Elektabilitas Demokrat Melonjak, PDIP Jeblok, Dua Partai Ini Konsisten Naik
Kamis, 18 Februari 2021 - 12:53 WIB
JAKARTA - Partai berkuasa PDI Perjuangan (PDIP) tengah mengalami ujian. Meskipun posisinya masih teratas, tapi elektabilitas PDIP terjun bebas. Sebaliknya partai oposisi Demokrat mengalami lonjakan elektabilitas. Selain itu dua partai politik, PKS dan PSI, konsisten naik elektabilitasnya.
Temuan survei Indometer menunjukkan elektabilitas PDIP jeblok hingga 22,3%, padahal sebelumnya naik dari 26,8% pada survei Juli 2020 menjadi 31,6% pada survei Oktober 2020. Sedangkan, elektabilitas Demokrat melesat menjadi 8,0%, setelah sebelumnya sempat turun dari 3,9% pada Juli 2020 menjadi 3,2% di Oktober 2020. Dengan kenaikan tersebut, Demokrat melejit ke peringkat empat besar setelah PDIP, Gerindra, dan Golkar.
PKS naik dari 4,9% pada Juli 2020 menjadi 5,7% di Oktober 2020, dan kini 7,6%. PKS berada pada peringkat kelima, dan selisih elektabilitas dengan Golkar hanya terpaut 0,7%. Begitu juga dengan PSI naik dari 4,4% pada Juli 2020 menjadi 4,8% di Oktober 2020, dan kini 4,9%. “Elektabilitas Demokrat melonjak, sementara PDIP jeblok, dan dua parpol papan tengah PKS dan PSI konsisten naik,” ungkap Direktur Eksekutif lembaga survei Indometer Leonard SB dalam press release di Jakarta, pada Kamis (18/2/2021).
Menurut Leonard, kenaikan pesat elektabilitas Demokrat dan rontoknya PDIP tidak lepas dari kasus korupsi bantuan sosial (Bansos) yang mendera parpol berkuasa. Jebloknya PDIP dimanfaatkan dengan baik oleh parpol-parpol oposisi, khususnya Demokrat. Tetapi tentu saja jarak elektabilitas Demokrat dengan PDIP masih terpaut sangat jauh. Masih ada dua parpol besar lain di posisi tiga besar, yaitu Gerindra (14,1%-14,4% dan 13,5%) dan Golkar (8,2%-8,0%-8,3%). Posisi papan tengah lainnya diisi oleh PKB (5,4%-5,1% dan 5,3%, PPP (2,1%-1,9%-2,0%), dan PAN (2,3%-1,1% dan 1,5%).
Tiga parpol lama, PBB, PKPI, dan Garuda tidak berhasil meraih dukungan. Parpol baru lainnya yang mulai muncul adalah Gelora 0,2%, sedangkan Masyumi belum menuai sama sekali. Masih ada pula 19,4% responden yang menyatakan tidak tahu/tidak menjawab. Survei Indometer dilakukan pada 1-10 Februari 2021 melalui sambungan telepon kepada 1.200 responden dari seluruh provinsi yang dipilih acak dari survei sebelumnya sejak 2019. Margin of error sebesar 2,98% pada tingkat kepercayaan 95%.
Temuan survei Indometer menunjukkan elektabilitas PDIP jeblok hingga 22,3%, padahal sebelumnya naik dari 26,8% pada survei Juli 2020 menjadi 31,6% pada survei Oktober 2020. Sedangkan, elektabilitas Demokrat melesat menjadi 8,0%, setelah sebelumnya sempat turun dari 3,9% pada Juli 2020 menjadi 3,2% di Oktober 2020. Dengan kenaikan tersebut, Demokrat melejit ke peringkat empat besar setelah PDIP, Gerindra, dan Golkar.
Baca Juga
PKS naik dari 4,9% pada Juli 2020 menjadi 5,7% di Oktober 2020, dan kini 7,6%. PKS berada pada peringkat kelima, dan selisih elektabilitas dengan Golkar hanya terpaut 0,7%. Begitu juga dengan PSI naik dari 4,4% pada Juli 2020 menjadi 4,8% di Oktober 2020, dan kini 4,9%. “Elektabilitas Demokrat melonjak, sementara PDIP jeblok, dan dua parpol papan tengah PKS dan PSI konsisten naik,” ungkap Direktur Eksekutif lembaga survei Indometer Leonard SB dalam press release di Jakarta, pada Kamis (18/2/2021).
Menurut Leonard, kenaikan pesat elektabilitas Demokrat dan rontoknya PDIP tidak lepas dari kasus korupsi bantuan sosial (Bansos) yang mendera parpol berkuasa. Jebloknya PDIP dimanfaatkan dengan baik oleh parpol-parpol oposisi, khususnya Demokrat. Tetapi tentu saja jarak elektabilitas Demokrat dengan PDIP masih terpaut sangat jauh. Masih ada dua parpol besar lain di posisi tiga besar, yaitu Gerindra (14,1%-14,4% dan 13,5%) dan Golkar (8,2%-8,0%-8,3%). Posisi papan tengah lainnya diisi oleh PKB (5,4%-5,1% dan 5,3%, PPP (2,1%-1,9%-2,0%), dan PAN (2,3%-1,1% dan 1,5%).
Tiga parpol lama, PBB, PKPI, dan Garuda tidak berhasil meraih dukungan. Parpol baru lainnya yang mulai muncul adalah Gelora 0,2%, sedangkan Masyumi belum menuai sama sekali. Masih ada pula 19,4% responden yang menyatakan tidak tahu/tidak menjawab. Survei Indometer dilakukan pada 1-10 Februari 2021 melalui sambungan telepon kepada 1.200 responden dari seluruh provinsi yang dipilih acak dari survei sebelumnya sejak 2019. Margin of error sebesar 2,98% pada tingkat kepercayaan 95%.
(cip)
tulis komentar anda