Cerita Jean Walters, Molly Bondan, dan J Edgar: 3 Perempuan Australia Pendukung Kemerdekaan RI
Selasa, 28 September 2021 - 06:46 WIB
JAKARTA - Jean Walters berkenalan dengan Julius Tahija di Melbourne, Australia. Tahija adalah tentara KNIL yang kelak menjadi ajudan Jenderal TB Simatupang dan setelah itu pengusaha nasional.
merupakan dokter gigi pada sebuah rumah sakit di Melbourne, tak lama setelah dia lulus dari Melbourne University, 1940. Julius Tahija kelak dikenal sebagai ajudan Kepala Staf Angkatan Perang Republik Indonesia, Jenderal TB Simatupang.
Tahija juga pernah menjabat Menteri Urusan Sosial, Menteri Penerangan dan Menteri Ekonomi di era RIS. Selepas pensiun dari militer, dia menjadi pengusaha nasional. Tahija merupakan salah satu pendiri PT Freeport Indonesia dan mantan Presdir PT Caltex Pacific Indonesia, yang belum lama ini beralih menjadi Pertamina Hulu Rokan.
Australia saat itu merupakan negara tempat pelarian Hindia Belanda. Dalam tulisan 'The Indonesian Exiles in Australia, 1942-1947' karya Rupert Lockwood, banyak diulas sisi lain dari hubungan Australia dan Hindia Belanda di kala Perang Dunia II.
Pegiat sejarah dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Rino Surya Budisaputra dalam artikelnya menuturkan, Rupert merupakan salah seorang dari sedikit wartawan Australia yang pernah meliput di Hindia Belanda sebelum perang. Dia saat itu sebagai koresponden Reuters untuk Singapore dan Malaya.
"Pemerintah Australia menyediakan berbagai fasilitas bagi pemerintah Hindia Belanda yang baru saja terusir dari koloninya. Salah satunya adalah Camp Colombia di Wacol, tak jauh dari Brisbane, yang menjadi markas dari Netherland Indies Government in Exile pimpinan Hubertus 'Huib' van Mook," kata Rupert sebagaimana disarikan Rino, dikutip Minggu (26/9/2021).
Dalam keadaan perang inilah Julius Tahija bersama rekannya, Mohammad Bondan dan Zakaria, merajut asmara dengan gadis-gadis Benua Kanguru. Julius Tahija berkenalan dengan Jean Walters di Melbourne.
Sementara Mohammad Bondan bersua Marry Alithea Warner yang kemudian dikenal luas sebagai Molly Bondan di Brisbane, dan Zakaria berjodoh dengan Jean Edgar. Bondan dan Zakaria merupakan penghuni interniran (kamp konsentrasi) politik Belanda di Boven Digoel yang sempat dipindahkan ke Australia.
Jean Walters dalam biografinya berjudul 'An Unconventional Woman' terbitan Penguin Books Australia pada 1998 menceritakan jalan hidupnya, juga Molly dan Jean Edgar.
Baca Juga
Tahija juga pernah menjabat Menteri Urusan Sosial, Menteri Penerangan dan Menteri Ekonomi di era RIS. Selepas pensiun dari militer, dia menjadi pengusaha nasional. Tahija merupakan salah satu pendiri PT Freeport Indonesia dan mantan Presdir PT Caltex Pacific Indonesia, yang belum lama ini beralih menjadi Pertamina Hulu Rokan.
Australia saat itu merupakan negara tempat pelarian Hindia Belanda. Dalam tulisan 'The Indonesian Exiles in Australia, 1942-1947' karya Rupert Lockwood, banyak diulas sisi lain dari hubungan Australia dan Hindia Belanda di kala Perang Dunia II.
Pegiat sejarah dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Rino Surya Budisaputra dalam artikelnya menuturkan, Rupert merupakan salah seorang dari sedikit wartawan Australia yang pernah meliput di Hindia Belanda sebelum perang. Dia saat itu sebagai koresponden Reuters untuk Singapore dan Malaya.
"Pemerintah Australia menyediakan berbagai fasilitas bagi pemerintah Hindia Belanda yang baru saja terusir dari koloninya. Salah satunya adalah Camp Colombia di Wacol, tak jauh dari Brisbane, yang menjadi markas dari Netherland Indies Government in Exile pimpinan Hubertus 'Huib' van Mook," kata Rupert sebagaimana disarikan Rino, dikutip Minggu (26/9/2021).
Dalam keadaan perang inilah Julius Tahija bersama rekannya, Mohammad Bondan dan Zakaria, merajut asmara dengan gadis-gadis Benua Kanguru. Julius Tahija berkenalan dengan Jean Walters di Melbourne.
Sementara Mohammad Bondan bersua Marry Alithea Warner yang kemudian dikenal luas sebagai Molly Bondan di Brisbane, dan Zakaria berjodoh dengan Jean Edgar. Bondan dan Zakaria merupakan penghuni interniran (kamp konsentrasi) politik Belanda di Boven Digoel yang sempat dipindahkan ke Australia.
Jean Walters dalam biografinya berjudul 'An Unconventional Woman' terbitan Penguin Books Australia pada 1998 menceritakan jalan hidupnya, juga Molly dan Jean Edgar.
Lihat Juga :
tulis komentar anda