Kunjungi Nusakambangan, Doni Monardo Minta Tanaman Pelindung Tsunami Dijaga
Sabtu, 05 Desember 2020 - 21:31 WIB
JAKARTA - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo mengunjungi kawasan konservasi alam yang berada di Pulau Nusakambangan, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah kemarin.
Dalam kunjungan tersebut, Doni ingin beberapa jenis tanaman yang dapat menjadi ‘pondasi alami’ dari potensi tsunami di selatan Jawa terjaga dan berfungsi dengan baik. Sebab, keberadaan Pulau Nusakambangan hingga saat ini sangat strategis sebagai barrier bagi keselamatan warga di Cilacap. “Bagian selatan Nusakambangan ini harus betul-betul dalam posisi perawatan yang optimal. Karena Nusakambangan ini adalah barrier bagi keselamatan warga di Cilacap, dengan jumlah penduduk dua juta orang,” jelas Doni dalam siaran pers yang diterima Sindo Media, Sabtu (5/12/2020). (Baca juga: BNPB Ungkap Dua Potensi Besar Pemicu Tsunami di Wilayah Selatan Jawa)
Menurut hasil penelitian dan kajian lebih lanjut, Pulau Nusakambangan menjadi benteng bagi wilayah Cilacap ketika terjadi peristiwa tsunami yang dipicu oleh gempa bumi di Pangandaran 2006 silam. Berdasarkan hasil catatan ilmiah dari berbagai pakar, gelombang tsunami yang menghantam wilayah Nusakambangan pada waktu itu mencapai ketinggian antara 15 sampai 22 meter. “Kalau tidak ada Pulau Nusakambangan, maka pada 2006 yang lalu, mungkin sebagian besar kawasan di Cilacap yang penduduknya termasuk paling padat itu akan terdampak,” kata Doni. (Baca juga: Mitigasi Tsunami di Selatan Jawa, BNPB: Ekosistem Garis Pantai Sangat Penting)
Doni menambahkan, kendati pusat episentrum berada di Pangandaran, ternyata juga menimbulkan kerusakan di bagian selatan Nusakambangan. Ada beberapa vegetasi alami di sana yang hancur setelah diterjang gelombang tsunami. “Tsunami 2006 yang pusat episentrumnya di Pangandaran, ternyata juga menimbulkan kerusakan yang tidak sedikit di bagian selatan Nusakambangan,” jelas Doni. (Baca juga: BMKG : Sunda Megathrust Ancaman Nyata Bencana di Selatan Pantai Jawa)
Melihat adanya potensi ancaman gempa bumi dan tsunami tersebut, Doni meminta agar seluruh komponen pemerintah daerah administrasi Cilacap agar dapat membuat kebijakan yang merujuk kepada pelestarian alam dan lingkungan sebagai upaya mitigasi bencana berbasis ekosistem.
Apabila kawasan konservasi beralih fungsi, maka hal itu dapat menimbulkan permasalahan bagi keselamatan warga di wilayah selatan Cilacap dengan jumlah penduduk yang sangat padat. “Ketika kawasan-kawasan konservasi ini beralih fungsi, ini yang kita khawatirkan akan bisa menimbulkan persoalan bagi keselamatan warga di wilayah Cilacap. Karena wilayah Cilacap ternyata penduduknya sangat padat,” jelas Doni.
Di samping menjaga kawasan konservasi, Doni juga menaruh perhatian agar kemudian program pemulihan ekosistem sebagai upaya mitigasi bencana tersebut juga dapat memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat. Dia juga menilai bahwa apabila kawasan konservasi alam Nusakambangan dapat dijaga dengan baik, maka hal itu dapat menjadi tempat untuk penelitian lebih lanjut tentang keseimbangan alam dan pemberdayaan ekonomi. “Bagaimana ke depan, program untuk pemulihan ekosistem ini nanti bisa digerakkan oleh BNPB agar bisa memberikan efek ekonomi bagi masyarakat. Karena ini bisa dijadikan tempat pembelajaran,” pungkasnya.
Dalam kunjungan tersebut, Doni ingin beberapa jenis tanaman yang dapat menjadi ‘pondasi alami’ dari potensi tsunami di selatan Jawa terjaga dan berfungsi dengan baik. Sebab, keberadaan Pulau Nusakambangan hingga saat ini sangat strategis sebagai barrier bagi keselamatan warga di Cilacap. “Bagian selatan Nusakambangan ini harus betul-betul dalam posisi perawatan yang optimal. Karena Nusakambangan ini adalah barrier bagi keselamatan warga di Cilacap, dengan jumlah penduduk dua juta orang,” jelas Doni dalam siaran pers yang diterima Sindo Media, Sabtu (5/12/2020). (Baca juga: BNPB Ungkap Dua Potensi Besar Pemicu Tsunami di Wilayah Selatan Jawa)
Menurut hasil penelitian dan kajian lebih lanjut, Pulau Nusakambangan menjadi benteng bagi wilayah Cilacap ketika terjadi peristiwa tsunami yang dipicu oleh gempa bumi di Pangandaran 2006 silam. Berdasarkan hasil catatan ilmiah dari berbagai pakar, gelombang tsunami yang menghantam wilayah Nusakambangan pada waktu itu mencapai ketinggian antara 15 sampai 22 meter. “Kalau tidak ada Pulau Nusakambangan, maka pada 2006 yang lalu, mungkin sebagian besar kawasan di Cilacap yang penduduknya termasuk paling padat itu akan terdampak,” kata Doni. (Baca juga: Mitigasi Tsunami di Selatan Jawa, BNPB: Ekosistem Garis Pantai Sangat Penting)
Doni menambahkan, kendati pusat episentrum berada di Pangandaran, ternyata juga menimbulkan kerusakan di bagian selatan Nusakambangan. Ada beberapa vegetasi alami di sana yang hancur setelah diterjang gelombang tsunami. “Tsunami 2006 yang pusat episentrumnya di Pangandaran, ternyata juga menimbulkan kerusakan yang tidak sedikit di bagian selatan Nusakambangan,” jelas Doni. (Baca juga: BMKG : Sunda Megathrust Ancaman Nyata Bencana di Selatan Pantai Jawa)
Melihat adanya potensi ancaman gempa bumi dan tsunami tersebut, Doni meminta agar seluruh komponen pemerintah daerah administrasi Cilacap agar dapat membuat kebijakan yang merujuk kepada pelestarian alam dan lingkungan sebagai upaya mitigasi bencana berbasis ekosistem.
Apabila kawasan konservasi beralih fungsi, maka hal itu dapat menimbulkan permasalahan bagi keselamatan warga di wilayah selatan Cilacap dengan jumlah penduduk yang sangat padat. “Ketika kawasan-kawasan konservasi ini beralih fungsi, ini yang kita khawatirkan akan bisa menimbulkan persoalan bagi keselamatan warga di wilayah Cilacap. Karena wilayah Cilacap ternyata penduduknya sangat padat,” jelas Doni.
Di samping menjaga kawasan konservasi, Doni juga menaruh perhatian agar kemudian program pemulihan ekosistem sebagai upaya mitigasi bencana tersebut juga dapat memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat. Dia juga menilai bahwa apabila kawasan konservasi alam Nusakambangan dapat dijaga dengan baik, maka hal itu dapat menjadi tempat untuk penelitian lebih lanjut tentang keseimbangan alam dan pemberdayaan ekonomi. “Bagaimana ke depan, program untuk pemulihan ekosistem ini nanti bisa digerakkan oleh BNPB agar bisa memberikan efek ekonomi bagi masyarakat. Karena ini bisa dijadikan tempat pembelajaran,” pungkasnya.
(cip)
Lihat Juga :
tulis komentar anda