Anis Matta Ungkap Dua Sumpah yang Menginspirasi Partai Gelora

Rabu, 23 Juni 2021 - 09:57 WIB
Peneliti komunikasi dan politik Guntur F. Prisanto menilai pembelahan sosial politik di media sosial (medsos) bukanlah cerminan realita sesungguhnya, hanya gambaran di dunia maya. Sebab, kata dia, pembelahan sosial adalah keniscayaan dalam politik. "Karena penganut demokrasi liberal perlu mengindentifikasi secara tegas pilihannya. Parpol lah yang bertanggung jawab untuk mencairkan politik identitas ini," kata Guntur.

Dyah Kartika Rini, penggerak JASMEV, menilai bisa saja masyarakat tertentu hanya ingin menunjukkan pilihan dukungan dan politik di medsos saja, tetapi tidak di dunia nyata. "Boleh jadi dia amat garang di medsos, tetapi sangat berbeda di dunia nyata. Pembelahan sosial sebenarnya sudah dimulai dari Pilkada DKI 2012 lalu, jadi kalau dihitung sudah berlangsung 9 tahun," ujar Dyah.

Penggerak Relawan Ganti Presiden Ari Saptono menegaskan, pada titik tertentu politik identitas ini justru menguntungkan para calon kandidat independen seperti yang terjadi dalam Pilkada Serentak 2020, karena mereka dianggap masih bersih dan tidak terlibat konflik kepentingan selama ini.

"Lebih dari 50 persen calon independen dalam pilkada menang seperti di Lampung dan beberapa kota di Kalimantan Timur. Masyarakat sudah apatis dan jenuh dengan partai politik, lalu memilih calon alternatif yang relatif masih murni," ujar Ari Saptono.
(zik)
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More