Tidak Mudik, Pengendalian Diri yang Berbuah Berkah
Minggu, 18 April 2021 - 09:34 WIB
Selain faktor pandemi, puasa Ramadhan tahun ini dilaksanakan ketika kehidupan bersama masih dibayangi gangguan alam yang cukup ekstrem. Curah hujan masih terbilang tinggi dan gempa bumi yang setiap saat terjadi dimana-mana. Faktor gangguan alam ini bisa saja membuat perjalanan mudik menjadi sangat tidak nyaman, sehingga memaksa setiap orang untuk mengendalikan diri.
Totalitas pengendalian diri sejatinya selalu berbuah berkah. Dan, dari keberhasilan bersama mengendalikan diri untuk tidak mudik, pasti akan juga berbuah berkah. Dalam konteks memutus rantai penularan Covid-19, kesediaan semua elemen masyarakat untuk tidak mudik lebaran tahun ini pasti sangat signifikan kontribusinya dalam menekan laju penularan Covid-19.
Fakta dan data terdahulu setidaknya bisa dijadikan acuan. Ketika dalam periode libur panjang pergerakan masyarakat tak terkendali, konsekuensinya adalah lonjakan jumlah kasus baru Covid-19. Maka, imbauan tidak mudik pada momentum Lebaran 2021 merupakan bentuk lain dari langkah pemerintah mengendalikan pergerakan atau mobilitas masyarakat.
Pada periode libur Idul Fitri 2020, kenaikan kasus harian mencapai 93 persen dengan tingkat kematian mingguan hingga 66%. Pada periode libur panjang 20-23 Agustus 2020, lonjakan kasus baru mencapai 119% dengan tingkat kematian mingguan naik hingga 57%. Pada libur panjang 28 Oktober-1 November 2020, lonjakan kasus Covid-19 mencapai 95% dengan tingkat kematian mingguan mencapai 75%. Dan, pada periode libur 25 Desember 2020-3 Januari 2021, kenaikan jumlah kasus harian mencapai 78% dengan tingkat kematian mingguan hingga 46%.
Saat masyarakat bersiap menyongsong bulan Ramadhan 2021, tambahan jumlah kasus baru per hari mulai menurun pada kisaran 4.000-5.000 kasus. Bandingkan dengan catatan sepanjang Januari 2021 yang mencapai kisaran 14.000-15.000 kasus baru per hari. Selain itu, jumlah pasien yang sembuh pun cenderung meningkat. Pada 1 Maret 2021, sebanyak 1.151.915 atau 85,88% dari total pasien dinyatakan sembuh. Per 15 April 2021, jumlah pasien sembuh naik menjadi 1.438.254 atau 90,5% dari total pasien.
Perkembangan ini tentu saja menggembirakan, sehingga Presiden Joko Widodo mengajak masyarakat untuk terus menjaga dan merawat kecenderungan menurunnya tambahan kasus baru Covid-19 di dalam negeri. Ajakan itu diimplementasikan dengan imbauan tidak mudik pada periode puasa Ramadhan dan libur Idul Fitri 2021.
Patut untuk diyakini bahwa karena kehendak baik semua elemen masyarakat untuk tidak mudik, Puasa Ramadhan hingga perayaan Idul Fitri tahun ini menjadi berkah yang akan mempercepat berakhirnya krisis kesehatan di dalam negeri akibat pandemi Covid-19.
Dalam konteks ini, masyarakat Indonesia diimbau untuk melihat dan belajar dari pengalaman India yang hari-hari ini mencatatkan kasus baru Covid-19 dalam jumlah besar, dan menempatkan negeri itu di urutan kedua untuk jumlah kasus Covid-19 terbanyak, setelah Amerika Serikat (AS). Per Sabtu (17/4), Kementerian Kesehatan India melaporkan tambahan 234.692 kasus baru Covid-19. Dengan tambahan kasus sebanyak itu, total pasien Covid-19 di India menjadi 14,5 juta. Total kasus di AS pada hari yang tercatat 31,6 juta.
Padahal, masih di awal Februari 2021, India sempat mencuri perhatian komunitas global karena keberhasilan pemerintah dan masyarakatnya menurunkan jumlah kasus baru dan angka kematian akibat Covid-19. Namun, situasinya segera berbalik menjadi tidak kondusif karena sebagian masyarakat India tidak lagi patuh pada protokol kesehatan. Lonjakan kasus baru terjadi setelah masyarakat setempat berbaur dalam festival keagamaan dan kampanye politik pemilihan umum negara bagian.
Masyarakat Indonesia tentu tidak ingin pengalaman India itu terjadi di dalam negeri. Karena itu, kendati jumlah kasus baru terus menurun dan jumlah kesembuhan di dalam negeri meningkat, semua elemen masyarakat tidak boleh lengah. Konsistensi kepatuhan pada protokol kesehatan harus tetap terjaga. Selama menjalani Puasa Ramadhan dan menuju libur Idul Fitri 2021, warga perkotaan hendaknya mau mengendalikan diri untuk tidak mudik, agar orang tua dan kerabat di kampung halaman terbebas dari kemungkinan tertular Covid-19.
Totalitas pengendalian diri sejatinya selalu berbuah berkah. Dan, dari keberhasilan bersama mengendalikan diri untuk tidak mudik, pasti akan juga berbuah berkah. Dalam konteks memutus rantai penularan Covid-19, kesediaan semua elemen masyarakat untuk tidak mudik lebaran tahun ini pasti sangat signifikan kontribusinya dalam menekan laju penularan Covid-19.
Fakta dan data terdahulu setidaknya bisa dijadikan acuan. Ketika dalam periode libur panjang pergerakan masyarakat tak terkendali, konsekuensinya adalah lonjakan jumlah kasus baru Covid-19. Maka, imbauan tidak mudik pada momentum Lebaran 2021 merupakan bentuk lain dari langkah pemerintah mengendalikan pergerakan atau mobilitas masyarakat.
Pada periode libur Idul Fitri 2020, kenaikan kasus harian mencapai 93 persen dengan tingkat kematian mingguan hingga 66%. Pada periode libur panjang 20-23 Agustus 2020, lonjakan kasus baru mencapai 119% dengan tingkat kematian mingguan naik hingga 57%. Pada libur panjang 28 Oktober-1 November 2020, lonjakan kasus Covid-19 mencapai 95% dengan tingkat kematian mingguan mencapai 75%. Dan, pada periode libur 25 Desember 2020-3 Januari 2021, kenaikan jumlah kasus harian mencapai 78% dengan tingkat kematian mingguan hingga 46%.
Saat masyarakat bersiap menyongsong bulan Ramadhan 2021, tambahan jumlah kasus baru per hari mulai menurun pada kisaran 4.000-5.000 kasus. Bandingkan dengan catatan sepanjang Januari 2021 yang mencapai kisaran 14.000-15.000 kasus baru per hari. Selain itu, jumlah pasien yang sembuh pun cenderung meningkat. Pada 1 Maret 2021, sebanyak 1.151.915 atau 85,88% dari total pasien dinyatakan sembuh. Per 15 April 2021, jumlah pasien sembuh naik menjadi 1.438.254 atau 90,5% dari total pasien.
Perkembangan ini tentu saja menggembirakan, sehingga Presiden Joko Widodo mengajak masyarakat untuk terus menjaga dan merawat kecenderungan menurunnya tambahan kasus baru Covid-19 di dalam negeri. Ajakan itu diimplementasikan dengan imbauan tidak mudik pada periode puasa Ramadhan dan libur Idul Fitri 2021.
Patut untuk diyakini bahwa karena kehendak baik semua elemen masyarakat untuk tidak mudik, Puasa Ramadhan hingga perayaan Idul Fitri tahun ini menjadi berkah yang akan mempercepat berakhirnya krisis kesehatan di dalam negeri akibat pandemi Covid-19.
Dalam konteks ini, masyarakat Indonesia diimbau untuk melihat dan belajar dari pengalaman India yang hari-hari ini mencatatkan kasus baru Covid-19 dalam jumlah besar, dan menempatkan negeri itu di urutan kedua untuk jumlah kasus Covid-19 terbanyak, setelah Amerika Serikat (AS). Per Sabtu (17/4), Kementerian Kesehatan India melaporkan tambahan 234.692 kasus baru Covid-19. Dengan tambahan kasus sebanyak itu, total pasien Covid-19 di India menjadi 14,5 juta. Total kasus di AS pada hari yang tercatat 31,6 juta.
Padahal, masih di awal Februari 2021, India sempat mencuri perhatian komunitas global karena keberhasilan pemerintah dan masyarakatnya menurunkan jumlah kasus baru dan angka kematian akibat Covid-19. Namun, situasinya segera berbalik menjadi tidak kondusif karena sebagian masyarakat India tidak lagi patuh pada protokol kesehatan. Lonjakan kasus baru terjadi setelah masyarakat setempat berbaur dalam festival keagamaan dan kampanye politik pemilihan umum negara bagian.
Masyarakat Indonesia tentu tidak ingin pengalaman India itu terjadi di dalam negeri. Karena itu, kendati jumlah kasus baru terus menurun dan jumlah kesembuhan di dalam negeri meningkat, semua elemen masyarakat tidak boleh lengah. Konsistensi kepatuhan pada protokol kesehatan harus tetap terjaga. Selama menjalani Puasa Ramadhan dan menuju libur Idul Fitri 2021, warga perkotaan hendaknya mau mengendalikan diri untuk tidak mudik, agar orang tua dan kerabat di kampung halaman terbebas dari kemungkinan tertular Covid-19.
Lihat Juga :
tulis komentar anda