Gemaku Nilai Tuduhan Radikal ke Din Syamsuddin Tak Berdasar
Senin, 15 Februari 2021 - 13:08 WIB
Kristan pun menambahkan, adanya penilaian saat ini bahwa pemerintah anti terhadap demokrasi dan perbedaan pendapat harus dilawan dengan bukti nyata.
Dia curiga jika ternyata ada pihak yang memang memanfaatkan pemerintahan itu sendiri untuk memecah persatuan dan kesatuan bangsa.
"Generasi Muda Khonghucu Indonesia melihat dengan baik Pak Din sebagai tokoh lintas agama yang berjuang untuk semangat perdamaian dan Kebhinekaan. Terbukti beliau pernah menjadi utusan khusus Presiden dialog dan kerja sama antaragama dan peradaban," jelasnya.
Sambungnya, adanya perbedaan pandangan antara Din Syamsuddin dengan pemerintah dalam situasi demokrasi merupakan sebuah dinamika yang wajar. Akan tetapi masih kata Kristan, semua pihak harus bisa menyelesaikannya secara bijaksana dan dengan cara kekeluargaan.
"Gemaku hari ini merasa bersedih jika para tokoh bangsa harus saling di 'bully', dipersekusi hanya karena saling perbedaan pendapat di antara mereka. Karena Pak Din dan pemerintah sesungguhnya punya cita-cita yang sama yaitu ingin Indonesia lebih baik dimasa yang akan datang," tuturnya.
Dengan demikian, Kristan mengimbau kepada setiap elemen bangsa mampu untuk berintrospeksi diri dengan arif dan bijaksana di tengah mudahnya disintegrasi bangsa akibat proxy war di era digital saat ini.
"Perbedaan pendapat hendaknya disikapi sebagai bagian demokrasi dan keniscayaan, cara-cara yang bisa membuat disintegrasi bangsa hendaknya direduksi sekecil mungkin," pungkasnya.
Dia curiga jika ternyata ada pihak yang memang memanfaatkan pemerintahan itu sendiri untuk memecah persatuan dan kesatuan bangsa.
"Generasi Muda Khonghucu Indonesia melihat dengan baik Pak Din sebagai tokoh lintas agama yang berjuang untuk semangat perdamaian dan Kebhinekaan. Terbukti beliau pernah menjadi utusan khusus Presiden dialog dan kerja sama antaragama dan peradaban," jelasnya.
Sambungnya, adanya perbedaan pandangan antara Din Syamsuddin dengan pemerintah dalam situasi demokrasi merupakan sebuah dinamika yang wajar. Akan tetapi masih kata Kristan, semua pihak harus bisa menyelesaikannya secara bijaksana dan dengan cara kekeluargaan.
"Gemaku hari ini merasa bersedih jika para tokoh bangsa harus saling di 'bully', dipersekusi hanya karena saling perbedaan pendapat di antara mereka. Karena Pak Din dan pemerintah sesungguhnya punya cita-cita yang sama yaitu ingin Indonesia lebih baik dimasa yang akan datang," tuturnya.
Dengan demikian, Kristan mengimbau kepada setiap elemen bangsa mampu untuk berintrospeksi diri dengan arif dan bijaksana di tengah mudahnya disintegrasi bangsa akibat proxy war di era digital saat ini.
"Perbedaan pendapat hendaknya disikapi sebagai bagian demokrasi dan keniscayaan, cara-cara yang bisa membuat disintegrasi bangsa hendaknya direduksi sekecil mungkin," pungkasnya.
(maf)
Lihat Juga :
tulis komentar anda