Said Aqil Ungkap Sejarah Hari Santri Nasional
Sabtu, 23 Oktober 2021 - 09:43 WIB
JAKARTA - Hari Santri Nasional diperingati setiap tanggal 22 Oktober. Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj mengungkapkan latar belakang lahirnya Hari Santri Nasional.
"Hari ini adalah hari yang sangat istimewa dalam perjalanan kita sebagai bangsa dan sangat penting bagi kesadaran kita sebagai umat beragama. Hari ini lah pada 76 tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 22 Oktober 1945 Kyai Haji Hasyim Ashari mengeluarkan fatwa yang dikenal dengan Resolusi Jihad ," ujarnya dalam acara puncak peringatan Hari Santri Nasional yang ditayangkan kanal Youtube NU bernama TVNU Televisi Nahdlatul Ulama pada Jumat 22 Oktober 2021.
Dia menjelaskan fatwa tersebut berisi perang mengusir penjajah dari Tanah Air, merupakan fardhu ain bagi setiap muslim. Dia menambahkan Resolusi Jihad Fisabilillah dengan jelas menilai nasionalisme Indonesia yang berbasis Ahlussunnah Wal Jamaah itu adalah kewajiban mempertahankan kemerdekaan NKRI sebagai satu-satunya pemerintahan yang sah umat Islam dan anggota TNI harus mengangkat senjata pada penjajahan Belanda dan sekutunya.
"Inilah peristiwa sejarah penting yang melatarbelakangi lahirnya Hari Santri, suatu keputusan dan keagamaan penting dari para ulama dan pesantren yang menjadikan negara Indonesia yang baru diproklamirkan waktu itu tetap tegak berdiri di Indonesia tidak jatuh kembali ke tangan penjajah," tuturnya.
Dia menerangkan, resolusi jihad menunjukkan peran besar dalam menegakkan kebhinekaan negara Indonesia. Resolusi jihad juga menggambarkan antara Islam dan nasionalisme bukanlah hal yang kontraproduktif, justru tidak bisa dipisahkan. "Resolusi jihad merupakan ekspresi patriotisme dan nasionalisme santri yang berbasis ajaran Islam Ahlussunnah Wal Jamaah," terangnya.
Maka itu, dia pun ingin membangkitkan kembali semangat perjuangan melawan penjajah, meneguhkan komitmen kebangsaan, dan melunasi janji para pendiri bangsa yang telah ditunjukkan para santri terdahulu di Hari Santri Nasional.
Sementara itu, Ketua Lembaga Rabithah Maahid Islamiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Abdul Ghofar Rozin bersyukur sejak ditetapkannya Hari Santri Nasional hingga saat ini NU telah berusaha memiliki sejumlah capaian baru setiap tahunnya. "Dari sisi akademik kita selalu berusaha untuk memfasilitasi santri di pesantren-pesantren yang kita ukur keberhasilannya setiap Hari Santri. Rangkaian Hari Santri pun lebih banyak diwarnai dan didominasi oleh kegiatan-kegiatan yang sifatnya akademik," katanya.
"Hari ini adalah hari yang sangat istimewa dalam perjalanan kita sebagai bangsa dan sangat penting bagi kesadaran kita sebagai umat beragama. Hari ini lah pada 76 tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 22 Oktober 1945 Kyai Haji Hasyim Ashari mengeluarkan fatwa yang dikenal dengan Resolusi Jihad ," ujarnya dalam acara puncak peringatan Hari Santri Nasional yang ditayangkan kanal Youtube NU bernama TVNU Televisi Nahdlatul Ulama pada Jumat 22 Oktober 2021.
Dia menjelaskan fatwa tersebut berisi perang mengusir penjajah dari Tanah Air, merupakan fardhu ain bagi setiap muslim. Dia menambahkan Resolusi Jihad Fisabilillah dengan jelas menilai nasionalisme Indonesia yang berbasis Ahlussunnah Wal Jamaah itu adalah kewajiban mempertahankan kemerdekaan NKRI sebagai satu-satunya pemerintahan yang sah umat Islam dan anggota TNI harus mengangkat senjata pada penjajahan Belanda dan sekutunya.
"Inilah peristiwa sejarah penting yang melatarbelakangi lahirnya Hari Santri, suatu keputusan dan keagamaan penting dari para ulama dan pesantren yang menjadikan negara Indonesia yang baru diproklamirkan waktu itu tetap tegak berdiri di Indonesia tidak jatuh kembali ke tangan penjajah," tuturnya.
Dia menerangkan, resolusi jihad menunjukkan peran besar dalam menegakkan kebhinekaan negara Indonesia. Resolusi jihad juga menggambarkan antara Islam dan nasionalisme bukanlah hal yang kontraproduktif, justru tidak bisa dipisahkan. "Resolusi jihad merupakan ekspresi patriotisme dan nasionalisme santri yang berbasis ajaran Islam Ahlussunnah Wal Jamaah," terangnya.
Maka itu, dia pun ingin membangkitkan kembali semangat perjuangan melawan penjajah, meneguhkan komitmen kebangsaan, dan melunasi janji para pendiri bangsa yang telah ditunjukkan para santri terdahulu di Hari Santri Nasional.
Sementara itu, Ketua Lembaga Rabithah Maahid Islamiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Abdul Ghofar Rozin bersyukur sejak ditetapkannya Hari Santri Nasional hingga saat ini NU telah berusaha memiliki sejumlah capaian baru setiap tahunnya. "Dari sisi akademik kita selalu berusaha untuk memfasilitasi santri di pesantren-pesantren yang kita ukur keberhasilannya setiap Hari Santri. Rangkaian Hari Santri pun lebih banyak diwarnai dan didominasi oleh kegiatan-kegiatan yang sifatnya akademik," katanya.
(rca)
tulis komentar anda