Manfaatkan Masa Reses ke Dapil, Legislator Golkar Ini Sasar Petani
Selasa, 12 Oktober 2021 - 22:27 WIB
JAKARTA - Anggota DPR RI dari Daerah Pemilihsan Sumatera Utara II Lamhot Sinaga membantu petani jagung untuk meningkatkan produktivitas melalui pemberian mesin pemipil jagung di Desa Parsuratan, Kecamatan Balige, Kabupaten Toba, Provinsi Sumatera Utara. Pemberian mesin pemipil ini untuk mengimbangi luasan lahan jagung sebesar 3.000-5.000 hektar, khususnya di Kabupaten Danau Toba dan tujuh kabupaten di sekitar Danau Toba.
Sehingga, luasan lahan tersebut ditunjang oleh produktivitas petani dalam memipil jagung yang saat ini masih dilakukan secara manual (belum mekanisasi). Hal itu dikatakan Lamhotdalam rangka reses DPR RI Masa Persidangan I Tahun Sidang 2021-2022, Senin 11 Oktober 2021.
"Persoalannya adalah masyarakat di sekitar 7 kabupaten kawasan Danau Toba ini memipil jagung masih manual. Jadi, tidak sama antara luasan jagung dengan produktivitas pemipil jagungnya. Jadi kapasitas produksi di tingkat petani sangat rendah," ujarnya.
Lamhot menjelaskan jika rata-rata tujuh kabupaten di sekitar Danau Toba ini memiliki luasan 3.000 hektar jagung, berarti total terdapat 21 ribu hektar lahan yang siap dipakai untuk memproduksi jagung. Jika satu hektar mampu hasilkan enam ton dengan kapasitas mesin bekerja enam jam per hari, maka enam ton tersebut dikali luas lahan 21 ribu hektar, bisa hasilkan 126 ribu ton per hari.
"126 ribu ton hanya dari kawasan Danau Toba saja. Tapi persoalannya adalah itu dari sisi luasan lahan. Belum pada produktivitas petaninya dalam memipil jagung. Hitungan saya begitu saja," jelas Politikus Partai Golkar ini.
Lamhot menilai potensi untuk meningkatkan produktivitas jagung di masyarakat sekitar Danau Toba ini sangat luar biasa. Sebab, bertani jagung bagi masyarakat di daerah tersebut adalah suatu kegiatan turun-temurun yang sudah dilakukan sejak lama oleh para petani tersebut.
"Sehingga, saat harga jagung sekarang yang sedang bagus karena bertepatan dengan momentum pemerintah stop importasi jagung maka komoditas jagung ini akan menjadi komoditas unggulan di daerah ini. Selain komoditas lain yang sudah berjalan dengan baik sejauh ini," kata Anggota Komisi VII DPR RI ini.
Dia menambahkan sebelum terjadi stop impor, harga jual jagung di tingkat petani hanya Rp2.500-3.000 per kilogram. Tapi, setelah terjadi stop impor, harga langsung naik di kisaran Rp5.000. Berarti, hampir naik dua kali lipat semenjak importasi disetop beberapa waktu lalu.
"Target kitasaya akan usahakan sampai Bulan Desember sampai 1.000 mesin. Saya akan fokus bantu kawasan Danau Toba ini di tujuh kabupaten ini. Target saya untuk kebutuhan nasional paling tidak 1/4 ton yang bisa dikontribusikan. Jadi, itulah tentang jagung yang bisa saya jelaskan kenapa jagung," pungkasnya.
Adapun pemberian mesin pemipil jagung ini hasil dari kerja sama dengan beberapa BUMN, seperti PT Inalum, PT Indofarma, dan PTPN III dan IV. Ke depan, Lamhot berupaya agar beberapa pihak seperti SKK Migas dan Bank BRI dan Himbara bisa terlibat dalam program CSR tersebut.
Sehingga, luasan lahan tersebut ditunjang oleh produktivitas petani dalam memipil jagung yang saat ini masih dilakukan secara manual (belum mekanisasi). Hal itu dikatakan Lamhotdalam rangka reses DPR RI Masa Persidangan I Tahun Sidang 2021-2022, Senin 11 Oktober 2021.
"Persoalannya adalah masyarakat di sekitar 7 kabupaten kawasan Danau Toba ini memipil jagung masih manual. Jadi, tidak sama antara luasan jagung dengan produktivitas pemipil jagungnya. Jadi kapasitas produksi di tingkat petani sangat rendah," ujarnya.
Lamhot menjelaskan jika rata-rata tujuh kabupaten di sekitar Danau Toba ini memiliki luasan 3.000 hektar jagung, berarti total terdapat 21 ribu hektar lahan yang siap dipakai untuk memproduksi jagung. Jika satu hektar mampu hasilkan enam ton dengan kapasitas mesin bekerja enam jam per hari, maka enam ton tersebut dikali luas lahan 21 ribu hektar, bisa hasilkan 126 ribu ton per hari.
"126 ribu ton hanya dari kawasan Danau Toba saja. Tapi persoalannya adalah itu dari sisi luasan lahan. Belum pada produktivitas petaninya dalam memipil jagung. Hitungan saya begitu saja," jelas Politikus Partai Golkar ini.
Lamhot menilai potensi untuk meningkatkan produktivitas jagung di masyarakat sekitar Danau Toba ini sangat luar biasa. Sebab, bertani jagung bagi masyarakat di daerah tersebut adalah suatu kegiatan turun-temurun yang sudah dilakukan sejak lama oleh para petani tersebut.
"Sehingga, saat harga jagung sekarang yang sedang bagus karena bertepatan dengan momentum pemerintah stop importasi jagung maka komoditas jagung ini akan menjadi komoditas unggulan di daerah ini. Selain komoditas lain yang sudah berjalan dengan baik sejauh ini," kata Anggota Komisi VII DPR RI ini.
Dia menambahkan sebelum terjadi stop impor, harga jual jagung di tingkat petani hanya Rp2.500-3.000 per kilogram. Tapi, setelah terjadi stop impor, harga langsung naik di kisaran Rp5.000. Berarti, hampir naik dua kali lipat semenjak importasi disetop beberapa waktu lalu.
"Target kitasaya akan usahakan sampai Bulan Desember sampai 1.000 mesin. Saya akan fokus bantu kawasan Danau Toba ini di tujuh kabupaten ini. Target saya untuk kebutuhan nasional paling tidak 1/4 ton yang bisa dikontribusikan. Jadi, itulah tentang jagung yang bisa saya jelaskan kenapa jagung," pungkasnya.
Adapun pemberian mesin pemipil jagung ini hasil dari kerja sama dengan beberapa BUMN, seperti PT Inalum, PT Indofarma, dan PTPN III dan IV. Ke depan, Lamhot berupaya agar beberapa pihak seperti SKK Migas dan Bank BRI dan Himbara bisa terlibat dalam program CSR tersebut.
(kri)
tulis komentar anda