Waketum MUI: Penganiayaan M Kece Bentuk Kegelisahan Napoleon Agamanya Dihina
Senin, 20 September 2021 - 10:58 WIB
JAKARTA - Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Anwar Abbas ikut memberikan tanggapan, terkait mantan Kepala Divisi Hubungan Internasional (Hubinter) Polri pada tahun 2020 Irjen Pol Napoleon Bonaparte menganiaya tersangka penistaan agama M Kosman alias M Kece.
"Kita tahu Napoleon Bonaparte itu bukan orang sembarangan dan bukan orang yang tidak mengerti hukum tapi malah sangat-sangat mengerti bahkan beliau adalah salah seorang penegak hukum," kata Anwar Abbas dalam pesan tertulis kepada MNC Portal, Senin (20/9/2021).
"Tapi kalau agamanya dan keimanannya dihina, diremehkan dan direndahkan maka sebagai manusia biasa dan sebagai manusia yang beriman tentu batas kesabarannya juga ada," tambahnya.
Anwar menjelaskan, setinggi apa pun jabatan seseorang dan sehebat apa pun pengetahuan orang tentang hukum, kalau agama dan keyakinannya diganggu maka yang akan berbicara selain rasio juga adalah keimanannya.
"Napoleon pun bertindak dengan menghajar yang bersangkutan dan karena dia sadar tindakannya itu menyalahi hukum maka dia pun mengatakan saya siap untuk menanggung risikonya kata beliau," tuturnya.
Oleh karenanya dari peristiwa ini ia berpesan kepada masyarakat, agar menyadari bahwa masalah agama itu sangat sensitif. Untuk itu kita mengharapkan negara dan para penegak hukum hendaknya benar-benar cepat tanggap bila ada masalah yang menyangkut pelecehan terhadap masalah agama.
"Ini penting dilakukan dan untuk menjadi perhatian kita semua agar persatuan dan kesatuan kita sebagai warga bangsa tidak rusak dan dirusak oleh sikap dan perbuatan dari orang seorang atau segelintir orang," pungkasnya.
Baca Juga
"Kita tahu Napoleon Bonaparte itu bukan orang sembarangan dan bukan orang yang tidak mengerti hukum tapi malah sangat-sangat mengerti bahkan beliau adalah salah seorang penegak hukum," kata Anwar Abbas dalam pesan tertulis kepada MNC Portal, Senin (20/9/2021).
"Tapi kalau agamanya dan keimanannya dihina, diremehkan dan direndahkan maka sebagai manusia biasa dan sebagai manusia yang beriman tentu batas kesabarannya juga ada," tambahnya.
Anwar menjelaskan, setinggi apa pun jabatan seseorang dan sehebat apa pun pengetahuan orang tentang hukum, kalau agama dan keyakinannya diganggu maka yang akan berbicara selain rasio juga adalah keimanannya.
"Napoleon pun bertindak dengan menghajar yang bersangkutan dan karena dia sadar tindakannya itu menyalahi hukum maka dia pun mengatakan saya siap untuk menanggung risikonya kata beliau," tuturnya.
Oleh karenanya dari peristiwa ini ia berpesan kepada masyarakat, agar menyadari bahwa masalah agama itu sangat sensitif. Untuk itu kita mengharapkan negara dan para penegak hukum hendaknya benar-benar cepat tanggap bila ada masalah yang menyangkut pelecehan terhadap masalah agama.
"Ini penting dilakukan dan untuk menjadi perhatian kita semua agar persatuan dan kesatuan kita sebagai warga bangsa tidak rusak dan dirusak oleh sikap dan perbuatan dari orang seorang atau segelintir orang," pungkasnya.
(maf)
tulis komentar anda