Nasib WNI Perantauan di Tengah Wabah Covid-19
Senin, 20 April 2020 - 14:58 WIB
TKI ilegal yang memenuhi syarat akan mendapatkan tiket gratis pulang ke Indonesia dan jaminan dihapuskan dari daftar hitam Imigrasi Kuwait. Setelah 30 April 2020, petugas keamanan akan menegakkan aturan yang lebih keras untuk WNA overstayer. “Untuk itu, kami terus mengimbau TKI ilegal untuk memanfaatkan program amnesti ini,” ujar Duta Besar Republik Indonesia untuk Kuwait Tri Tharyat kepada SINDOnews.
Fokus KBRI saat ini adalah mengamankan kebutuhan pangan sehari-hari. Bantuan disalurkan setelah proses verifikasi agar tepat sasaran diterima oleh WNI yang benar-benar memerlukan. KBRI mencatat ada 1.765 WNI yang memerlukan bantuan bahan pangan.
Sedangkan salah seorang WNI di Amerika Serikat, Ato Rery, hanya bisa pasrah dengan kondisi ini. Sebagai karyawan sebuah restoran di Bradenton, Florida, ia sudah satu bulan dirumahkan tanpa gaji. “Untungnya apartemen tidak perlu bayar,” ujarnya seraya berharap paling lambat pertengahan bulan Mei, tempatnya mencari nafkah sudah kembali beroperasi.
Di Florida hingga akhir pekan lalu sudah 25.000 orang terpapar Covid-19. “Yang terkena umumnya orang berusia 60 tahun ke atas,” tuturnya.”Florida memang negara bagian favorit bagi kaum pensiunan.”
Tak ingin kembali ke Indonesia dulu? “Ongkosnya mahal,” cetus pria 52 tahun itu. “Lebih baik tabungan yang ada dipakai untuk survive dulu,” katanya. Untuk mengusir rasa jenuh akibat lockdown ia mengisinya dengan menonton You Tube.
Lantas bagaimana dengan nasib saudara-saudara kita di Eropa, salah satu episentrum wabah virus Corona. Yuk kita jalan-jalan ke Serbia. Di negeri pecahan Yugolsavia ini, pada umumnya kondisi WNI sehat dan dalam keadaan baik. Dan tak ada WNI yang “nyangkut” di sini. Sebelum wabah mematikan itu kian merajalela, sejak awal Maret KBRI setempat sudah memfasilitasi agar para wisatawan yang tertahan di Bandara Nicola Tesla, Beograd, segera terbang ke kampung halaman.
Adapun WNI yang bermukim di sana merasa nyaman tinggal si Semenanjung Balkan. Mereka, kata Duta Besar RI untuk Serbia Mochamad Chandra Widya Yudha, cukup merasa nyaman dengan langkah Pemerintah Serbia yang tanggap menangani corona. Hingga Senin siang ini tercatat 6.318 warga Serbia terpapar Covid-19, 122 diantaranya meninggal.
Seperti di negara-negara lainnya. pemberlakuan lockdown memberi dampak cukup signifikan terhadap pergerakan masyarakat, khususnya bagi mereka yang berpenghasilan harian, para lansia dan masyarakat yang tinggal di desa terpencil sehingga minim akses ke pertokoan atau pasar.
Untuk meringankan beban dan kendala yang ada, beberapa langkah yang dilakukan oleh KBRI Beograd, antara lain, membagi sembako, masker dan sarung tangan, hand sanitizer, dan kebutuhan pokok lainnnya kepada WNI kelompok rentan, terdiri dari: lansia (di atas 65 tahun), mahasiswa dengan beasiswa pemerintah setempat ataupun dengan biaya pribadi, WNI yang tidak memiliki pekerjaan/penghasilan dan atau terkena dampak PHK.
WNI di Serbia berjumlah 110 orang,sudah termasuk staf KBRI dan keluarga. Di luar staf KBRI, mereka sebagian besar merupakan pekerja swasta, mahasiswa, ibu rumah tangga, WNI yang menikah dengan WN setempat, dan pensiunan atau yang telah tinggal di Serbia selama lebih dari 30 tahun. „Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa melindungi seluruh masyarakat Indonesia di Serbia,“ ujar Mochamad Chandra kepada Sindonews.
Fokus KBRI saat ini adalah mengamankan kebutuhan pangan sehari-hari. Bantuan disalurkan setelah proses verifikasi agar tepat sasaran diterima oleh WNI yang benar-benar memerlukan. KBRI mencatat ada 1.765 WNI yang memerlukan bantuan bahan pangan.
Sedangkan salah seorang WNI di Amerika Serikat, Ato Rery, hanya bisa pasrah dengan kondisi ini. Sebagai karyawan sebuah restoran di Bradenton, Florida, ia sudah satu bulan dirumahkan tanpa gaji. “Untungnya apartemen tidak perlu bayar,” ujarnya seraya berharap paling lambat pertengahan bulan Mei, tempatnya mencari nafkah sudah kembali beroperasi.
Di Florida hingga akhir pekan lalu sudah 25.000 orang terpapar Covid-19. “Yang terkena umumnya orang berusia 60 tahun ke atas,” tuturnya.”Florida memang negara bagian favorit bagi kaum pensiunan.”
Tak ingin kembali ke Indonesia dulu? “Ongkosnya mahal,” cetus pria 52 tahun itu. “Lebih baik tabungan yang ada dipakai untuk survive dulu,” katanya. Untuk mengusir rasa jenuh akibat lockdown ia mengisinya dengan menonton You Tube.
Lantas bagaimana dengan nasib saudara-saudara kita di Eropa, salah satu episentrum wabah virus Corona. Yuk kita jalan-jalan ke Serbia. Di negeri pecahan Yugolsavia ini, pada umumnya kondisi WNI sehat dan dalam keadaan baik. Dan tak ada WNI yang “nyangkut” di sini. Sebelum wabah mematikan itu kian merajalela, sejak awal Maret KBRI setempat sudah memfasilitasi agar para wisatawan yang tertahan di Bandara Nicola Tesla, Beograd, segera terbang ke kampung halaman.
Adapun WNI yang bermukim di sana merasa nyaman tinggal si Semenanjung Balkan. Mereka, kata Duta Besar RI untuk Serbia Mochamad Chandra Widya Yudha, cukup merasa nyaman dengan langkah Pemerintah Serbia yang tanggap menangani corona. Hingga Senin siang ini tercatat 6.318 warga Serbia terpapar Covid-19, 122 diantaranya meninggal.
Seperti di negara-negara lainnya. pemberlakuan lockdown memberi dampak cukup signifikan terhadap pergerakan masyarakat, khususnya bagi mereka yang berpenghasilan harian, para lansia dan masyarakat yang tinggal di desa terpencil sehingga minim akses ke pertokoan atau pasar.
Untuk meringankan beban dan kendala yang ada, beberapa langkah yang dilakukan oleh KBRI Beograd, antara lain, membagi sembako, masker dan sarung tangan, hand sanitizer, dan kebutuhan pokok lainnnya kepada WNI kelompok rentan, terdiri dari: lansia (di atas 65 tahun), mahasiswa dengan beasiswa pemerintah setempat ataupun dengan biaya pribadi, WNI yang tidak memiliki pekerjaan/penghasilan dan atau terkena dampak PHK.
WNI di Serbia berjumlah 110 orang,sudah termasuk staf KBRI dan keluarga. Di luar staf KBRI, mereka sebagian besar merupakan pekerja swasta, mahasiswa, ibu rumah tangga, WNI yang menikah dengan WN setempat, dan pensiunan atau yang telah tinggal di Serbia selama lebih dari 30 tahun. „Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa melindungi seluruh masyarakat Indonesia di Serbia,“ ujar Mochamad Chandra kepada Sindonews.
Lihat Juga :
tulis komentar anda