Pakar Intelijen: Lembaga Pendidikan Harus Terbebas dari Ajaran Radikalisme Khususnya Taliban

Rabu, 08 September 2021 - 18:07 WIB
Pengamat militer dan intelijen Susaningtyas Kertopati menegaskan, lembaga pendidikan di Indonesia harus terbebas dari ajaran radikalisme.Foto/SINDOnews
JAKARTA - Pengamat militer dan intelijen Susaningtyas Kertopati menegaskan, lembaga pendidikan di Indonesia harus terbebas dari ajaran radikalisme khususnya Taliban.

”Sebagai umat Islam tentu saya tidak mungkin mengatakan Islam sebagai embrio terorisme. Saya sebagai muslim secara sadar sangat menghormati Islam sebagai agama saya. Ajaran Islam yang saya pelajari adalah agama yang cinta sesama umatnya bahkan juga dengan umat beragama lain. Islam Rahmatan Lil Alamin. Jadi saya tidak mungkin menuduh agama Islam sebagai embrio terorisme,” ujar Nuning, biasa disapa menyikapi simpang siurnya pemberitaan terkait materi yang dipaparkannya saat menghadiri webinar yang digelar salah satu media online, beberapa waktu lalu.

Nuning menjelaskan, apa yang disampaikan dalam webinar tersebut merupakan hasil temuan dan riset sejumlah lembaga. ”Saya pun menyampaikan apa adanya berbagai temuan terkait dengan embrio terorisme (radikalisme), termasuk cikal bakalnya yang tumbuh berkembang diawali dari dunia pendidikan di negara Indonesia. Hal ini yang saya utarakan pada webinar tersebut,” katanya, Rabu (8/9/2021).



Tentu saja tidak semua lembaga pendidikan berbasis muslim itu bisa dikatakan sebagai embrio radikalisme atau bahkan Taliban. Masih ada yang mengikuti peraturan perundangan yang berlaku. Soal pendidikan itu, sudah banyak lembaga yang sudah meriset hal ini. Mantan anggota Komisi I DPR RI menyebut, permasalahan meruncing karena ada media online yang menulis tidak lengkap atas keterangan yang disampaikan dirinya sehingga menyulut kemarahan kepadanya.

”Perlu saya tambahkan, saya sangat menjunjung tinggi adat budaya Indonesia yang adhiluhung dan rasa cinta Tanah Air Indonesia. Sehingga tentu apa yang saya sampaikan tidak lain tidak bukan karena saya ingin mengajak serta bangsa ini memiliki patriotisme dalam Bela Negara,” ucapnya.

Terkait dengan Bahasa Arab, Nuning mengaku sangat respect dengan bahasa tersebut. Diakuinya, ada perbedaan konteks Bahasa Arab sebagai alat komunikasi resmi di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dengan penggunaannya sebagai bahasa sehari-hari dalam pergaulan suatu bangsa yang sudah memiliki bahasa nasional seperti halnya bahasa Indonesia.

”Sebagai catatan memang saya pun sangat mengkhawatirkan terjadi glorifikasi menangnya Taliban di Afganistan oleh sel-sel tidur terrorisme di sini. Terkait hal ini tentu juga sudah sering dibahas oleh para ahli terorisme yang kita miliki, jadi bukan hanya saya saja. Dalam hal ini mohon maaf bila ada yang tidak sependapat dengan saya,” ujarnya.
(cip)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More