Kasus Corona Melonjak, IDI: Penerapan Prokes di Daerah Kelihatan Berat
Jum'at, 22 Januari 2021 - 15:48 WIB
JAKARTA - Ketua PB Ikatan Dokter Indonesia ( IDI ), Daeng M Faqih mengatakan, penerapan protokol kesehatan ( prokes ) 3M (memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan dengan sabun) masih belum terlalu terdampak menekan angka kasus Covid-19 (virus Corona).
(Baca juga: Covid yang Menyebar Cepat Bisa Menghindari Respons Imun dari Vaksin Corona)
"Di beberapa daerah memang protokol kesehatan ini masih kelihatan berat. Bahkan, tidak kelihatan impact-nya bisa menurunkan angka kejadian," ungkap Daeng dalam diskusi 'Vaksinasi Vaksinasi Covid-19, Perubahan Perilaku dan Diseminasi Informasi. Keterbukaan, Akuntabilitas dan Keadilan Dalam Distribusi Vaksin Covid-19' secara virtual, Jumat (22/1/2021).
(Baca juga: Ilmuwan Oxford Bersiap Produksi Vaksin untuk Varian Baru Virus Corona)
Apalagi, saat ini kasus Corona terus mengalami lonjakan. "Bahkan, sekarang angka kejadian Covid-19 juga naik. Kabarnya, kasus yang aktif juga naik sampai 40% setelah libur kemarin. Jadi protokol kesehatan ini PR besar bagi kita semua," kata Daeng.
(Baca juga: Joe Biden Dilantik, Puan Maharani Berharap Dunia Bersatu Lawan Corona)
Lalu, apa yang bisa dilakukan? Daeng mengatakan pemerintah perlu meninjau kembali protokol kesehatan. "Pemerintah mungkin meninjau kembali protokol kesehatan yang sekarang dilakukan. Mungkin bukan hanya 3M, kalau hanya 3M dari segi ilmu kesehatan masyarakat, teori yang kuno saja seperti teori Bloom, kesehatan masyarakat, itu mestinya merubah perilaku," jelasnya.
"Jadi 3M saja tidak cukup, tapi lebih ke arah merubah perilaku karena hanya memakai masker, kemudian mencuci tangan dalam arti menjaga kebersihan, yang ketiga itu menjaga jarak atau menjaga kerumunan. Jadi dari aspek perilaku," tambah Daeng.
Sebenarnya kata Daeng, menurut teori-teori kesehatan masyarakat agar terhindar dari sebuah penyakit itu yang dirubah atau yang dimodifikasi bukan hanya perilaku. Minimal ada tiga hal yang sangat penting diperhatikan. Pertama merubah perilaku, yang kedua menjaga memodifikasi genetik atau kondisi konstitusi tubuh. Kalau bahasa gampangnya daya tahan tubuh sebenarnya.
"Jadi mungkin perlu ditambah 1M lagi, yakni untuk mengkondisikan daya tahan tubuh. Itu yang mungkin belum didorong dalam program secara nasional dalam protokol kesehatan," tutup Daeng.
(Baca juga: Covid yang Menyebar Cepat Bisa Menghindari Respons Imun dari Vaksin Corona)
"Di beberapa daerah memang protokol kesehatan ini masih kelihatan berat. Bahkan, tidak kelihatan impact-nya bisa menurunkan angka kejadian," ungkap Daeng dalam diskusi 'Vaksinasi Vaksinasi Covid-19, Perubahan Perilaku dan Diseminasi Informasi. Keterbukaan, Akuntabilitas dan Keadilan Dalam Distribusi Vaksin Covid-19' secara virtual, Jumat (22/1/2021).
(Baca juga: Ilmuwan Oxford Bersiap Produksi Vaksin untuk Varian Baru Virus Corona)
Apalagi, saat ini kasus Corona terus mengalami lonjakan. "Bahkan, sekarang angka kejadian Covid-19 juga naik. Kabarnya, kasus yang aktif juga naik sampai 40% setelah libur kemarin. Jadi protokol kesehatan ini PR besar bagi kita semua," kata Daeng.
(Baca juga: Joe Biden Dilantik, Puan Maharani Berharap Dunia Bersatu Lawan Corona)
Lalu, apa yang bisa dilakukan? Daeng mengatakan pemerintah perlu meninjau kembali protokol kesehatan. "Pemerintah mungkin meninjau kembali protokol kesehatan yang sekarang dilakukan. Mungkin bukan hanya 3M, kalau hanya 3M dari segi ilmu kesehatan masyarakat, teori yang kuno saja seperti teori Bloom, kesehatan masyarakat, itu mestinya merubah perilaku," jelasnya.
"Jadi 3M saja tidak cukup, tapi lebih ke arah merubah perilaku karena hanya memakai masker, kemudian mencuci tangan dalam arti menjaga kebersihan, yang ketiga itu menjaga jarak atau menjaga kerumunan. Jadi dari aspek perilaku," tambah Daeng.
Sebenarnya kata Daeng, menurut teori-teori kesehatan masyarakat agar terhindar dari sebuah penyakit itu yang dirubah atau yang dimodifikasi bukan hanya perilaku. Minimal ada tiga hal yang sangat penting diperhatikan. Pertama merubah perilaku, yang kedua menjaga memodifikasi genetik atau kondisi konstitusi tubuh. Kalau bahasa gampangnya daya tahan tubuh sebenarnya.
"Jadi mungkin perlu ditambah 1M lagi, yakni untuk mengkondisikan daya tahan tubuh. Itu yang mungkin belum didorong dalam program secara nasional dalam protokol kesehatan," tutup Daeng.
(maf)
Lihat Juga :
tulis komentar anda