Gus Jazil: Kader PMII Harus Punya Akar Kuat agar Tak Mudah Tumbang
Jum'at, 05 Februari 2021 - 21:57 WIB
JAKARTA - Wakil Ketua MPR Jazilul Fawaid mengingatkan para kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) harus memiliki akar kuat agar tidak mudah terombang-ambing, tidak takut pada siapa pun dan siap menghadapi keadaan apa pun.
Sebagai calon pemimpin, kata Gus Jazil, kader PMII harus memiliki spiritual atau ketauhidan yang kuat. "Kader PMII tidak boleh takut dengan apa pun, kecuali takut kepada Allah SWT. Harus selalu mempertahankan kalimat 'Laailahaillallah'," ujarnya saat memberikan sambutan dalam Pelatihan Kader Lanjut (PKL) Pengurus Cabang PMII Jakarta Selatan di Wisma SLB, Jakarta Selatan, Jumat (5/2/2021).
Menurut Gus Jazil, kalimat thayyibah "Lailahaillallah" diibaratkan sebagai pohon yang memiliki akar kuat, cabang-cabang yang menjulang tinggi ke langit sehingga bisa menghasilkan bunga dan buah.
Saat ini, sambung dia, di beberapa negara banyak orang yang lebih memilih menjadi atheis atau tidak beragama karena merasa Tuhan tidak penting. Di perguruan tinggi, nalar positivisme juga sering kali ditonjolkan bahwa hal yang benar adalah hal yang nyata adanya dan tampak.
"Semua cara memperoleh kebenaran itu menggunakan nalar positivisme. Pendekatannya lebih pada materialistik. Cantik, ganteng, kaya. Padahal itu semua tergantung napas. Kalau cantik, ganteng, kaya tapi tak bisa bernapas ya tidak ada gunanya. Saya memulai dari situ supaya kita tahu apa tujuan kita ber-PMII," katanya.
Sebagai kader pergerakan, kader PMII harus memiliki cabang yang kuat dan jelas. "Akar itu ada bermacam-macam. Ada akar tunggang, ada akar serabut. Jangan sampai enggak jelas akarnya. Kita harus punya pohon yang akarnya kuat. Saya berharap kader-kader PMII memiliki akar yang kuat. Jangan sampai nggak ada akarnya. Jangan sampai nggak jelas akarnya karena kalau jadi pohon tinggi nggak ada akarnya maka akan mudah jatuh. Dan nggak mungkin pohon bisa berbuah kalau nggak ada akarnya," tuturnya.
Karena itu, dalam berorganisasi, membangun akar menjadi suatu keharusan. "Membangun akar ini penting. Akarnya harus terhubung dengan kalimat toyyibah supaya tidak salah. Kalau akar Anda terhubung pada cita-cita, misalnya ikut PMII untuk mendapatkan istri yang cantik, ya nanti setelah dapat istri cantik selesai. Kalau akar Anda cantolkan pada urusan dunia, ya nanti akan selesai dengan berakhirnya dunia. Tapi kalau akar Anda cantolkan dengan kalimat 'Laailahaillallah, sampai kapanpun, Anda hidup sampai mati tak akan hilang," tuturnya.
Menurut dia, hidup itu sebenarnya asal punya nyawa sudah mewah. Karena itu, dirinya meminta para kader PMII untuk tidak mudah mengeluh. "Kalau Anda mengatakan saya ini kok sulit terus, ya sulit. Kita harus berani. Tidak ada yang perlu ditakuti kalau sudah berpegang pada kalimat 'Laailahaillaallah'". Kita hidup ini bukan hakiki (kekal), tapi majazi (tidak kekal)," katanya.
Selain akar yang kuat, kader PMII juga harus memiliki batang yang kuat pula. Batang yang dimaksud adalah kemampuan manajerial. "Makanya ber-PMII, berorganisasi, beramal itu untuk membuat kita memiliki batang yang kuat dengan ilmu pengetahuan dan lain-lain. Kalau akarnya iman maka batangnya ilmu pengetahuan," katanya.
Gus Jazil juga mengingatkan dalam menjalani aktivitas apa pun hendaknya dilakukan dengan penuh kegembiraan. Ketua Umum IKA Institut PTIQ Jakarta ini menukil ayat dalam Alquran, Surat Yunus ayat 58: "Qul bifadlillahi wa biraḥmatihi fa bizalika falyafrahu, huwa khairum mimma yajma'un. Artinya, katakanlah, dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan."
"Kader PMII harus bergembira. Kalau kita sedih, kita akan kehilangan harapan. Pasti karena akarnya enggak kuat," ujarnya.
Sebagai calon pemimpin, kata Gus Jazil, kader PMII harus memiliki spiritual atau ketauhidan yang kuat. "Kader PMII tidak boleh takut dengan apa pun, kecuali takut kepada Allah SWT. Harus selalu mempertahankan kalimat 'Laailahaillallah'," ujarnya saat memberikan sambutan dalam Pelatihan Kader Lanjut (PKL) Pengurus Cabang PMII Jakarta Selatan di Wisma SLB, Jakarta Selatan, Jumat (5/2/2021).
Menurut Gus Jazil, kalimat thayyibah "Lailahaillallah" diibaratkan sebagai pohon yang memiliki akar kuat, cabang-cabang yang menjulang tinggi ke langit sehingga bisa menghasilkan bunga dan buah.
Saat ini, sambung dia, di beberapa negara banyak orang yang lebih memilih menjadi atheis atau tidak beragama karena merasa Tuhan tidak penting. Di perguruan tinggi, nalar positivisme juga sering kali ditonjolkan bahwa hal yang benar adalah hal yang nyata adanya dan tampak.
"Semua cara memperoleh kebenaran itu menggunakan nalar positivisme. Pendekatannya lebih pada materialistik. Cantik, ganteng, kaya. Padahal itu semua tergantung napas. Kalau cantik, ganteng, kaya tapi tak bisa bernapas ya tidak ada gunanya. Saya memulai dari situ supaya kita tahu apa tujuan kita ber-PMII," katanya.
Sebagai kader pergerakan, kader PMII harus memiliki cabang yang kuat dan jelas. "Akar itu ada bermacam-macam. Ada akar tunggang, ada akar serabut. Jangan sampai enggak jelas akarnya. Kita harus punya pohon yang akarnya kuat. Saya berharap kader-kader PMII memiliki akar yang kuat. Jangan sampai nggak ada akarnya. Jangan sampai nggak jelas akarnya karena kalau jadi pohon tinggi nggak ada akarnya maka akan mudah jatuh. Dan nggak mungkin pohon bisa berbuah kalau nggak ada akarnya," tuturnya.
Karena itu, dalam berorganisasi, membangun akar menjadi suatu keharusan. "Membangun akar ini penting. Akarnya harus terhubung dengan kalimat toyyibah supaya tidak salah. Kalau akar Anda terhubung pada cita-cita, misalnya ikut PMII untuk mendapatkan istri yang cantik, ya nanti setelah dapat istri cantik selesai. Kalau akar Anda cantolkan pada urusan dunia, ya nanti akan selesai dengan berakhirnya dunia. Tapi kalau akar Anda cantolkan dengan kalimat 'Laailahaillallah, sampai kapanpun, Anda hidup sampai mati tak akan hilang," tuturnya.
Menurut dia, hidup itu sebenarnya asal punya nyawa sudah mewah. Karena itu, dirinya meminta para kader PMII untuk tidak mudah mengeluh. "Kalau Anda mengatakan saya ini kok sulit terus, ya sulit. Kita harus berani. Tidak ada yang perlu ditakuti kalau sudah berpegang pada kalimat 'Laailahaillaallah'". Kita hidup ini bukan hakiki (kekal), tapi majazi (tidak kekal)," katanya.
Selain akar yang kuat, kader PMII juga harus memiliki batang yang kuat pula. Batang yang dimaksud adalah kemampuan manajerial. "Makanya ber-PMII, berorganisasi, beramal itu untuk membuat kita memiliki batang yang kuat dengan ilmu pengetahuan dan lain-lain. Kalau akarnya iman maka batangnya ilmu pengetahuan," katanya.
Gus Jazil juga mengingatkan dalam menjalani aktivitas apa pun hendaknya dilakukan dengan penuh kegembiraan. Ketua Umum IKA Institut PTIQ Jakarta ini menukil ayat dalam Alquran, Surat Yunus ayat 58: "Qul bifadlillahi wa biraḥmatihi fa bizalika falyafrahu, huwa khairum mimma yajma'un. Artinya, katakanlah, dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan."
"Kader PMII harus bergembira. Kalau kita sedih, kita akan kehilangan harapan. Pasti karena akarnya enggak kuat," ujarnya.
(dam)
Lihat Juga :
tulis komentar anda