Vaksinasi Jadi Solusi Lindungi Diri dari Mutasi Covid-19
Rabu, 16 Juni 2021 - 14:00 WIB
JAKARTA - Wakil Kepala Lembaga Eijkman Bidang Penelitian Fundamental, Herawati Sudoyo mengatakan pemberian vaksin Covid-19 saat ini menjadi solusi yang paling tepat untuk mengurangi jumlah kasus SARS-CoV-2. Sebab, vaksin yang sudah tersedia saat ini dianggap ampuh melindungi diri dari penularan mutasi virus SARS-CoV-2.
Herawati mengungkapkan sebagian besar produsen vaksin Covid-19 mencoba mencapai tingkat efikasi hingga 70%. Menurutnya, penelitian menunjukkan tak ada satupun vaksin Covid-19 yang tidak efektif menangkal mutasi Virus Corona. “Kendati begitu, memang ada penurunan efikasi saat vaksin Covid-19 melawan mutasi virus Covid-19 ini. Namun hal itu tidak mengurangi makna perlindungan yang diberikan vaksin Covid-19 itu sendiri,” kata Herawati, Selasa (15/6/2021).
Maka dari itu, Herawati meminta dan mendorong para ilmuwan untuk ikut bantu meluruskan informasi keliru terkait vaksinasi Covid-19. Masyarakat, katanya, harus mendapat pemahaman seputar vaksinasi. “Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) akibat vaksinasi Covid-19, misalnya. Hanya terjadi berapa persen dari sekian juta orang yang sudah divaksinasi. Akan tetapi hal-hal kecil inilah yang masuk pemberitaan dan menjadi besar. Saya pikir di sinilah porsi ilmuwan berbicara dengan data-data,” ungkapnya.
Communication Specialist UNICEF, Rizky Ika Safitri juga menyarankan pemerintah menggunakan komunikasi sederhana yang mudah dipahami masyarakat. Langkah ini akan membantu menyukseskan program vaksinasi. Di sisi lain, pemerintah juga terus berupaya mendatangkan vaksin Covid-19 melalui beragam jalur untuk menyukseskan program vaksinasi.
Juru Bicara Vaksinasi Bio Farma Bambang Heriyanto, menyampaikan hingga akhir 2021, produsen vaksin seperti Sinovac sudah memberikan komitmen mengirimkan vaksin dalam bentuk bulk sejumlah 260 juta dosis. Bahkan, kata Bambang, ada juga vaksin yang akan didatangkan dari jalur kerja sama multilateral atau fasilitas COVAX yang kini telah datang sebanyak 8 juta dosis.
“Kemudian kita juga punya sumber lain dari perjanjian bilateral dengan AstraZeneca dengan komitmen sebesar 50 juta, Novavac 50 juta, dan apabila dari COVAX kita bisa mendapatkan komitmen hingga 20% dari jumlah penduduk, kita bisa mencukupi kebutuhan dosis vaksin untuk herd immunity,” kata Bambang.
Herawati mengungkapkan sebagian besar produsen vaksin Covid-19 mencoba mencapai tingkat efikasi hingga 70%. Menurutnya, penelitian menunjukkan tak ada satupun vaksin Covid-19 yang tidak efektif menangkal mutasi Virus Corona. “Kendati begitu, memang ada penurunan efikasi saat vaksin Covid-19 melawan mutasi virus Covid-19 ini. Namun hal itu tidak mengurangi makna perlindungan yang diberikan vaksin Covid-19 itu sendiri,” kata Herawati, Selasa (15/6/2021).
Maka dari itu, Herawati meminta dan mendorong para ilmuwan untuk ikut bantu meluruskan informasi keliru terkait vaksinasi Covid-19. Masyarakat, katanya, harus mendapat pemahaman seputar vaksinasi. “Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) akibat vaksinasi Covid-19, misalnya. Hanya terjadi berapa persen dari sekian juta orang yang sudah divaksinasi. Akan tetapi hal-hal kecil inilah yang masuk pemberitaan dan menjadi besar. Saya pikir di sinilah porsi ilmuwan berbicara dengan data-data,” ungkapnya.
Communication Specialist UNICEF, Rizky Ika Safitri juga menyarankan pemerintah menggunakan komunikasi sederhana yang mudah dipahami masyarakat. Langkah ini akan membantu menyukseskan program vaksinasi. Di sisi lain, pemerintah juga terus berupaya mendatangkan vaksin Covid-19 melalui beragam jalur untuk menyukseskan program vaksinasi.
Juru Bicara Vaksinasi Bio Farma Bambang Heriyanto, menyampaikan hingga akhir 2021, produsen vaksin seperti Sinovac sudah memberikan komitmen mengirimkan vaksin dalam bentuk bulk sejumlah 260 juta dosis. Bahkan, kata Bambang, ada juga vaksin yang akan didatangkan dari jalur kerja sama multilateral atau fasilitas COVAX yang kini telah datang sebanyak 8 juta dosis.
“Kemudian kita juga punya sumber lain dari perjanjian bilateral dengan AstraZeneca dengan komitmen sebesar 50 juta, Novavac 50 juta, dan apabila dari COVAX kita bisa mendapatkan komitmen hingga 20% dari jumlah penduduk, kita bisa mencukupi kebutuhan dosis vaksin untuk herd immunity,” kata Bambang.
(cip)
tulis komentar anda