Atas Nama Jenama dan Jemawa Proyek

Sabtu, 02 Oktober 2021 - 13:09 WIB
Atas Nama Jenama dan Jemawa Proyek
Anton Suparyanta

esais, product manager di PT Penerbit Intan Pariwara, Klaten-Jateng

Dari kontinuitas tahunan bangsa kita suka bermain peringkat, suka euforia. Kecakapan literasi dipermak ajang lomba atau sayembara, tetapi lemah dalam pemaknaan tilik diri berbudaya. Kelemahan tilik diri justru mengekalkan fantasi-fantasi melek-baca yang sesungguhnya. Terapan atau praksisnya kini di ambang nyinyir sayonara. Mari kita tilik bersama.



baca juga: Bekali Guru di Masa Pandemi, Kemendikbudristek Luncurkan Program Guru Belajar

2020 dan 2019 adalah era ambang. Zaman adaptif. Tak terkecuali untuk keperluan dunia temu-omong-omong senantiasa harus gegar zoominar atau webinar. Celetuk kerennya telekonferensi. Tak beda dengan telewicara. Nyaris, tahun hampa karya. Segala reka daya sedang dijebak istilah adaptif yang digital-virtual. Sampah istilah menggejala di berbagai media. Seakan-akan pada zaman adaptif ini bangsa kita sedang bergerilya gimik kata-kata. Gemar bermain di pusar kata.

Kilas balik, pada Mei 2018 yang lalu diumumkan penetapan puluhan buku terpilih hasil sayembara penulisan bahan bacaan literasi baca tulis. Hebringnya, sayembara ini didalangi Pusat Pembinaan, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemendikbud, dengan kedok Gerakan Literasi Nasional 2018. Prestasi, prestise, ataukah fantasi belaka? Lagi-lagi 2018 Pemerintah menggandeng Badan Bahasa, BSNP (kini alm.), dan Puskurbuk rutin menganyam penilaian buku (buku teks siswa dan guru, buku pendamping, pun referensi). Tak kalah akal, tercetuslah akal (-akalan) seleksi calon penulis buku teks pelajaran masa depan. Apakah ini proyek teroka empat kecakapan abad XXI?

baca juga: Bantu Guru PJJ, Kemendikbud Luncurkan Program Guru Belajar

Hati-hati, peluit gegar atau “ewuh aya” ala Ronggowarsito dalam dunia buku justru mencipta pemikiran “kalap” kaum praktisi yang oportunis dan futuris! Betapa tidak. Bukankah abad ini kita dijejali oleh pelintiran-pelintiran pikir yang terkurung fantasi?

Tilik juga Anugerah Sutasoma Balai Bahasa Jawa Timur tahun 2017 silam. Pamarsudi Sastra Jawi Bojonegoro (kategori komunitas sastra), Supono (kategori guru bahasa dan sastra daerah), dan Ledhek saka Ereng-Erenge Gunung Wilis karya Tulus Setyadi (kategori karya sastra daerah), patut berbangga atas jasa kurasi dari Prof Djoko Saryono, Prof IB Putera Manuaba, Prof Darni, Dr M Shoim Anwar, dan Bonari Nabonenar.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More