Singgung Kebingungan Kolektif, Anis Matta: Kita Perlu Sumpah Tekad Indonesia
Kamis, 24 Juni 2021 - 09:47 WIB
JAKARTA - Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Anis Matta menilai Indonesia membutuhkan Sumpah Tekad Indonesia. Sumpah baru itu setelah Sumpah Palapa dan Sumpah Pemuda.
"Kita perlu sumpah ketiga, Sumpah Tekad Indonesia, sumpah yang bisa menyatukan semangat nasionalisme baru, menjadikan Indonesia sebagai kekuatan kelima dunia," ujar Anis Matta, Kamis (24/6/2021).
Dia menambahkan, Sumpah Tekad Indonesia sebagai narasi bersama dalam upaya menghadapi tantangan besar untuk menyelesaikan krisis berlarut saat ini. Tidak hanya membutuhkan konsolidasi seluruh elemen bangsa dalam menghadapi tantangan tersebut, tetapi juga membutuhkan inovasi akal kolektif sebagai bangsa.
Indonesia, kata dia, harus bisa menjadi bagian dari kepemimpinan global, saat seluruh dunia tengah mengalami krisis sistemik, yang diperparah krisis pandemi Covid-19 saat ini. "Pertama ada krisis lingkungan, kedua krisis sosial akibat ketimpangan ekonomi. Ketiga disrupsi terus-menerus akibat inovasi teknologi, dan keempat konflik politik antara dua kekuatan utama dunia, yaitu Amerika dan China," ujarnya.
Akibatnya, kepemimpinan global tersebut menjadi tidak efektif bekerja, sehingga membuat kebingungan dan kegamangan di hampir semua negara, termasuk di Indonesia. "Saya ingin mengatakan, bahwa sebenarnya akar dari pembelahan yang terjadi di masyarakat kita ini, merupakan fenomena yang sama juga ditemukan di seluruh dunia," imbuhnya.
Dia melanjutkan, kegamangan itu bukan buntut dari dukungan politik terhadap calon presiden A atau B pada pilpres lalu, melainkan kebingungan kolektif dari para pemimpin dalam memahami arah sejarah bangsa. "Kita semua mengalami kebingungan kolektif, kita gagal memahami dan tidak tahu arah sejarah yang sedang kita tuju, itu ke mana? Kebingungan ini ada pada para pemimpin kita sekarang," tuturnya.
Menurut dia, jika kebingungan kolektif itu terus dibiarkan, dikhawatirkan akan membuat pembelahan sosial dan politik di masyarakat semakin dalam. Pembelahan sosial sejatinya merupakan ancaman besar seperti ancaman militer dari negara lain.
"Ancaman ini akan menjadi jauh lebih serius disebabkan krisis yang sekarang semakin berkembang. Di sinilah, perlunya kita sebuah sumpah ketiga, Sumpah Tekad Indonesia untuk menyatukan arah sejarah, mengonsolidasi seluruh potensi kita dan membuat kita bisa fokus menyelesaikan krisis sekarang," pungkasnya.
"Kita perlu sumpah ketiga, Sumpah Tekad Indonesia, sumpah yang bisa menyatukan semangat nasionalisme baru, menjadikan Indonesia sebagai kekuatan kelima dunia," ujar Anis Matta, Kamis (24/6/2021).
Dia menambahkan, Sumpah Tekad Indonesia sebagai narasi bersama dalam upaya menghadapi tantangan besar untuk menyelesaikan krisis berlarut saat ini. Tidak hanya membutuhkan konsolidasi seluruh elemen bangsa dalam menghadapi tantangan tersebut, tetapi juga membutuhkan inovasi akal kolektif sebagai bangsa.
Indonesia, kata dia, harus bisa menjadi bagian dari kepemimpinan global, saat seluruh dunia tengah mengalami krisis sistemik, yang diperparah krisis pandemi Covid-19 saat ini. "Pertama ada krisis lingkungan, kedua krisis sosial akibat ketimpangan ekonomi. Ketiga disrupsi terus-menerus akibat inovasi teknologi, dan keempat konflik politik antara dua kekuatan utama dunia, yaitu Amerika dan China," ujarnya.
Akibatnya, kepemimpinan global tersebut menjadi tidak efektif bekerja, sehingga membuat kebingungan dan kegamangan di hampir semua negara, termasuk di Indonesia. "Saya ingin mengatakan, bahwa sebenarnya akar dari pembelahan yang terjadi di masyarakat kita ini, merupakan fenomena yang sama juga ditemukan di seluruh dunia," imbuhnya.
Dia melanjutkan, kegamangan itu bukan buntut dari dukungan politik terhadap calon presiden A atau B pada pilpres lalu, melainkan kebingungan kolektif dari para pemimpin dalam memahami arah sejarah bangsa. "Kita semua mengalami kebingungan kolektif, kita gagal memahami dan tidak tahu arah sejarah yang sedang kita tuju, itu ke mana? Kebingungan ini ada pada para pemimpin kita sekarang," tuturnya.
Menurut dia, jika kebingungan kolektif itu terus dibiarkan, dikhawatirkan akan membuat pembelahan sosial dan politik di masyarakat semakin dalam. Pembelahan sosial sejatinya merupakan ancaman besar seperti ancaman militer dari negara lain.
"Ancaman ini akan menjadi jauh lebih serius disebabkan krisis yang sekarang semakin berkembang. Di sinilah, perlunya kita sebuah sumpah ketiga, Sumpah Tekad Indonesia untuk menyatukan arah sejarah, mengonsolidasi seluruh potensi kita dan membuat kita bisa fokus menyelesaikan krisis sekarang," pungkasnya.
(zik)
Lihat Juga :
tulis komentar anda