Peringkat Kampus di Indonesia Turun, Rizal Ramli Merasa Terhina
Rabu, 16 Juni 2021 - 20:57 WIB
JAKARTA - Mantan Menteri Koordinator Bidang Ekonomi Keuangan dan Industri (Menko Ekuin) era Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Rizal Ramli merasa prihatin dengan turunnya peringkat kampus di Indonesia bedasarkan laporan Times Higher Education (THE) yang merilis daftar-daftar kampus terbaik di Asia tahun 2021.
"Begitu saya baca laporan itu, perasaan ngenes ya, merasa terhina," kata Rizal Ramli saat berbincang di chanel Youtube Hotspots Bang Arief yang ditayangkan, Rabu (16/6/2021).
Alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) ini juga mengaku prihatin dengan peringkat kampusnya tempat dia pernah menimba ilmu. "ITB zaman kuliah saya dulu 40 tahun lalu (peringkatnya) di bawah 100. Kok hari ini 313 baca saja enggak tega. sebegitu anjlok, UI juga sama dengan yang lain-lain," kata ekonom senior itu.
Menurut dia, turunya peringkat kampus di dalam negeri menjadi pernyataan besar. Logikannya, kata dia, kampus di Indonesia semakin maju karena profesornya, doktor, masternya juga semakin banyak. Begitu juga dengan fasilitasnya yang semakin baik.
"Kok anjlok ada apa?" ujarnya.
Menurut dia, penilian kualitas kampus tidak hanya akademik mahasiswa, tapi juga dunia risetnya. Universitas yang Asia lumayan bagus, risetnya kuat.
Namun di dalam negeri, kata dia, riset hanya permainan administratif untuk mengumpulkan poin atau angka kumulatif bagi para dosen yang ingin menjadi lektor kepala.
"Jadi inilah sistem yang merusak. Penilaian riset dan kualitas akademik berdasarkan poin-poin kumulatif administratif bukan akademik," tutur mantan Menko Kemaritiman ini.
Padahal, kata dia, di negara lain riset dosen diuji akademis oleh senat guru besar kemudian diuji dimasukan dalam jurnal akademik yang memiliki reputasi.
"Begitu saya baca laporan itu, perasaan ngenes ya, merasa terhina," kata Rizal Ramli saat berbincang di chanel Youtube Hotspots Bang Arief yang ditayangkan, Rabu (16/6/2021).
Alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) ini juga mengaku prihatin dengan peringkat kampusnya tempat dia pernah menimba ilmu. "ITB zaman kuliah saya dulu 40 tahun lalu (peringkatnya) di bawah 100. Kok hari ini 313 baca saja enggak tega. sebegitu anjlok, UI juga sama dengan yang lain-lain," kata ekonom senior itu.
Menurut dia, turunya peringkat kampus di dalam negeri menjadi pernyataan besar. Logikannya, kata dia, kampus di Indonesia semakin maju karena profesornya, doktor, masternya juga semakin banyak. Begitu juga dengan fasilitasnya yang semakin baik.
"Kok anjlok ada apa?" ujarnya.
Menurut dia, penilian kualitas kampus tidak hanya akademik mahasiswa, tapi juga dunia risetnya. Universitas yang Asia lumayan bagus, risetnya kuat.
Namun di dalam negeri, kata dia, riset hanya permainan administratif untuk mengumpulkan poin atau angka kumulatif bagi para dosen yang ingin menjadi lektor kepala.
"Jadi inilah sistem yang merusak. Penilaian riset dan kualitas akademik berdasarkan poin-poin kumulatif administratif bukan akademik," tutur mantan Menko Kemaritiman ini.
Padahal, kata dia, di negara lain riset dosen diuji akademis oleh senat guru besar kemudian diuji dimasukan dalam jurnal akademik yang memiliki reputasi.
Lihat Juga :
tulis komentar anda