15 Tahun Siaran di MNC Trijaya FM, Doudy Pamit dengan Rasa Bangga
Rabu, 09 Juni 2021 - 08:01 WIB
JAKARTA - Penyiar radio pernah jadi pekerjaan idola pada zamannya. Dengan kemampuan vokal yang baik, seorang penyiar radio mampu mempengaruhi pendengarnya hanya bermodalkan suara dan materi yang dibawakan.
Hal ini tentu yang jadi salah satu motivasi penyiar kondang Doudy Joun Tatipang, yang sudah sejak 20 tahun lalu mengawali kariernya sebagai jurnalis radio. Bergabung sejak tahun 2005, tahun ini merupakan tahun terakhir Doudy mengudara bersama MNC Trijaya FM. Kiprahnya di dunia jurnalistik sudah cukup tinggi. Doudy pernah mewawancarai berbagai macam kalangan, mulai dari orang biasa hingga presiden sekalipun.
“Trijaya zaman dulu itu kan jadi barometer radio dewasa dan profesional, yang segmented banget waktu itu,” ujar Doudy saat wawancara dengan MNC Trijaya FM (8/6/2021).
Saat ditanya mengapa mengakhiri kiprahnya dalam dunia radio, Doudy menyatakan ingin mengejar cita-cita masa kecilnya yang sempat ingin menjadi insinyur pertanian. Untuk itu dirinya memutuskan untuk balik ke kampung halaman di Manado, dan ingin punya perternakan dan perkebunan sendiri. Sementara Doudy mengungkapkan masih akan kembali ke dunia radio, tetapi belum dalam waktu dekat ini.
“Ada rencana ke depan untuk mencoba peruntungan di bidang lain sebelum usia pensiun. Sekarang lagi tertarik ke ‘farm’, pengen punya perkebunan dan peternakan,” ujarnya.
Selain itu, Doudy juga membagikan pengalaman paling berkesan selama jadi penyiar radio. Waktu itu ada WNI yang akan dihukum mati di Malaysia, di awal pemerintahan Presiden SBY. Doudy bergegas mewawancarai orang tua WNI dan menanyakan harapannya. Orang tua WNI tersebut berpesan kepada Presiden SBY yang pada saat itu ingin melakukan kunjungan ke Malaysia, untuk menemui anaknya yang akan dihukum mati.
Saat itu tersiar kabar Presiden SBY sudah punya agenda lain. Namun, Mensesneg yang saat itu menjabat, Sudi Silalahi tiba-tiba mengabari Doudy bahwa dia mendengar wawancara yang dilakukannya dengan orang tua WNI yang akan dihukum mati. Sudi bilang sudah menyampaikan pesannya pada pak Presiden. Akhirnya hukuman matinya berhasil digagalkan.
Menurut Doudy, menjadi penyiar radio merupakan pengalaman yang sangat berkesan dan membanggakan. Sejak peristiwa itu, dirinya merasa walaupun skala radio tidak sebesar televisi, tapi punya dampak yang luar biasa signifikan.
“Secara gak sadar, kadang-kadang pejabat-pejabat itu denger kita juga, jadi apa yang kita bahas jadi perhatian mereka juga,” ujarnya
Terakhir, Doudy memberikan pesan pada rekan-rekannya di Trijaya. Doudy merasa senang bisa punya tim yang solid serta lingkungan kerja yang menyatu. “Yang pasti buat MNC Trijaya semoga tetap maju, pendengarnya tambah banyak, iklannya tambah banyak, tetap konsisten dan karyawannya semua tetap happy dalam bekerja,” tutupnya.
Hal ini tentu yang jadi salah satu motivasi penyiar kondang Doudy Joun Tatipang, yang sudah sejak 20 tahun lalu mengawali kariernya sebagai jurnalis radio. Bergabung sejak tahun 2005, tahun ini merupakan tahun terakhir Doudy mengudara bersama MNC Trijaya FM. Kiprahnya di dunia jurnalistik sudah cukup tinggi. Doudy pernah mewawancarai berbagai macam kalangan, mulai dari orang biasa hingga presiden sekalipun.
“Trijaya zaman dulu itu kan jadi barometer radio dewasa dan profesional, yang segmented banget waktu itu,” ujar Doudy saat wawancara dengan MNC Trijaya FM (8/6/2021).
Baca Juga
Saat ditanya mengapa mengakhiri kiprahnya dalam dunia radio, Doudy menyatakan ingin mengejar cita-cita masa kecilnya yang sempat ingin menjadi insinyur pertanian. Untuk itu dirinya memutuskan untuk balik ke kampung halaman di Manado, dan ingin punya perternakan dan perkebunan sendiri. Sementara Doudy mengungkapkan masih akan kembali ke dunia radio, tetapi belum dalam waktu dekat ini.
“Ada rencana ke depan untuk mencoba peruntungan di bidang lain sebelum usia pensiun. Sekarang lagi tertarik ke ‘farm’, pengen punya perkebunan dan peternakan,” ujarnya.
Selain itu, Doudy juga membagikan pengalaman paling berkesan selama jadi penyiar radio. Waktu itu ada WNI yang akan dihukum mati di Malaysia, di awal pemerintahan Presiden SBY. Doudy bergegas mewawancarai orang tua WNI dan menanyakan harapannya. Orang tua WNI tersebut berpesan kepada Presiden SBY yang pada saat itu ingin melakukan kunjungan ke Malaysia, untuk menemui anaknya yang akan dihukum mati.
Saat itu tersiar kabar Presiden SBY sudah punya agenda lain. Namun, Mensesneg yang saat itu menjabat, Sudi Silalahi tiba-tiba mengabari Doudy bahwa dia mendengar wawancara yang dilakukannya dengan orang tua WNI yang akan dihukum mati. Sudi bilang sudah menyampaikan pesannya pada pak Presiden. Akhirnya hukuman matinya berhasil digagalkan.
Menurut Doudy, menjadi penyiar radio merupakan pengalaman yang sangat berkesan dan membanggakan. Sejak peristiwa itu, dirinya merasa walaupun skala radio tidak sebesar televisi, tapi punya dampak yang luar biasa signifikan.
“Secara gak sadar, kadang-kadang pejabat-pejabat itu denger kita juga, jadi apa yang kita bahas jadi perhatian mereka juga,” ujarnya
Terakhir, Doudy memberikan pesan pada rekan-rekannya di Trijaya. Doudy merasa senang bisa punya tim yang solid serta lingkungan kerja yang menyatu. “Yang pasti buat MNC Trijaya semoga tetap maju, pendengarnya tambah banyak, iklannya tambah banyak, tetap konsisten dan karyawannya semua tetap happy dalam bekerja,” tutupnya.
(muh)
Lihat Juga :
tulis komentar anda