Jenderal Kopassus Penakluk Everest Ditarik dari Papua, Kini Tugas di Mabesad
Selasa, 21 September 2021 - 05:30 WIB
“Mendaki Gunung Everest adalah impian setiap pendaki di dunia. (Lucunya) saat itu saya belum tahu, apa itu Mount Everest. Bayangkan, naik gunung saja belum pernah, terutama gunung es,” kata Iwan dalam video yang diunggah akun resmi Youtube TNI AD pada 2020, dikutip Senin (20/9/2020)
Iwan menuturkan, bagi prajurit TNI tugas adalah segala-galanya. Tugas merupakan kehormatan. Begitu pula Ekspedisi Everest tersebut. Setelah melalui seleksi panjang, dia lolos menjadi anggota tim ekspedisi. Untuk diketahui, selain prajurit TNI dalam tim ini juga bergabung para pendaki dari beberapa organisasi pecinta alam seperti Mapala UI, FPOK IKIK Jakarta, Wanadri dan FPTI.
Bergabung dalam misi prestisius ini tak ubahnya bertaruh nyawa. Iwan menggambarkan dari 100 pendaki yang ingin menggapai gunung setinggi 8.884 meter dari permukaan laut itu, kemungkinan hanya 10 orang yang sampai puncak. Dari 10 tersebut, kemungkinan tiga selamat.
Iwan menjadi satu-satunya perwira lulusan Akmil dalam ekspedisi tersebut. Dalam perjalanannya, ekspedisi ini dibagi dua tim pendaki: Jalur Utara dan Selatan. Iwan memimpin tim Jalur Selatan.
Ekspedisi menggapai puncak Himalaya itu sangat berat. Iwan menceritakan dirinya sampai muntah-muntah ketika baru berjalan 100 meter. Maklum, suhu dingin sangat ekstrem, sampai di bawah 50 derajat Celcius. Namun tentu saja mantan Danrindam Jaya ini pantang mundur.
Pada suatu titik, dia berada seolah antara hidup dan mati. Pada ketinggian 8.500 meter dari permukaan laut, dia terjatuh kehabisan oksigen. Momen ini tak pelak menjadi saat-saat kritis.
Pada saat-saat terberat itu, mantan Danpudikpassus Batujajar ini pun terbayang istrinya yang sedang hamil. Bayangan sang istri, juga tugas sebagai prajurit TNI mengobarkan terus semangatnya untuk berdiri dan melangkahkan kaki, melewati batu terjal berselimut es di bawah terpaan angin dingin yang membekukan.
Perjuangan berbulan-bulan sejak masa persiapan di Indonesia hingga di Kathmandu, Nepal akhirnya terbayar lunas. Iwan bersama Sertu Musirin dan Pratu Asmujiono menancapkan Bendera Merah Putih di puncak tertinggi dunia.
Keberhasilan Kopassus menjadi perbincangan dunia. Ekspedisi Everest 1997 ini tidak hanya mengharumkan TNI, namun juga Indonesia di kancah global.
Bagi Iwan, kenangan bersejarah itu akan terus hidup. Sebagai tonggak kecemerlangan perjalanan tersebut, sang jabang bayinya diberni nama Arya Everest Setiawan.
Iwan menuturkan, bagi prajurit TNI tugas adalah segala-galanya. Tugas merupakan kehormatan. Begitu pula Ekspedisi Everest tersebut. Setelah melalui seleksi panjang, dia lolos menjadi anggota tim ekspedisi. Untuk diketahui, selain prajurit TNI dalam tim ini juga bergabung para pendaki dari beberapa organisasi pecinta alam seperti Mapala UI, FPOK IKIK Jakarta, Wanadri dan FPTI.
Bergabung dalam misi prestisius ini tak ubahnya bertaruh nyawa. Iwan menggambarkan dari 100 pendaki yang ingin menggapai gunung setinggi 8.884 meter dari permukaan laut itu, kemungkinan hanya 10 orang yang sampai puncak. Dari 10 tersebut, kemungkinan tiga selamat.
Iwan menjadi satu-satunya perwira lulusan Akmil dalam ekspedisi tersebut. Dalam perjalanannya, ekspedisi ini dibagi dua tim pendaki: Jalur Utara dan Selatan. Iwan memimpin tim Jalur Selatan.
Ekspedisi menggapai puncak Himalaya itu sangat berat. Iwan menceritakan dirinya sampai muntah-muntah ketika baru berjalan 100 meter. Maklum, suhu dingin sangat ekstrem, sampai di bawah 50 derajat Celcius. Namun tentu saja mantan Danrindam Jaya ini pantang mundur.
Pada suatu titik, dia berada seolah antara hidup dan mati. Pada ketinggian 8.500 meter dari permukaan laut, dia terjatuh kehabisan oksigen. Momen ini tak pelak menjadi saat-saat kritis.
Pada saat-saat terberat itu, mantan Danpudikpassus Batujajar ini pun terbayang istrinya yang sedang hamil. Bayangan sang istri, juga tugas sebagai prajurit TNI mengobarkan terus semangatnya untuk berdiri dan melangkahkan kaki, melewati batu terjal berselimut es di bawah terpaan angin dingin yang membekukan.
Perjuangan berbulan-bulan sejak masa persiapan di Indonesia hingga di Kathmandu, Nepal akhirnya terbayar lunas. Iwan bersama Sertu Musirin dan Pratu Asmujiono menancapkan Bendera Merah Putih di puncak tertinggi dunia.
Keberhasilan Kopassus menjadi perbincangan dunia. Ekspedisi Everest 1997 ini tidak hanya mengharumkan TNI, namun juga Indonesia di kancah global.
Bagi Iwan, kenangan bersejarah itu akan terus hidup. Sebagai tonggak kecemerlangan perjalanan tersebut, sang jabang bayinya diberni nama Arya Everest Setiawan.
tulis komentar anda