Kolaborasi dan Pembiayaan Kunci Keberhasilan Riset
Senin, 15 Februari 2021 - 05:20 WIB
Gunakan Produk Kesehatan Buatan Anak Bangsa
Temuan alat tes buatan anak negeri diharapkan ke depannya juga mampu diikuti berbagai temuan alat kesehatan lain. Adapun rencana jangka panjang pemerintah untuk mewujudkan kemandirian di bidang teknologi kesehatan dan farmasi ini adalah dengan memasukkan temuan ini dalam PRN. Selanjutnya memetakan alat apa yang sedang dibutuhkan sehingga peneliti dapat bertindak cepat untuk melakukan riset. Misalnya saat pandemi sekarang semua membutuhkan ventilator, itu akan menjadi salah satu produk kesehatan yang jadi perhatian.
Namun, Prof Dim mengingatkan bangsa Indonesia untuk membuatkeberpihakan terhadap produk-produk asli Indonesia. Jika ada barang yang sama di pasaran, mulai kini dapat memilih produk lokal. Jika produsen lokal mampu memproduksi dan sudah ada di pasaran berarti kualitasnya sama dengan produk buatan luar negeri. Apalagi sudah ada tahapan yang sama saat diuji oleh Kementerian Kesehatan untuk alat kesehatan dan izin edar oleh BPOM untuk obat atau suplemen. "Masyarakat harus percaya dengan buatan anak bangsa sehingga lama-lama kita bisa mengganti alat kesehatan, bahkan obat dan suplemen, impor dengan produk-produk yang dihasilkan para peneliti Indonesia," ucapnya.
)
Di tempat terpisah, Direktur Jenderal (Dirjen) Pendidikan Tinggi (Dikti) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Nizam, mengatakan, selama pandemi Covid-19, direktoratnya mengatur ulang anggaran untuk mendukung penelitian dan pengembangan serta penanganan Covid-19. Termasuk pengembangan obat-obatan herbal atau biota laut, imun booster, dan peralatan kesehatan. Pemerintah juga membagikan dana penelitian terhadap perguruan tinggi di Tanah Air.
Nizam menjelaskan, sejak Maret 2020 Ditjen Dikti meminta perguruan tinggi mengatur ulang fokus riset pada upaya penanganan Covid-19. Selama kurang dari enam bulan, lebih dari 1.600 invensi dan inovasi dihasilkan, dari masker, face shield, imun booster, rapid test, PCR, biosafety level-3 mobile lab, robot ners, drone surveylance, ventilator, GeNoSe C19, hingga Vaksin Merah Putih. “Melalui anggaran BOPTN dan APBN, kami mendorong perguruan tinggi berinovasi dan berkontribusi dalam mengatasi wabah ini. Banyak yang sukses mengembangkan inovasi hingga diproduksi dan digunakan secara massal. Ventilator UI, UGM, ITB, ITS, dan Gunadharma, misalnya, digunakan di ambulans dan ICU banyak rumah sakit,” ungkap Nizam. ananda nararya/muh shamil/helmi syarif
Temuan alat tes buatan anak negeri diharapkan ke depannya juga mampu diikuti berbagai temuan alat kesehatan lain. Adapun rencana jangka panjang pemerintah untuk mewujudkan kemandirian di bidang teknologi kesehatan dan farmasi ini adalah dengan memasukkan temuan ini dalam PRN. Selanjutnya memetakan alat apa yang sedang dibutuhkan sehingga peneliti dapat bertindak cepat untuk melakukan riset. Misalnya saat pandemi sekarang semua membutuhkan ventilator, itu akan menjadi salah satu produk kesehatan yang jadi perhatian.
Namun, Prof Dim mengingatkan bangsa Indonesia untuk membuatkeberpihakan terhadap produk-produk asli Indonesia. Jika ada barang yang sama di pasaran, mulai kini dapat memilih produk lokal. Jika produsen lokal mampu memproduksi dan sudah ada di pasaran berarti kualitasnya sama dengan produk buatan luar negeri. Apalagi sudah ada tahapan yang sama saat diuji oleh Kementerian Kesehatan untuk alat kesehatan dan izin edar oleh BPOM untuk obat atau suplemen. "Masyarakat harus percaya dengan buatan anak bangsa sehingga lama-lama kita bisa mengganti alat kesehatan, bahkan obat dan suplemen, impor dengan produk-produk yang dihasilkan para peneliti Indonesia," ucapnya.
)
Di tempat terpisah, Direktur Jenderal (Dirjen) Pendidikan Tinggi (Dikti) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Nizam, mengatakan, selama pandemi Covid-19, direktoratnya mengatur ulang anggaran untuk mendukung penelitian dan pengembangan serta penanganan Covid-19. Termasuk pengembangan obat-obatan herbal atau biota laut, imun booster, dan peralatan kesehatan. Pemerintah juga membagikan dana penelitian terhadap perguruan tinggi di Tanah Air.
Nizam menjelaskan, sejak Maret 2020 Ditjen Dikti meminta perguruan tinggi mengatur ulang fokus riset pada upaya penanganan Covid-19. Selama kurang dari enam bulan, lebih dari 1.600 invensi dan inovasi dihasilkan, dari masker, face shield, imun booster, rapid test, PCR, biosafety level-3 mobile lab, robot ners, drone surveylance, ventilator, GeNoSe C19, hingga Vaksin Merah Putih. “Melalui anggaran BOPTN dan APBN, kami mendorong perguruan tinggi berinovasi dan berkontribusi dalam mengatasi wabah ini. Banyak yang sukses mengembangkan inovasi hingga diproduksi dan digunakan secara massal. Ventilator UI, UGM, ITB, ITS, dan Gunadharma, misalnya, digunakan di ambulans dan ICU banyak rumah sakit,” ungkap Nizam. ananda nararya/muh shamil/helmi syarif
(bmm)
Lihat Juga :
tulis komentar anda