BNPT Antisipasi Kekerasan Taliban Jadi Role Model di Indonesia
Rabu, 15 September 2021 - 17:22 WIB
JAKARTA - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Boy Rafli Amar menyampaikan pandangannya terkait dengan kelompok Taliban yang kembali berkuasa di Afghanistan. Menurut Boy, BNPT tidak melihat Taliban sebagai entitas agama tertentu, melainkan melihat sejarah yang ditorehkan Taliban.
"Kami hanya melihat, merujuk, bahwa dalam sejarah Taliban pernah tercatat sebagai organisasi terlarang bersama dengan ISIS dan Al Qaeda sesuai dengan resolusi PBB pada Dewan Keamanan PBB No. 12/67. Karena kita melihat, Taliban ketika tidak berkuasa setelah 1996-2001 di Afghanistan mereka memiliki beberapa kegiatan perlindungan Osama Bin Laden. Demikian juga aksi-aksi kekerasan terhadap pemerintahan Afghanistan yang ada," kata Boy dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi III DPR, Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (15/9/2021).
Dengan catatan-catatan ini, Boy melanjutkan, BNPT mendapatkan semacam pertanyaan soal apa yang harus dilakukan, dan BNPT menekankan pada pencegahan untuk melihat Taliban sebagai entitas yang melakukan aksi kekerasan, sebagaimana yang ditunjukan selama ini dalam peristiwa pemerintahan pasca Taliban, mereka terlibat dalam berbagai aksi teror, bom bunuh diri dan lain sebagainya.
Mantan Kapolda Papua ini juga melihat bahwa konstelasi geopolitik keamanan global hari ini berubah, sesuatu yang tidak diduga sebelumnya terjadi, di mana Taliban mendapatkan kesempatan kembali untuk berkuasa. "Tetapi kami melihat jangan sampai kembalinya Taliban ke tampuk pemerintah menjadikan sebagai role model bagi masyarakat, maksud kami adalah aksi-aksi kekerasannya," ujarnya.
Menurut Boy, bangsa Indonesia sudah memiliki jati diri, konstitusi dan ideologi negara yakni Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI yang disebut sebagai 4 Pilar. Dengan nilai-nilai yang dimiliki bangsa Indonesia maka jangan sampai bangsa ini salah memilih jalan perjuangan seperti Taliban yang menggunakan kekerasan. "Kami hanya mengimbau kita tidak terpancing dengan kondisi seperti ini, dan tetaplah kita setia dengan jati diri yang kita miliki," ucap Boy.
Sebagai negara yang cinta akan perdamaian dan terwujudnya perdamaian dunia, Boy berharap krisis kekerasan di negara tersebut bisa segera berakhir dan Afghanistan bisa kembali menjadi negara yang damai. Karena Indonesia tentu mendukung bagaimana Afghanistan menjadi negara yang damai.
Karena itu, mantan Kadiv Humas Polri ini menegaskan, perlunya antisipasi model-model kekerasan yang ditampilkan oleh Taliban itu agar tidak menjadi contoh bagi bangsa Indonesia, karena kekerasan itu menjadi karakter dari kejahatan terorisme. Apabila contoh-contoh kekerasan ini menjadi sebuah hal yang layak dipraktikkan bagi generasi muda Indonesia, maka bukan tidak menutup kemungkinan mereka akan terjebak dalam kejahatan terorisme apapun latar belakang yang terjadi di Taliban. "Tetapi yang terpenting bagaimana dampak dari yang terjadi di sana tidak menjadi inspirasi bagi kita semua, itulah upaya BNPT dalam rangka menggajal, semua pihak mewaspadai hal itu," tutup Boy.
"Kami hanya melihat, merujuk, bahwa dalam sejarah Taliban pernah tercatat sebagai organisasi terlarang bersama dengan ISIS dan Al Qaeda sesuai dengan resolusi PBB pada Dewan Keamanan PBB No. 12/67. Karena kita melihat, Taliban ketika tidak berkuasa setelah 1996-2001 di Afghanistan mereka memiliki beberapa kegiatan perlindungan Osama Bin Laden. Demikian juga aksi-aksi kekerasan terhadap pemerintahan Afghanistan yang ada," kata Boy dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi III DPR, Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (15/9/2021).
Dengan catatan-catatan ini, Boy melanjutkan, BNPT mendapatkan semacam pertanyaan soal apa yang harus dilakukan, dan BNPT menekankan pada pencegahan untuk melihat Taliban sebagai entitas yang melakukan aksi kekerasan, sebagaimana yang ditunjukan selama ini dalam peristiwa pemerintahan pasca Taliban, mereka terlibat dalam berbagai aksi teror, bom bunuh diri dan lain sebagainya.
Mantan Kapolda Papua ini juga melihat bahwa konstelasi geopolitik keamanan global hari ini berubah, sesuatu yang tidak diduga sebelumnya terjadi, di mana Taliban mendapatkan kesempatan kembali untuk berkuasa. "Tetapi kami melihat jangan sampai kembalinya Taliban ke tampuk pemerintah menjadikan sebagai role model bagi masyarakat, maksud kami adalah aksi-aksi kekerasannya," ujarnya.
Menurut Boy, bangsa Indonesia sudah memiliki jati diri, konstitusi dan ideologi negara yakni Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI yang disebut sebagai 4 Pilar. Dengan nilai-nilai yang dimiliki bangsa Indonesia maka jangan sampai bangsa ini salah memilih jalan perjuangan seperti Taliban yang menggunakan kekerasan. "Kami hanya mengimbau kita tidak terpancing dengan kondisi seperti ini, dan tetaplah kita setia dengan jati diri yang kita miliki," ucap Boy.
Sebagai negara yang cinta akan perdamaian dan terwujudnya perdamaian dunia, Boy berharap krisis kekerasan di negara tersebut bisa segera berakhir dan Afghanistan bisa kembali menjadi negara yang damai. Karena Indonesia tentu mendukung bagaimana Afghanistan menjadi negara yang damai.
Karena itu, mantan Kadiv Humas Polri ini menegaskan, perlunya antisipasi model-model kekerasan yang ditampilkan oleh Taliban itu agar tidak menjadi contoh bagi bangsa Indonesia, karena kekerasan itu menjadi karakter dari kejahatan terorisme. Apabila contoh-contoh kekerasan ini menjadi sebuah hal yang layak dipraktikkan bagi generasi muda Indonesia, maka bukan tidak menutup kemungkinan mereka akan terjebak dalam kejahatan terorisme apapun latar belakang yang terjadi di Taliban. "Tetapi yang terpenting bagaimana dampak dari yang terjadi di sana tidak menjadi inspirasi bagi kita semua, itulah upaya BNPT dalam rangka menggajal, semua pihak mewaspadai hal itu," tutup Boy.
(cip)
tulis komentar anda