Jadi Ancaman Keamanan Nasional, BIN Waspadai Penggunaan Medsos
Selasa, 15 Juni 2021 - 20:00 WIB
JAKARTA - Deputi VII Badan Intelijen Negara (BIN), Wawan Hari Purwanto meminta masyarakat untuk lebih mewaspadai penggunaan media sosial (medsos) yang digunakan untuk memecah belah bangsa dan menciptakan ketidakstabilan nasional.
Dikatakannya BIN menjadi lini pertama dalam sistem keamanan nasional, dengan menghadirkan informasi intelejen secara cepat, tepat, dan akurat.
"Yang akan disampaikan ke Presiden dan publik. Tentu publik tidak ingin kebijakan itu keliru. Informasi harus akurat agar dalam pengambilan kebijakan tidak berakibat fatal," tambah Wawan Hari Purwanto.
BIN dikatakannya memiliki peran deteksi dan peringatan dini dalam pencegahan dan penanggulangan berbagai ancaman yang menganggu keamanan nasional.
"Perlu diwaspadai konflik SARA sentimen keagamaan yang disebarkan di media sosial, rasisme terhadap etnis tertentu di media sosial, serta ekspos terhadap separatisme Papua, Syiah Sunni," ungkapnya.
Kata Wawan Hari Purwanto, radikalisme di media sosial menyasar pada generasi muda. Dari data BNPT, 85% generasi milenial rentan terpapar radikalisme. Ditambah dengan serangan cyber di tengah masifnya dunia internet.
"BIN melakukan pendeteksian terhadap penggiringan opini publik di media sosial. Kita melakukan operasi intelijen, dan berkoordinasi dengan kementerian terkait untuk sistem penguatan," tandasnya.
Dikatakannya BIN menjadi lini pertama dalam sistem keamanan nasional, dengan menghadirkan informasi intelejen secara cepat, tepat, dan akurat.
"Yang akan disampaikan ke Presiden dan publik. Tentu publik tidak ingin kebijakan itu keliru. Informasi harus akurat agar dalam pengambilan kebijakan tidak berakibat fatal," tambah Wawan Hari Purwanto.
BIN dikatakannya memiliki peran deteksi dan peringatan dini dalam pencegahan dan penanggulangan berbagai ancaman yang menganggu keamanan nasional.
"Perlu diwaspadai konflik SARA sentimen keagamaan yang disebarkan di media sosial, rasisme terhadap etnis tertentu di media sosial, serta ekspos terhadap separatisme Papua, Syiah Sunni," ungkapnya.
Kata Wawan Hari Purwanto, radikalisme di media sosial menyasar pada generasi muda. Dari data BNPT, 85% generasi milenial rentan terpapar radikalisme. Ditambah dengan serangan cyber di tengah masifnya dunia internet.
"BIN melakukan pendeteksian terhadap penggiringan opini publik di media sosial. Kita melakukan operasi intelijen, dan berkoordinasi dengan kementerian terkait untuk sistem penguatan," tandasnya.
(maf)
tulis komentar anda