6 Helikopter Disiagakan Bantu Proses Evakuasi dan Distribusi Logistik di NTT
Rabu, 07 April 2021 - 15:16 WIB
JAKARTA - Badan Nasional Penanggulangan Bencana ( BNPB ) kerahkan enam helikopter guna penanganan darurat bencana banjir bandang dan tanah longsor di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) . Pengerahan helikopter tersebut sebagaimana arahan Kepala BNPB Doni Monardo di Lembata, Flores, NTT, Selasa 6 April 2021 malam.
Adapun enam helikopter tersebut meliputi Heli MI-8 dengan daya angkut delapan ton yang direposisi dari Kalimantan Barat dan Heli Kamov 32 A dengan daya angkut lima ton yang direposisi dari Riau.
Kemudian Heli EC-115 berkapasitas 12 tempat duduk, Heli AW 199 berkapasitas 7 tempat duduk, Heli jenis Bell 412 EP dengan kapasitas 12 tempat duduk dan Heli AS-365 kapasitas 11 tempat duduk.
“Sebagaimana perintah Kepala BNPB, helikopter tersebut akan difungsikan untuk mendistribusikan logistik dan peralatan di lokasi yang terisolir pasca terputusnya akses akibat longsor maupun akses penyeberangan laut yang tidak memungkinkan akibat gelombang tinggi,” ujar Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Raditya Jati dalam konferensi pers virtual dari Graha BNPB, Jakarta, Rabu (7/4/2021).
Selain itu, helikopter tersebut juga difungsikan guna mengakomodir para warga yang membutuhkan pertolongan darurat terutama kelompok rentan, sekaligus untuk mengangkut tim medis yang ditugaskan di posko penanganan darurat.
“Sebagaimana diketahui bahwa percepatan penanganan darurat bencana banjir bandang dan tanah longsor yang melanda kabupaten/kota di Provinsi NTT masih mengalami beberapa kendala teknis seperti akses terputus hingga faktor cuaca buruk,” ungkap Raditya.
Sementara itu, Raditya mengatakan bahwa ada wilayah yang masih belum dapat diakses sepenuhnya meliputi Kabupaten Malaka, Kabupaten Flores Timur dan Kabupaten Lembata.
“Adapun akses darat menuju wilayah Kabupaten Malaka masih terputus akibat longsor, kemudian Kabupaten Flores Timur dan Kabupaten Lembata juga belum sepenuhnya dapat diakses mengingat gelombang laut masih tinggi sehingga harus menggunakan moda transportasi udara,” jelasnya.
Di sisi lain, kata Raditya, tim di lapangan juga melaporkan bahwa kondisi Kota Kupang saat ini listrik belum sepenuhnya pulih dan sinyal jaringan telekomunikasi selular juga masih dalam kendala.
“Sejumlah pohon dan tiang papan reklame dilaporkan tumbang dan sempat menutup beberapa akses jalan,” ucap Raditya.
Sementara itu beberapa Stasiun Pengisian Bahan Bakar masih belum beroperasi karena bangunan mengalami kerusakan terdampak cuaca ekstrem sehingga menimbulkan antrean panjang. “Hingga saat ini banyak yang memilih tinggal di hotel yang menyediakan genset listrik untuk keperluan mobilitas, sehingga banyak hotel penuh di Kota Kupang,” paparnya.
Adapun enam helikopter tersebut meliputi Heli MI-8 dengan daya angkut delapan ton yang direposisi dari Kalimantan Barat dan Heli Kamov 32 A dengan daya angkut lima ton yang direposisi dari Riau.
Kemudian Heli EC-115 berkapasitas 12 tempat duduk, Heli AW 199 berkapasitas 7 tempat duduk, Heli jenis Bell 412 EP dengan kapasitas 12 tempat duduk dan Heli AS-365 kapasitas 11 tempat duduk.
“Sebagaimana perintah Kepala BNPB, helikopter tersebut akan difungsikan untuk mendistribusikan logistik dan peralatan di lokasi yang terisolir pasca terputusnya akses akibat longsor maupun akses penyeberangan laut yang tidak memungkinkan akibat gelombang tinggi,” ujar Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Raditya Jati dalam konferensi pers virtual dari Graha BNPB, Jakarta, Rabu (7/4/2021).
Selain itu, helikopter tersebut juga difungsikan guna mengakomodir para warga yang membutuhkan pertolongan darurat terutama kelompok rentan, sekaligus untuk mengangkut tim medis yang ditugaskan di posko penanganan darurat.
“Sebagaimana diketahui bahwa percepatan penanganan darurat bencana banjir bandang dan tanah longsor yang melanda kabupaten/kota di Provinsi NTT masih mengalami beberapa kendala teknis seperti akses terputus hingga faktor cuaca buruk,” ungkap Raditya.
Sementara itu, Raditya mengatakan bahwa ada wilayah yang masih belum dapat diakses sepenuhnya meliputi Kabupaten Malaka, Kabupaten Flores Timur dan Kabupaten Lembata.
“Adapun akses darat menuju wilayah Kabupaten Malaka masih terputus akibat longsor, kemudian Kabupaten Flores Timur dan Kabupaten Lembata juga belum sepenuhnya dapat diakses mengingat gelombang laut masih tinggi sehingga harus menggunakan moda transportasi udara,” jelasnya.
Di sisi lain, kata Raditya, tim di lapangan juga melaporkan bahwa kondisi Kota Kupang saat ini listrik belum sepenuhnya pulih dan sinyal jaringan telekomunikasi selular juga masih dalam kendala.
“Sejumlah pohon dan tiang papan reklame dilaporkan tumbang dan sempat menutup beberapa akses jalan,” ucap Raditya.
Sementara itu beberapa Stasiun Pengisian Bahan Bakar masih belum beroperasi karena bangunan mengalami kerusakan terdampak cuaca ekstrem sehingga menimbulkan antrean panjang. “Hingga saat ini banyak yang memilih tinggal di hotel yang menyediakan genset listrik untuk keperluan mobilitas, sehingga banyak hotel penuh di Kota Kupang,” paparnya.
(kri)
Lihat Juga :
tulis komentar anda