Catat, Ini Enam Hal Penting tentang Corona Varian Delta

Kamis, 17 Juni 2021 - 14:26 WIB
Petugas kesehatan memakai alat pelindung diri (APD) memeriksa tempat tidur pasien Covid-19 di RSUD Kota Bogor, Jawa Barat, Rabu 16 Juni 2021. Foto/ANTARA FOTO/ANTARA/Arif Firmansyah/foc
JAKARTA - Pandemi Covid-19 masih melanda Tanah Air. Belum ada tanda-tanda pandemi berakhir. Covid-19 belum berlalu, varian baru virus tersebut sudah bermunculan. Salah satunya varian Delta .

Berdasarkan data Kemeterian Kesehatan (Kemenkes) sampai 13 Juni 2021 menunjukkan sudah ada 107 kasus varian Delta (B.1617.2) di Indonesia. Sementara varian Alfa ada 36 kasus dan varian Beta ada lima kasus.

Mantan Direktur WHO Asia Tenggara dan mantan Dirjen P2P dan Kepala Balitbangkes Kementerian Kesehatan Prof Tjandra Yoga Aditama menyebutkan data data World Health Organization (WHO) menyampaikan enam aspek tentang varian Delta ini.



Pertama, varian Delta terbukti meningkatkan penularan. Di Inggris dilaporkan ada 42.323 kasus varian Delta, naik 70% dari minggu sebelumnya, atau naik 29.892 kasus hanya dalam waktu satu minggu saja.

Begitu Juga, Public Health England (PHE) melaporkan varian Delta ternyata 60% lebih mudah menular daripada varian Alfa. Juga waktu penggandaannya (doubling time) berkisar antara 4,5 sampai 11,5 hari.

Kedua, tentang secondary attack rates, data terbaru dari Inggris menunjukkan bahwa secondary attack rates varian Delta lebih tinggi daripada Alfa. Secondary attack rate varian Delta adalah 2,6% dan yang varian Alfa sebesar 1,6% pada mereka yang ada riwayat bepergian, serta 8,2% pada varian Delta dan 12,4% pada varian Alfa pada kontak kasus yang tidak riwayat bepergian.

Ketiga,dampaknya membuat penyakit menjadi lebih berat dan parah, dan atau menyebabkan kematian. Data yang dikumpulkan WHO sampai 8 Juni 2021 menunjukkan hal ini masih belum terkonfirmasi (not confirmed), tapi memang ada laporan peningkatan harus masuk rawat inap di rumah sakit.

Di sisi lain, memang ada beberapa laporan yang membahas tentang kemungkinan lebih beratnya penyakit yang ditimbulkan varian ini.

Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan, penelitian lain yang dipublikasi di Jurnal internasional ternama Lancet menemukan adanya penurunan netralisasi pada varian Delta yang diberi vaksin Pfizer, lebih tinggi dari penurunan netralisasi pada varian Alfa dan Beta.

"Dari berbagai data yang ada maka secara umum pemberian vaksin Pfizer dan Astra Zeneca dua kali masih dapat melindungi terhadap varian Delta, tetapi memang harus dua kali dan jangan hanya satu kali," kata Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI/Guru Besar FKUI ini.

Menurut dia, harus terus mengikuti perkembangan hasil penelitian untuk mendapatkan kesimpulan yang tepat tentang dampak varian Delta ini pada perjalanan penyakit Covid-19 dan perkembangan pandemi.

"Yang dapat dilakukan sekarang adalah melakukan 3 M, 3 T dan vaksinasi secara benar-benar maksimal, bukan hanya sekadar optimal. Sementara itu jumlah pemeriksaan “whole genome sequencing” juga harus terus ditingkatkan secara bermakna agar kita dapat gambaran yang lebih pasti tentang berapa besar masalah varian Delta (atau mungkin varian lebih baru lagi, yaitu 'Delta Plus' atau mungkin yang lain lagi) yang ada di negara kita," tuturnya.
(dam)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More