Sosok Jenderal Bintang 5 di Indonesia, Diberi Penghargaan karena Jasa-jasanya

Rabu, 13 Oktober 2021 - 05:39 WIB
Panglima Besar Jenderal Soedirman saat revolusi kemerdekaan. Foto/Arsip Nasional
JAKARTA - Jenderal Bintang 5 di Indonesia atau Jenderal Besar TNI merupakan pangkat tertinggi di militer. Sejak revolusi kemerdekaan hingga kini, hanya ada tiga tokoh militer yang menyandang pangkat tersebut.

Mereka adalah Panglima Besar Jenderal Soedirman, Jenderal Besar TNI A.H. Nasution dan Presiden ke 2 RI Jenderal Besar TNI (Purn) Soeharto. Ketiga Perwira Tinggi (Pati) Angkatan Darat (AD) itu mendapat gelar Jenderal Bintang 5 saat peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-52 ABRI sekarang bernama TNI pada 1997. Gelar ini diberikan karena jasa-jasanya yang dinilai besar terhadap bangsa dan negara bahkan dunia.

Dalam Peraturan Pemerintah (PP) No 32 Tahun 1997 Pasal 7 ayat 2a menyatakan: “Pangkat Jenderal Besar Tentara Nasional Indonesia, Laksamana Besar Tentara Nasional Indonesia, dan Marsekal Besar Tentara Indonesia sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya diberikan kepada Perwira Tinggi yang sangat berjasa terhadap perkembangan bangsa dan negara pada umumnya dan Tentara Nasional Indonesia pada khususnya.”

Panglima Besar Jenderal Soedirman



Pria kelahiran 24 Januari 1916 di Purbalingga, Jawa Tengah ini merupakan tokoh militer yang dihormati. Jasa-jasanya dalam mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan negara menjadikannya sosok yang layak menyandang pangkat Jenderal Bintang 5.

Sejak belia, pemilik nama Raden Soedirman menunjukkan sikap yang tenang dan solutif sehingga membuatnya mendapat sebutan Kaji Cilik atau Mas Kiai. Soedirman juga aktif di berbagai organisasi seperti Hizbul Wathan, kepanduan Muhammadiyah di daerah Banyumas, Pemuda Muhammadiyah, hingga Majelis Pemuda Muhammadiyah di Banyumas. Soedirman kemudian mengabdikan dirinya sebagai guru di HIS Muhammadiyah, Cilacap pada 1936.

Soedirman kemudian bergabung menjadi ketua sektor Lucht Besherming Dienst (LBD) atau Dinas Perlindungan Bahaya Udara yang dibentuk Belanda. Namun, setelah terjadi pendudukan Jepang di Hindia-Belanda, Soedirman menjadi anggota Syu Sangikai (dewan perwakilan), anggota Jawa Hokokai Karesidenan Banyumas, serta mengikuti pelatihan Pembela Tanah Air (PETA) di Bogor pada 1944 yang dibentuk Jepang. Selanjutnya, Soedirman dinobatkan menjadi daidancho (komandan batalion) Daidan III di Kroya, Banyumas. Selama menjabat komandan battalion, Soedirman bersama rekan-rekannya melakukan pemberontakan.



Setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya, Soedirman bertemu Presiden Soekarno dan ditugaskan mengawasi proses penyerahan diri tentara Jepang di Banyumas. Soedirman kemudian membentuk divisi lokal Badan Keamanan Rakyat (BKR). Pasukannya lalu dijadikan bagian dari Divisi V pada 20 Oktober oleh panglima sementara Oerip Soemohardjo, dan Soedirman bertanggung jawab atas divisi tersebut. Pada 12 November 1945, dalam sebuah pemilihan untuk menentukan panglima besar Tentara Keamanan Rakyat (TKR) di Yogyakarta, Soedirman terpilih menjadi panglima besar, sedangkan Oerip menjadi kepala staf.
Halaman :
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More