Sakti, Nyawa Orang Nomor 1 di TNI AD Ini Selamat Meski Diberondong Tembakan

Jum'at, 22 Oktober 2021 - 05:22 WIB
Di sisi lain, bantuan pasukan yang diharapkan pun tak kunjung datang. Meski begitu, Rudini tak putus asa, bersama pasukannya Rudini bertempur habis-habisan walaupun tembakan bertubi-tubi datang dari atas dan samping bukit. Keberanian dan kegigihan Rudini beserta pasukannya membuahkan hasil, beberapa pemberontak tewas diterjang peluru panas pasukannya dan sebagian lagi melarikan diri ke hutan.

Setelah situasi mereda, Rudini kemudian melakukan konsolidasi dengan pasukannya. Saat itulah baru diketahui, jika atap mobil Jeep yang ditumpanginya terkena 27 tembakan dan menyebabkan sopirnya gugur. Secara teoritis dengan jumlah peluru yang bersarang di atas mobil Jeep tersebut, mestinya Rudini tewas terkena tembakan. Namun, kenyataannya nyawa Rudini selamat. Peristiwa ini menggegerkan penduduk sekitar dan seluruh Batalyon 518/Brawijaya. Setelah kejadian itu, Rudini tidak lagi dipandang sebelah mata.

Berkat keberanian dan kecerdasannya, Rudini kemudian diangkat Presiden ke-2 RI menjadi orang nomor satu di TNI Angkatan Darat (AD) menyisihkan tiga jenderal seniornya yakni, Wiyogo Atmodarminto, Soesilo Sudarman, dan Himawan Soesanto.

Menhankam/Pangab Jenderal M Jusuf dalam buku biografi berjudul “Jenderal M Jusuf: Panglima Para Prajurit” menceritakan, semula M Jusuf menginginkan penerus Jenderal TNI Poniman berasal dari perwira terbaik lulusan Akademi Militer Nasional (AMN) Yogyakarta. Saat itu, munculah nama Wiyogo Atmodarminto, Soesilo Sudarman, dan Himawan Soesanto.



Namun dari ketiga nama tersebut, kata M. Jusuf, nama Rudini lah yang keluar langsung dari mulut Presiden Soeharto. Tugasnya saat itu, hanya memanggil mantan Komandan Batalyon 401/Banteng Raiders itu untuk menghadap ke rumahnya di Jalan Teuku Umar, Jakarta Pusat. Soeharto kemudian menunjuk Rudini untuk menduduki jabatan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) periode 1983-1986.

Saat itu Rudini mengaku terkejut dengan pengangkatannya sebagai KSAD oleh Presiden Soeharto. ”Ketika itu saya pikir. Kok saya dinaikkan pangkat. Lalu tahu-tahu bisa langsung menjadi Kasad. Jadi ini dua kali kejutan,” ucap Rudini dalam buku biografinya berjudul “Rudini: Potret Pengabdian Prajurit TNI AD”. Rudini merupakan Panglima Kostrad kedua setelah Soeharto yang diangkat menjadi KSAD.

Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto dalam buku biografinya berjudul “Kepemimpinan Militer: Catatan dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto” mengisahkan, rencana pergantian Poniman sebelumnya juga didengar Ibu Negara, Tien Soeharto.

Dalam sebuah makan malam di Jalan Cendana, Bu Tien berharap Pangdam Udayana Mayjen Dading Kalbuadi yang akan menjabat Kasad. Dia mengutarakan hal itu kepada Pak Harto. “Itu lho Pak, sing apik iku (yang bagus itu) Pangdam Bali Pak Dading. Tinggi, gagah dan ganteng Pak. Cocok itu, sebaiknya dia yang jadi Kasad Pak,” kata Bu Tien, ditirukan Prabowo. Makan malam keluarga itu memang hanya tiga orang. Pak Harto, Bu Tien, dan Prabowo.

Pak Harto hanya tersenyum mendengar ucapan istrinya. Pada makan malam berikutnya Bu Tien kembali menanyakan hal sama. Dia kembali berharap Dading Kalbuadi yang dipilih. Sama seperti sebelumnya, Pak Harto hanya tersenyum. “Masih digodok,” ujar Presiden kelahiran Kemusuk, DIY itu.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More