Catatan WHO Terkait Angka Kematian Corona di Indonesia Sempat Tertinggi
Sabtu, 07 Agustus 2021 - 18:16 WIB
JAKARTA - Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO memberikan catatan terkait tingkat kematian yang tinggi di Indonesia akibat pandemi virus Corona (Covid-19). Pada akhir Juli, jumlah pasien Covid-19 yang meninggal pernah mencapai 2.069. Sebelumnya, angka kematian tertinggi tercetak pada 23 Juli, yakni sebanyak 1.566.
Baca Juga: WHOWHO memberikan beberapa catatan akibat tingkat kematian tertinggi itu. Pertama terkait dengan sistem pelayanan kesehatan.
Baca juga: Gelar Vaksinasi, PTPN Group Dukung Percepat Herd Immunity
"Pertama bahwa tentunya terkait dengan sistem pelayanan kesehatan inikan karena overcapacity kemudian katakanlah jangan-jangan kurang optimal di dalam penanganan mungkin termasuk yang isolasi mandiri," ujar Siswanto diskusi Polemik MNC Trijaya bertajuk Indonesia Di Tengah Covid Dunia Pasca Tembus 200 juta, Sabtu (7/8/2021).
Catatan kedua terkait dengan, pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) yang belum maksimal. Akibatnya angka terkonfirmasi positif covid-19 terus bertambah.
"Kemudian yang kedua tentunya dalam menyangkut kalau kita kan PPKM tentunya itu suatu syarat supaya bisa dikendalikan sehingga tidak terjadi, kalau di Indonesia namanya kita menyebutnya namanya overcapacity karena menyangkut beban dari pelayanan kesehatan," katanya.
Catatan ketiga yakni menyangkut efektivitas dari vaksin. Siswanto menyebut bahwa WHO menganjurkan adanya studi mengenai efektivitas vaksin termasuk di Indonesia. Namun yang dirinya menekankan bahwa efektivitas dan efikasi berbeda.
"Ada sesuatu yang penting juga ada catatan WHO menyangkut efektivitas dari vaksin. Makanya di Siaoro juga tadinya WHO menganjurkan ada semacam studi efektivitas. Ini kata-kata beda dengan efikasi, kalau efikasi kan uji klinis fase ke 3, kalau efektivitas biasanya dengan ada beberapa macam desain tes negatif desain lebih yang real dilapangan," katanya.
"Nah itu dianjurkan untuk bisa dikerjakan di Indonesia dengan menggunakan ndak papa tidak hanya satu vaksin kita kan sekarang kalau enggak salah kan dikenalkan ada empat vaksin bisa dilakukan juga," imbuhnya.
Baca Juga: WHOWHO memberikan beberapa catatan akibat tingkat kematian tertinggi itu. Pertama terkait dengan sistem pelayanan kesehatan.
Baca juga: Gelar Vaksinasi, PTPN Group Dukung Percepat Herd Immunity
"Pertama bahwa tentunya terkait dengan sistem pelayanan kesehatan inikan karena overcapacity kemudian katakanlah jangan-jangan kurang optimal di dalam penanganan mungkin termasuk yang isolasi mandiri," ujar Siswanto diskusi Polemik MNC Trijaya bertajuk Indonesia Di Tengah Covid Dunia Pasca Tembus 200 juta, Sabtu (7/8/2021).
Catatan kedua terkait dengan, pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) yang belum maksimal. Akibatnya angka terkonfirmasi positif covid-19 terus bertambah.
"Kemudian yang kedua tentunya dalam menyangkut kalau kita kan PPKM tentunya itu suatu syarat supaya bisa dikendalikan sehingga tidak terjadi, kalau di Indonesia namanya kita menyebutnya namanya overcapacity karena menyangkut beban dari pelayanan kesehatan," katanya.
Catatan ketiga yakni menyangkut efektivitas dari vaksin. Siswanto menyebut bahwa WHO menganjurkan adanya studi mengenai efektivitas vaksin termasuk di Indonesia. Namun yang dirinya menekankan bahwa efektivitas dan efikasi berbeda.
"Ada sesuatu yang penting juga ada catatan WHO menyangkut efektivitas dari vaksin. Makanya di Siaoro juga tadinya WHO menganjurkan ada semacam studi efektivitas. Ini kata-kata beda dengan efikasi, kalau efikasi kan uji klinis fase ke 3, kalau efektivitas biasanya dengan ada beberapa macam desain tes negatif desain lebih yang real dilapangan," katanya.
"Nah itu dianjurkan untuk bisa dikerjakan di Indonesia dengan menggunakan ndak papa tidak hanya satu vaksin kita kan sekarang kalau enggak salah kan dikenalkan ada empat vaksin bisa dilakukan juga," imbuhnya.
(maf)
Lihat Juga :
tulis komentar anda