Cerita di Balik KRI Nanggala 402, Mantan Komandan Kini Terbaring Lemah
Sabtu, 01 Mei 2021 - 14:49 WIB
TASIKMALAYA - Mantan Komandan Satuan Kapal Selam (Dansatsel) Koarmabar II TNI Angkatan Laut yang juga mantan Komandan KRI Nanggala 402 , Kolonel Laut (P) Iwa Kartiwa mengalami sakit keras.
Iwa Kartika sakit akibat zat besi atau merkuri yang terhirupnya selama puluhan tahun bertugas di dalam kapal selam. “Dengan kejadian tragedi KRI Naggala ini kita tahu bersama memang pasukan kapal selam ini ketika bekerja langsung berhadapan dengan maut," kata Inspektur Jenderal Purnawirawan Anton Charliyan, kakak dari Iwa Kartiwa, Jumat 30 April 2021.
Mantan Kapolda Jawa Barat ini mengatakan, ucapannya itu bukan bermaksud mengecilkan tugas satuan pasukan lainnya. "Kalau pasukan lain, jika ada trouble seperti pasukan udara masih ada parasut, jika infanteri apalagi kapal terbuka masih bisa berenang. Berbeda kalau kapal selam. Jika ada trouble mau ke mana? jika di atas kedalaman seratus (meter) saja, kan jika keluar (kapal selam), bisa pecah (gendang telinga), mereka menggadaikan hidupnya dengan maut, “ kata Anton.
Dia menceritakan saat berdinas, sang adik rajin beribadah termasuk menjalani puasa senin kamis. Hal itu dikatakannya karena Iwa menyadari tugasnya berhadapan dengan maut.
Adiknya, kata Anton, juga pernah mengungkapkan kekeluargaan di kapal selam juga sangat erat. Oleh karena itu, tutur dia, Iwa menangis ketika mendengar informasi KRI Nanggala 402 tenggelam. "Makanya saat kejadian itu, adik saya menangis karena memang sudah seperti keluarga di kapal selam itu,“ujar Anton.
Menurut Anton, personel kapal selam menghadapi banyak risiko dalam menjalankan tugas. Termasuk hal fatal seperti mati listrik. Begitu juga, kata dia, penyakit yang diderita adiknya akibat keracunan zat besi atau zat metal atau merkuri.
“Karena mereka setiap saat bertugas dalam situasi yang berbahaya dan menggadaikan nyawanya, dirinya meminta agar pemerintah lebih memperhatikan kesejahteraan hidup anggota pasukan kapal selam,“ tutur Anton.
Anton mengungkapkan kondisi adiknya masih susah berbicara dan hanya terbaring lemah di kamar tidur. "Parahnya setelah sakit dan pulang, kini dirawat di Tasikmalaya setelah bertugas menjabat sebagai Dansatsel Koarmabar II TNI AL sampai akhir tahun 2019 lalu, dan sekarang untuk bangun saja susah enggak bisa," kata Anton.
Dia mengatakan sang adik merupakan orang pilihan dan bertugas sebagai pasukan khusus kapal selam. Namun kondisi hidupnya saat ini kurang beruntung.
"Mereka orang pilihan tapi tidak terpilih karena saat sekolah mereka kan tidak akan lolos karena mereka tidak sehat dan paru-parunya sakit. Sampai saat ini adik saya masih 6 tahun lagi masa tugasnya, tapi sakit akibat banyak menghirup zat besi selama bertugas di kapal selam. Sedangkan mereka yang bertugas di luar kapal selam meraih sukses kariernya. Bukan apa-apa, ini saya sakit hati sebagai kakak kandung dan merasakan," tutur Anton kepada wartawan lewat sambungan telepon WhatsApp, Jumat 30 April 2021.
Para personel pasukan khusus kapal selam termasuk adiknya tersebut, lanjut Anton, rata-rata memiliki penyakit paru-paru akibat menghirup kandungan zat besi di dalam kapal selam.
"Selain adik saya, ternyata sebagian besar rekan-rekannya juga sama menderita kandungan zat besi saat bernapas di kapal selam selama bertugas. Saya berharap pemerintah lebih memerhatikan kesejahteraan pasukan khusus kapal selam yang selama ini mengabdi tapi kondisinya memprihatinkan," ungkap Anton.
Iwa Kartika sakit akibat zat besi atau merkuri yang terhirupnya selama puluhan tahun bertugas di dalam kapal selam. “Dengan kejadian tragedi KRI Naggala ini kita tahu bersama memang pasukan kapal selam ini ketika bekerja langsung berhadapan dengan maut," kata Inspektur Jenderal Purnawirawan Anton Charliyan, kakak dari Iwa Kartiwa, Jumat 30 April 2021.
Mantan Kapolda Jawa Barat ini mengatakan, ucapannya itu bukan bermaksud mengecilkan tugas satuan pasukan lainnya. "Kalau pasukan lain, jika ada trouble seperti pasukan udara masih ada parasut, jika infanteri apalagi kapal terbuka masih bisa berenang. Berbeda kalau kapal selam. Jika ada trouble mau ke mana? jika di atas kedalaman seratus (meter) saja, kan jika keluar (kapal selam), bisa pecah (gendang telinga), mereka menggadaikan hidupnya dengan maut, “ kata Anton.
Dia menceritakan saat berdinas, sang adik rajin beribadah termasuk menjalani puasa senin kamis. Hal itu dikatakannya karena Iwa menyadari tugasnya berhadapan dengan maut.
Adiknya, kata Anton, juga pernah mengungkapkan kekeluargaan di kapal selam juga sangat erat. Oleh karena itu, tutur dia, Iwa menangis ketika mendengar informasi KRI Nanggala 402 tenggelam. "Makanya saat kejadian itu, adik saya menangis karena memang sudah seperti keluarga di kapal selam itu,“ujar Anton.
Menurut Anton, personel kapal selam menghadapi banyak risiko dalam menjalankan tugas. Termasuk hal fatal seperti mati listrik. Begitu juga, kata dia, penyakit yang diderita adiknya akibat keracunan zat besi atau zat metal atau merkuri.
“Karena mereka setiap saat bertugas dalam situasi yang berbahaya dan menggadaikan nyawanya, dirinya meminta agar pemerintah lebih memperhatikan kesejahteraan hidup anggota pasukan kapal selam,“ tutur Anton.
Anton mengungkapkan kondisi adiknya masih susah berbicara dan hanya terbaring lemah di kamar tidur. "Parahnya setelah sakit dan pulang, kini dirawat di Tasikmalaya setelah bertugas menjabat sebagai Dansatsel Koarmabar II TNI AL sampai akhir tahun 2019 lalu, dan sekarang untuk bangun saja susah enggak bisa," kata Anton.
Dia mengatakan sang adik merupakan orang pilihan dan bertugas sebagai pasukan khusus kapal selam. Namun kondisi hidupnya saat ini kurang beruntung.
"Mereka orang pilihan tapi tidak terpilih karena saat sekolah mereka kan tidak akan lolos karena mereka tidak sehat dan paru-parunya sakit. Sampai saat ini adik saya masih 6 tahun lagi masa tugasnya, tapi sakit akibat banyak menghirup zat besi selama bertugas di kapal selam. Sedangkan mereka yang bertugas di luar kapal selam meraih sukses kariernya. Bukan apa-apa, ini saya sakit hati sebagai kakak kandung dan merasakan," tutur Anton kepada wartawan lewat sambungan telepon WhatsApp, Jumat 30 April 2021.
Para personel pasukan khusus kapal selam termasuk adiknya tersebut, lanjut Anton, rata-rata memiliki penyakit paru-paru akibat menghirup kandungan zat besi di dalam kapal selam.
"Selain adik saya, ternyata sebagian besar rekan-rekannya juga sama menderita kandungan zat besi saat bernapas di kapal selam selama bertugas. Saya berharap pemerintah lebih memerhatikan kesejahteraan pasukan khusus kapal selam yang selama ini mengabdi tapi kondisinya memprihatinkan," ungkap Anton.
(dam)
Lihat Juga :
tulis komentar anda