Andi Mallarangeng: Di Myanmar Jenderal Mengkudeta Presiden, di Indonesia Jenderal Mau Mengkudeta Mayor
Minggu, 07 Februari 2021 - 05:15 WIB
JAKARTA - Sekretaris Majelis Tinggi Partai Demokrat Andi Mallarangeng mengaku heran dengan alasan Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko yang mengatakan bahwa dirinya hanya 'ngopi-ngopi' saat bertemu dengan kader Partai Demokrat.
Andi menyebut hal itu merupakan tindakan yang keluar garis (off side) jika diibaratkan dalam dunia sepakbola. Sebab jika ingin 'ngopi' bisa dilakukan di halaman hotel saja, bukan sampai menyewa kamar yang menandakan bahwa pertemuan itu dilkaukan secara diam-diam.
Andi merasa heran kenapa Moeldoko menyebut pertemuan tersebut dengan ngopi-ngopi, padahal orang yang ditemuinya saja tidak dikenalnya.
"Kalau orang ngopi-ngopi dengan teman akrab, itu baru bisa dipahami. Tapi kalau ngopi dengan orang yang tidak dikenal apanya yang ngopi-ngopi, kan Ini off side. Bukan hanya off side tapi kartu merah. Ini kartu merah kalau sepakbola, harus out (keluar)," ungkap Andi dalam sebuah diskusi daring, Sabtu (6/2/2021).
Selain itu, dugaan kudeta Partai Demokrat yang dilakukan oleh Moeldoko dianalogikannya dengan isu internasional yang tengah ramai belakangan ini, yaitu Kudeta Myanmar. Hal yang membedakan, kata Andi, kalau di Myanmar Jenderal mengkudeta Presiden dan Menteri, sementara di Indonesia, seorang Jenderal berupaya mengkudeta Mayor.
Baca Juga: Jokowi Tak Balas Surat AHY, Politikus PDIP: Gagallah Upaya Demokrat Framing Opini
Bahkan, upaya kudeta yang dilakukan oleh jenderal tersebut dikatakan gagal. Seperti diketahui, sebelum menjabat KSP, Moeldoko merupakan pensiusan militer berpangkat jenderal. Sementara itu, Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) hanyalah purnawirawan TNI berpangkat Mayor.
Andi menyebut hal itu merupakan tindakan yang keluar garis (off side) jika diibaratkan dalam dunia sepakbola. Sebab jika ingin 'ngopi' bisa dilakukan di halaman hotel saja, bukan sampai menyewa kamar yang menandakan bahwa pertemuan itu dilkaukan secara diam-diam.
Andi merasa heran kenapa Moeldoko menyebut pertemuan tersebut dengan ngopi-ngopi, padahal orang yang ditemuinya saja tidak dikenalnya.
"Kalau orang ngopi-ngopi dengan teman akrab, itu baru bisa dipahami. Tapi kalau ngopi dengan orang yang tidak dikenal apanya yang ngopi-ngopi, kan Ini off side. Bukan hanya off side tapi kartu merah. Ini kartu merah kalau sepakbola, harus out (keluar)," ungkap Andi dalam sebuah diskusi daring, Sabtu (6/2/2021).
Selain itu, dugaan kudeta Partai Demokrat yang dilakukan oleh Moeldoko dianalogikannya dengan isu internasional yang tengah ramai belakangan ini, yaitu Kudeta Myanmar. Hal yang membedakan, kata Andi, kalau di Myanmar Jenderal mengkudeta Presiden dan Menteri, sementara di Indonesia, seorang Jenderal berupaya mengkudeta Mayor.
Baca Juga: Jokowi Tak Balas Surat AHY, Politikus PDIP: Gagallah Upaya Demokrat Framing Opini
Bahkan, upaya kudeta yang dilakukan oleh jenderal tersebut dikatakan gagal. Seperti diketahui, sebelum menjabat KSP, Moeldoko merupakan pensiusan militer berpangkat jenderal. Sementara itu, Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) hanyalah purnawirawan TNI berpangkat Mayor.
Lihat Juga :
tulis komentar anda