan menjadi bab penting dalam sejarah intelektual dan perkembangan-kemajuan ilmu sosiologi di Indonesia. Selo Soemardjan tak hanya catatan kaki.

baca juga: Novelis Tanzania Abdulrazak Gurnah Sabet Nobel Sastra

Sementara untuk buku, BM berseru guna mengingat buku-buku tua. Sekian buku itu kembali terbaca dan termaknai. Seperti Serat Pathi Basa (1916), Kitab Arti Logat Melajoe (1914), Baoesastra Melayoe-Djawa (1916), “soerat tjerita” Mas Marco Kartodikromo berjudul Mata Gelap (1914), juga terjemahan novel Andre Gide bertajuk Simfoni Pastoral (1987) untuk menyebut beberapa contoh. Komposisi esai dalam Titik Membara ini, memang lebih banyak tokoh tinimbang buku.

Kita menjumpai buku-buku dari masa lalu tak langgeng dan lekas surut. Beberapa buku justru terbenam atau karam, tak lagi teringat dan tercatat. BM mengutarakan, barangkali kita terlalu gampang melupakan buku dan kamus-kamus lawas, dengan tanpa sesalan dan ratapan. Buku-buku tua yang rapuh dan kusam itu masih mendapat restu untuk tampil saat dunia gegap gempita merayakan abad digital. Pembahasan menarik kita pelesir di hadapan buku, di lembaran-lembaran sang waktu.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More