Skak Fahri Ketika Staf Ahli Kominfo Ngaku Juga Takut Buzzer
Senin, 15 Februari 2021 - 05:30 WIB
JAKARTA - Kritik terhadap kebebasan berpendapat yang dirasakan menyempit direspons Kementerian Komunikasi dan Informasi ( Kemkominfo ). Staf Ahli Kemkominfo Henry Subiakto menyatakan bahwa tidak perlu ada kegelisahan soal kebebasan berpendapat .
Sebab Presiden Jokowi sangat memahami bahwa kritik sangat perlu untuk memperbaiki layanan publik, membuat pemerintah lebih hati-hati. “Bung Fahri pun mengakui pengkritik pun diberi tempat. Itu kenapa presiden meminta masyarakat menyampaikan kritik,” ujar Henry dalam wawancara di saluran youtube Karni Ilyas Club bersama Fahri Hamzah, Minggu (14/2/2021).
(Baca: Poin 2 Huruf d Maklumat Kapolri Dinilai Mengebiri Kebebasan Berpendapat)
Henry membantah ada upaya pembukaman pendapat oleh pemerintah. Yang terjadi adalah gesekan antar masyarakat, yang sudah dimulai sejak 2014. Kekhawatiran sejumlah tokoh menyampaikan kritik seperti diungkapkan terbuka oleh Kwik Kian Gie dinilai Henry disebabkan karena mereka belum pernah mengalami fenomena sosial seperti hari-hari ini.
Menurut Henry, di masa kini hampir setiap orang saat ini adalah konsumen sekaligus produsen informasi atau pelaku komunikasi politik. Hal ini membuat kebisingan dalam komunikasi masyarakat.
”Ini membuat pertarungan antar masyarakat tinggi sekali, antar masyarakat lho ini. Jangankan Pak Fahri, saya juga tidak berani mengkritik tokoh-tokoh oposisi itu karena sekali saya ngomong saya diserang buzzer yang begitu banyak,” ujar Henry.
(Baca: Fahri Hamzah Sebut Dua Jurang Menganga di Ujung Demokrasi Indonesia)
Fahri Hamzah pun bereaksi dengan bertanya balik kepada Henry. Dia mengakui media sosial dengan segala hingar bingarnya merupakan fenomena baru yang membuat semua orang pusing.
”Cara berpikir kita mestinya harus ditarik, siapa yang yang seharusnya mengambil inisiatif kalau ada fenomena baru seperti ini? Kita berharapnya kan kepada pemerintah. Kita tidak bisa berharap rakyat berhenti bertengkar sebab konflik itu nature-nya manusia,” kata Fahri.
Sebab Presiden Jokowi sangat memahami bahwa kritik sangat perlu untuk memperbaiki layanan publik, membuat pemerintah lebih hati-hati. “Bung Fahri pun mengakui pengkritik pun diberi tempat. Itu kenapa presiden meminta masyarakat menyampaikan kritik,” ujar Henry dalam wawancara di saluran youtube Karni Ilyas Club bersama Fahri Hamzah, Minggu (14/2/2021).
(Baca: Poin 2 Huruf d Maklumat Kapolri Dinilai Mengebiri Kebebasan Berpendapat)
Henry membantah ada upaya pembukaman pendapat oleh pemerintah. Yang terjadi adalah gesekan antar masyarakat, yang sudah dimulai sejak 2014. Kekhawatiran sejumlah tokoh menyampaikan kritik seperti diungkapkan terbuka oleh Kwik Kian Gie dinilai Henry disebabkan karena mereka belum pernah mengalami fenomena sosial seperti hari-hari ini.
Menurut Henry, di masa kini hampir setiap orang saat ini adalah konsumen sekaligus produsen informasi atau pelaku komunikasi politik. Hal ini membuat kebisingan dalam komunikasi masyarakat.
”Ini membuat pertarungan antar masyarakat tinggi sekali, antar masyarakat lho ini. Jangankan Pak Fahri, saya juga tidak berani mengkritik tokoh-tokoh oposisi itu karena sekali saya ngomong saya diserang buzzer yang begitu banyak,” ujar Henry.
(Baca: Fahri Hamzah Sebut Dua Jurang Menganga di Ujung Demokrasi Indonesia)
Fahri Hamzah pun bereaksi dengan bertanya balik kepada Henry. Dia mengakui media sosial dengan segala hingar bingarnya merupakan fenomena baru yang membuat semua orang pusing.
”Cara berpikir kita mestinya harus ditarik, siapa yang yang seharusnya mengambil inisiatif kalau ada fenomena baru seperti ini? Kita berharapnya kan kepada pemerintah. Kita tidak bisa berharap rakyat berhenti bertengkar sebab konflik itu nature-nya manusia,” kata Fahri.
(muh)
Lihat Juga :
tulis komentar anda