Di Balik Perseteruan Puan dan Ganjar, Ada Benang Merah dengan Jokowi
Sabtu, 29 Mei 2021 - 20:25 WIB
JAKARTA - Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanudin Muhtadi mengungkapkan analisanya terkait konflik antara Puan Maharani dan Ganjar Pranowo . Padahal keduanya sama-sama kader unggulan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).
Menurut Burhan, sebelum Joko Widodo, yang saat itu menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, mendapat mandat sebagai calon presiden dari PDIP, nama Puan Maharani adalah salah satu yang dipersiapkan untuk Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014, minimal sebagai cawapres. Namunketikaakhirnya PDIP memutuskan mengusung Jokowi, mau tidak mau Puan harus mengalah.
"Ketika Pak Jokowi diputuskan menjadi capres oleh PDIP (pada Pilpres 2014), Puan kan harus bersabar. Tidak mungkin Jokowi dengan Puan, sama saja jeruk makan jeruk," kata Burhanudin Muhtadi dalam video berjudul 'Ada Apa Dengan Ganjar? - Burhanuddin Muhtadi yang diunggah di chanel Youtube Helmy Yahya Bicara, Jumat (28/5/2021).
Baca juga: PDIP Pertimbangkan Wacana Duet Prabowo-Puan di Pilpres 2024
Setelah Jokowi menyelesaikan masa jabatan dua periode, maka ini adalah kesempatan bagi Puan Maharani untuk menjadi capres atau cawapres. Sementara di saat bersamaan, nama Ganjar Pranowo yang menjabat sebagai Gubernur Jawa Tengah, mendapatkan perhatian cukup besar masyarakat. Bahkan dari survei Indikator pada April 2021, elektabilitas Ganjar Pranowo menempati urutan teratas dengan memperoleh 15%, disusul Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dengan 14%, dan Prabowo Subianto dengan 12%.
"Pertanyaannya, apakah ibunya (Megawati) mau mengalah sekali lagi demi Ganjar. Ini akan tidak mudah," kata Burhan.
Di sisi yang lain, kata Burhan, Megawati juga masih memiliki utang untuk mengusung Prabowo Subianto sebagai calon presiden. Janji ini konon tertuang dalam Perjanjian Batu Tulis setelah Prabowo menyatakan dukungan kepada Megawati pada Pilpres 2009.
Baca juga: Tak Hanya Ganjar dan Puan, Nama-Nama Ini Berpeluang Jadi Capres PDIP
Burhan menjelaskan, atas dasar latar belakang itu, maka tak mengherankan jika saat ini isu yang berkembang adalah Prabowo-Puan untuk Pilpres 2024. "Pertanyaannya, jika kemudian PDIP-Gerindra mengusung Prabowo-Puan, maka apakah Ganjar terima? apakah dia tidak melirik partai lain?," katanya.
Menurut Burhan, sebelum Joko Widodo, yang saat itu menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, mendapat mandat sebagai calon presiden dari PDIP, nama Puan Maharani adalah salah satu yang dipersiapkan untuk Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014, minimal sebagai cawapres. Namunketikaakhirnya PDIP memutuskan mengusung Jokowi, mau tidak mau Puan harus mengalah.
"Ketika Pak Jokowi diputuskan menjadi capres oleh PDIP (pada Pilpres 2014), Puan kan harus bersabar. Tidak mungkin Jokowi dengan Puan, sama saja jeruk makan jeruk," kata Burhanudin Muhtadi dalam video berjudul 'Ada Apa Dengan Ganjar? - Burhanuddin Muhtadi yang diunggah di chanel Youtube Helmy Yahya Bicara, Jumat (28/5/2021).
Baca juga: PDIP Pertimbangkan Wacana Duet Prabowo-Puan di Pilpres 2024
Setelah Jokowi menyelesaikan masa jabatan dua periode, maka ini adalah kesempatan bagi Puan Maharani untuk menjadi capres atau cawapres. Sementara di saat bersamaan, nama Ganjar Pranowo yang menjabat sebagai Gubernur Jawa Tengah, mendapatkan perhatian cukup besar masyarakat. Bahkan dari survei Indikator pada April 2021, elektabilitas Ganjar Pranowo menempati urutan teratas dengan memperoleh 15%, disusul Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dengan 14%, dan Prabowo Subianto dengan 12%.
"Pertanyaannya, apakah ibunya (Megawati) mau mengalah sekali lagi demi Ganjar. Ini akan tidak mudah," kata Burhan.
Di sisi yang lain, kata Burhan, Megawati juga masih memiliki utang untuk mengusung Prabowo Subianto sebagai calon presiden. Janji ini konon tertuang dalam Perjanjian Batu Tulis setelah Prabowo menyatakan dukungan kepada Megawati pada Pilpres 2009.
Baca juga: Tak Hanya Ganjar dan Puan, Nama-Nama Ini Berpeluang Jadi Capres PDIP
Burhan menjelaskan, atas dasar latar belakang itu, maka tak mengherankan jika saat ini isu yang berkembang adalah Prabowo-Puan untuk Pilpres 2024. "Pertanyaannya, jika kemudian PDIP-Gerindra mengusung Prabowo-Puan, maka apakah Ganjar terima? apakah dia tidak melirik partai lain?," katanya.
(abd)
tulis komentar anda