Pengamat Militer: Tudingan PKI Telah Menyusup ke TNI Perlu Bukti Agar Tak Fitnah

Rabu, 29 September 2021 - 08:13 WIB
Pengamat militer dan intelijen Susaningtyas Kertopati menilai, tuduhan gerakan PKI telah menyusup ke institusi TNI harus ada bukti agar tidak menimbulkan fitnah. Foto/SINDOnews
JAKARTA - Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo menuding gerakan Partai Komunis Indonesia (PKI) telah menyusup ke tubuh TNI. Asumsi itu didasarkan atas hilangnya diorama patung tiga tokoh utama dalam pemberantasan PKI di Markas Kostrad.

Pengamat militer dan intelijen Susaningtyas Kertopati menilai, harus ada bukti atas tuduhan itu agar tidak menimbulkan fitnah. ”Menurut saya harus ada pembuktian atas tuduhan tersebut agar tak jadi fitnah bagi TNI. Adapun ada benda yang hilang tentu hal tersebut tak bisa begitu saja sebagai bukti adanya komunis di tubuh TNI,” ujarnya, Selasa (29/9/2021).

Mantan anggota Komisi I DPR ini meminta kepada siapapun termasuk Gatot Nurmantyo untuk melaporkan ke pihak berwajib apabila ada indikasi penyusupan atau bahkan penyebaran paham komunis di tubuh TNI. ”Silakan dilaporkan agar dapat diproses hukum. Tentu ke pihak berwajib yaitu Polri bukan menyampaikannya ke media. Saat ini zaman peperangan asimetris dan juga berkembangnya post truth. Jangan sampai info yang berpotensi timbulkan kegaduhan ini merupakan post truth,” katanya.

Perempuan yang akrab disapa Nuning ini menjelaskan, post truth adalah sebuah kondisi di mana fakta tidak terlalu berpengaruh dalam membentuk opini publik dibandingkan dengan emosi dan keyakinan personal. Selain itu, seiring dengan perkembangan Internet of Things (IoT), maka peretasan ke infrastruktur kritis, pencurian data strategis, spionase dan propaganda di media sosial, radikalisasi di dunia maya, terorisme dan berbagai ancaman siber lainnya tengah berlangsung di berbagai belahan dunia.

”Sebagaimana yang kita ketahui terkait perang asimetris. Secara umum, peperangan asimetris memiliki strategi menggunakan non state actor yakni, perusahaan, organisasi media, bisnis, gerakan pembabasan rakyat, kelompok lobi, kelompok agama, badan-badan bantuan, dan aktor kekerasan non-negara seperti pasukan paramiliter, dan lain sebagainya. Strategi pendadakan (strategic surprise), tidak terorganisir, serta mencari kemenangan dengan merontokkan atau menyusutkan kekuatan musuh, bukan dengan menghadapinya,” ucapnya.
(cip)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More