BPET MUI: Terlalu Dini Mengatakan Taliban Sudah Moderat
Rabu, 25 Agustus 2021 - 07:13 WIB
JAKARTA - Wakil Sekretaris Badan Penanggulangan Ekstremisme dan Terorisme (BPET) Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, Najih Arromadhoni menilai terlalu dini mengatakan Taliban sudah moderat. Sebab, kekerasan nyatanya masih terus terjadi, sehingga klaim Taliban sudah moderat perlu diuji dengan waktu.
"Klaim berubah itu jelas sebagai upaya Taliban untuk membangun citra baru mereka. Tetapi, fakta di lapangan, kekerasan masih terus terjadi," kata Najih dalam webinar 'Bertajuk Situasi Politik di Afghanistan dan Gerakan Radikal-Teroris di Indonesia' yang digelar Lembaga The Centre for Indonesian Crisis Strategic Resolution, Selasa (24/8/2021) malam.
Dia mengatakan bahwa dulu umat Islam di Afghanistan bermazhab Sunni dan penganut Thoriqoh. "Kalau kita lihat, ideologi-ideologi itu sudah bergeser, yang dari Sunni Maturidi, saat ini tuh sudah menjadi Salafi Wahabi, ketika anak-anak ini pulang dari lembaga di Pakistan yang lembaganya didanai oleh Arab Saudi dengan ideologi Salafi Wahabinya itu," katanya.
Baca juga: Taliban Blokir Jalan ke Bandara Kabul untuk Warga Afghanistan
Najih pun ragu kalau Taliban dianggap bermazhab Hanafi. "Karena nature-nya Hanafi itu paling rasional. Perilaku Taliban jauh dari karakter ini. Contoh, menurut Hanafiah, cadar itu Sunnah. Tapi menurut Taliban cadar itu sesuatu yang prinsip," katanya.
Dia menilai Taliban, Al Qaeda dan ISIS sama-sama berideologi Salafi Wahabi dengan karakter klaim kebenaran. Selain itu, persamaan lainnya antara ketiganya yakni memiliki visi negara agama, baik itu Khilafah Islamiyah, Daulah Islamiyah atau Darul Islam.
Kemudian, Taliban, Al Qaeda dan ISIS sama-sama menggunakan kekerasan dan teror. Mereka juga sama-sama tekstual dalam memahami teks Al-Qur'an dan hadist.
Ketiganya juga sama-sama mengeliminasi peran perempuan. ISIS memperjualbelikan perempuan. Sedangkan Taliban menganggap perempuan sebagai makhluk rendah. Contohnya, perempuan harus di belakang laki-laki kalau berjalan. Lalu, kalau Taliban punya anak, yang dihitung cuma laki-laki.
"Klaim berubah itu jelas sebagai upaya Taliban untuk membangun citra baru mereka. Tetapi, fakta di lapangan, kekerasan masih terus terjadi," kata Najih dalam webinar 'Bertajuk Situasi Politik di Afghanistan dan Gerakan Radikal-Teroris di Indonesia' yang digelar Lembaga The Centre for Indonesian Crisis Strategic Resolution, Selasa (24/8/2021) malam.
Dia mengatakan bahwa dulu umat Islam di Afghanistan bermazhab Sunni dan penganut Thoriqoh. "Kalau kita lihat, ideologi-ideologi itu sudah bergeser, yang dari Sunni Maturidi, saat ini tuh sudah menjadi Salafi Wahabi, ketika anak-anak ini pulang dari lembaga di Pakistan yang lembaganya didanai oleh Arab Saudi dengan ideologi Salafi Wahabinya itu," katanya.
Baca juga: Taliban Blokir Jalan ke Bandara Kabul untuk Warga Afghanistan
Najih pun ragu kalau Taliban dianggap bermazhab Hanafi. "Karena nature-nya Hanafi itu paling rasional. Perilaku Taliban jauh dari karakter ini. Contoh, menurut Hanafiah, cadar itu Sunnah. Tapi menurut Taliban cadar itu sesuatu yang prinsip," katanya.
Dia menilai Taliban, Al Qaeda dan ISIS sama-sama berideologi Salafi Wahabi dengan karakter klaim kebenaran. Selain itu, persamaan lainnya antara ketiganya yakni memiliki visi negara agama, baik itu Khilafah Islamiyah, Daulah Islamiyah atau Darul Islam.
Kemudian, Taliban, Al Qaeda dan ISIS sama-sama menggunakan kekerasan dan teror. Mereka juga sama-sama tekstual dalam memahami teks Al-Qur'an dan hadist.
Ketiganya juga sama-sama mengeliminasi peran perempuan. ISIS memperjualbelikan perempuan. Sedangkan Taliban menganggap perempuan sebagai makhluk rendah. Contohnya, perempuan harus di belakang laki-laki kalau berjalan. Lalu, kalau Taliban punya anak, yang dihitung cuma laki-laki.
tulis komentar anda