Duka Awal Tahun
Senin, 11 Januari 2021 - 05:11 WIB
DUNIA penerbangan kembali berduka. Musibah jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ-182 pada Sabtu (9/1/21) menjadi catatan kelam industri penerbangan yang kesekian kalinya terjadi di negeri ini.
Duka akibat tragedi jatuhnya pesawat di perairan Kepulauan Seribu itu terasa lebih dalam karena terjadi pada saat bangsa ini sedang menghadapi serangan pandemi korona (Covid-19). Diketahui sejak awal tahun ini penyebaran Covid-19 di Indonesia belum terkendali. Tingkat penularan virus asal China itu bahkan terus meningkat kendati sudah memasuki bulan ke-10 sejak awal diumumkan pada Maret 2020 silam.
Kemarin angka kasus harian positif Covid-19 dilaporkan sebanyak 9.640 kasus baru. Bahkan pada 8-9 Januari 2021 penambahan kasus harian sempat menembus angka di atas 10.000. Data ini sungguh bukan kabar baik karena berbagai langkah yang dilakukan pemerintah untuk mencegah penyebaran korona ternyata belum membuahkan hasil signifikan.
Kembali ke tragedi jatuhnya pesawat Sriwijaya Air, berdasarkan laporan Kementerian Perhubungan, pesawat yang bertolak dari Bandara Soekarno-Hatta menuju Pontianak itu membawa 62 orang, termasuk kru. Tim Badan SAR Nasional (Basarnas) masih terus melakukan pencarian bangkai pesawat dan korban di lokasi jatuhnya pesawat yang berada di sekitar Pulau Laki dan Pulau Lancang. Hingga kemarin sore tim dilaporkan sudah menemukan sejumlah benda dan bagian tubuh penumpang yang diduga berasal dari pesawat nahas tersebut.
Di hari yang sama, kabar duka lainnya juga datang dari Sumedang, Jawa Barat. Di kota itu, tepatnya di Desa Cihanjuang, Kecamatan Cimanggung, terjadi musibah longsor yang menewaskan sedikitnya 13 orang. Tim SAR bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPDB) setempat juga terus melakukan evakuasi dan relokasi warga di sekitar lokasi di Dusun Bojong Kondang tersebut. Warga dusun juga diminta mengungsi untuk sementara waktu.
Saat kedua musibah yang merenggut korban jiwa itu terjadi, cuaca di Bandara Soekarno-Hatta memang sedang terjadi hujan. Hal ini disampaikan oleh Direktur Utama Sriwijaya Air Jefferson Irwin Jauwena saat konferensi pers di Jakarta, Sabtu (9/1/2021) malam lalu. Menurut Irwin, akibat cuaca buruk tersebut, pesawat Boeing 737-500 itu delay selama 30 menit.
Demikian pula di Sumedang, di lokasi pada saat kejadian terjadi hujan deras yang mengakibatkan longsor. Nahasnya longsor tersebut terjadi dua kali dalam waktu yang berdekatan. Dugaan awal, longsor yang terjadi di Dusun Bojong Kondang akibat kelalaian pengembang yang membangun perumahan di lokasi tersebut.
Pihak Polda Jabar mengaku akan menyelidiki adanya dugaan pidana di balik pembangunan permukiman di kawasan longsor tersebut. Penyelidikan yang dimaksud termasuk perizinannya karena lokasi perumahan tersebut ternyata berada di kawasan dengan kontur tanah berlereng terjal, bahkan terdapat tebing.
Evakuasi Segera
Duka akibat tragedi jatuhnya pesawat di perairan Kepulauan Seribu itu terasa lebih dalam karena terjadi pada saat bangsa ini sedang menghadapi serangan pandemi korona (Covid-19). Diketahui sejak awal tahun ini penyebaran Covid-19 di Indonesia belum terkendali. Tingkat penularan virus asal China itu bahkan terus meningkat kendati sudah memasuki bulan ke-10 sejak awal diumumkan pada Maret 2020 silam.
Kemarin angka kasus harian positif Covid-19 dilaporkan sebanyak 9.640 kasus baru. Bahkan pada 8-9 Januari 2021 penambahan kasus harian sempat menembus angka di atas 10.000. Data ini sungguh bukan kabar baik karena berbagai langkah yang dilakukan pemerintah untuk mencegah penyebaran korona ternyata belum membuahkan hasil signifikan.
Kembali ke tragedi jatuhnya pesawat Sriwijaya Air, berdasarkan laporan Kementerian Perhubungan, pesawat yang bertolak dari Bandara Soekarno-Hatta menuju Pontianak itu membawa 62 orang, termasuk kru. Tim Badan SAR Nasional (Basarnas) masih terus melakukan pencarian bangkai pesawat dan korban di lokasi jatuhnya pesawat yang berada di sekitar Pulau Laki dan Pulau Lancang. Hingga kemarin sore tim dilaporkan sudah menemukan sejumlah benda dan bagian tubuh penumpang yang diduga berasal dari pesawat nahas tersebut.
Di hari yang sama, kabar duka lainnya juga datang dari Sumedang, Jawa Barat. Di kota itu, tepatnya di Desa Cihanjuang, Kecamatan Cimanggung, terjadi musibah longsor yang menewaskan sedikitnya 13 orang. Tim SAR bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPDB) setempat juga terus melakukan evakuasi dan relokasi warga di sekitar lokasi di Dusun Bojong Kondang tersebut. Warga dusun juga diminta mengungsi untuk sementara waktu.
Saat kedua musibah yang merenggut korban jiwa itu terjadi, cuaca di Bandara Soekarno-Hatta memang sedang terjadi hujan. Hal ini disampaikan oleh Direktur Utama Sriwijaya Air Jefferson Irwin Jauwena saat konferensi pers di Jakarta, Sabtu (9/1/2021) malam lalu. Menurut Irwin, akibat cuaca buruk tersebut, pesawat Boeing 737-500 itu delay selama 30 menit.
Demikian pula di Sumedang, di lokasi pada saat kejadian terjadi hujan deras yang mengakibatkan longsor. Nahasnya longsor tersebut terjadi dua kali dalam waktu yang berdekatan. Dugaan awal, longsor yang terjadi di Dusun Bojong Kondang akibat kelalaian pengembang yang membangun perumahan di lokasi tersebut.
Pihak Polda Jabar mengaku akan menyelidiki adanya dugaan pidana di balik pembangunan permukiman di kawasan longsor tersebut. Penyelidikan yang dimaksud termasuk perizinannya karena lokasi perumahan tersebut ternyata berada di kawasan dengan kontur tanah berlereng terjal, bahkan terdapat tebing.
Evakuasi Segera
tulis komentar anda