Bung Karno, Arsitek dan Seniman yang Warnai Bangunan Nasional
Rabu, 03 Juni 2020 - 07:54 WIB
JAKARTA - Banyak cerita dan sejarah yang mengupas tentang kisah hidup dan kepribadian Presiden pertama Indonesia Ir Soekarno . Selain dikenal sebagai Proklamator RI, tokoh yang biasa disapa Bung Karno ini ternyata seorang arsitek yang mewariskan karya arsitektur yang tersebar dalam berbagai bangunan publik nasional.
Hal itu terungkap dalam diskusi virtual bertema "Bung Karno Sang Arsitek" yang menghadirkan Arsitek dan Pengajar Universitas Pancasila Yuke Ardhiati yang dipandu oleh sejarawan Bonnie Triyana, Selasa 2 Juni 2020.
Yuke menjelaskan, Bung Karno sebenarnya lulusan Teknik Sipil jurusan Pengairan (Waterbouwkunde) dari Institut Teknologi Bandung (ITB). Namun, seorang profesor di ITB kemudian mengenali bakat Bung Karno dalam menggambar, sehingga diminta agar bersedia menjadi asisten dengan tugas semacam draftman sejumlah proyek arsitektur.
Nama sang profesor adalah Charles Prosper Wolff Schoemaker, yang dikenal juga sebagai arsitek sejumlah bangunan seperti Villa Isola dan Hotel Preanger di Bandung, Jawa Barat. Salah satu rumah yang terkenal menjadi karya mereka berdua adalah rumah Red Tulip.
"Kesempatan baik itu menjadikan Bung Karno percaya diri mendirikan biro arsitek di tahun 1926," kata Yuke.( )
Belakangan, Sukarno lalu bermitra dengan Ir Anwari, kemudian Roosseno Soerjohadikoesoemo yang dikenal sebagai Bapak Beton Indonesia, sebagai biro konsultan arsitektur.
Di tengah perjuangan kemerdekaan Indonesia, Sukarno banyak mengerjakan ide arsitektur, sementara Rooseno yang melaksanakan konstruksinya.
Yuke yang menulis sejumlah buku mengenai karya arsitektur nasional di era Bung Karno ini melanjutkan, pengalaman itulah yang berkontribusi pada kematangan Sukarno mewujudkan berbagai karya di era berikutnya. Termasuk ketika menjadi presiden Indonesia, dimana berbagai bangunan historis negara dibangun dan bertahan hingga kini.
"Dalam arsitektur, gagasan itu sudah dipandang sebagai karya. Sejak bekerjasama dengan zaman Pak Anwari dan Pak Rooseno, Bung Karno berperan sebagai penyumbang gagasan," terang Yuke.
Hal itu terungkap dalam diskusi virtual bertema "Bung Karno Sang Arsitek" yang menghadirkan Arsitek dan Pengajar Universitas Pancasila Yuke Ardhiati yang dipandu oleh sejarawan Bonnie Triyana, Selasa 2 Juni 2020.
Yuke menjelaskan, Bung Karno sebenarnya lulusan Teknik Sipil jurusan Pengairan (Waterbouwkunde) dari Institut Teknologi Bandung (ITB). Namun, seorang profesor di ITB kemudian mengenali bakat Bung Karno dalam menggambar, sehingga diminta agar bersedia menjadi asisten dengan tugas semacam draftman sejumlah proyek arsitektur.
Nama sang profesor adalah Charles Prosper Wolff Schoemaker, yang dikenal juga sebagai arsitek sejumlah bangunan seperti Villa Isola dan Hotel Preanger di Bandung, Jawa Barat. Salah satu rumah yang terkenal menjadi karya mereka berdua adalah rumah Red Tulip.
"Kesempatan baik itu menjadikan Bung Karno percaya diri mendirikan biro arsitek di tahun 1926," kata Yuke.( )
Belakangan, Sukarno lalu bermitra dengan Ir Anwari, kemudian Roosseno Soerjohadikoesoemo yang dikenal sebagai Bapak Beton Indonesia, sebagai biro konsultan arsitektur.
Di tengah perjuangan kemerdekaan Indonesia, Sukarno banyak mengerjakan ide arsitektur, sementara Rooseno yang melaksanakan konstruksinya.
Yuke yang menulis sejumlah buku mengenai karya arsitektur nasional di era Bung Karno ini melanjutkan, pengalaman itulah yang berkontribusi pada kematangan Sukarno mewujudkan berbagai karya di era berikutnya. Termasuk ketika menjadi presiden Indonesia, dimana berbagai bangunan historis negara dibangun dan bertahan hingga kini.
"Dalam arsitektur, gagasan itu sudah dipandang sebagai karya. Sejak bekerjasama dengan zaman Pak Anwari dan Pak Rooseno, Bung Karno berperan sebagai penyumbang gagasan," terang Yuke.
Lihat Juga :
tulis komentar anda