Tren Disiplin Protokol Kesehatan Turun, Hanya 4% Daerah yang Patuh Jaga Jarak
Kamis, 03 Desember 2020 - 20:54 WIB
JAKARTA - Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 , Wiku Adisasmito mengatakan bahwa kedisiplinan protokol kesehatan mengalami sempat mengalami fluktuasi. Namun wiku menyebut trennya mengalami penurunan.
Hal ini berdasarkan pemantauan yang dilakukan sejak tanggal 18 November lalu. (Baca juga: Liburan Dipangkas, Berharap Covid-19 Juga Bisa Ditumpas)
“Sangat disayangkan, bahwa trennya terus memperlihatkan penurunan terkait kepatuhan individu dalam memakai masker, serta menjaga jarak dan menghindari kerumunan," ujarnya saat konferensi pers, Kamis (3/12/2020).
Dia mengatakan hal ini bermula dari periode libur panjang tanggal 28 Oktober-1 November 2029. Kemudian berlanjut hingga akhir November 2020.
“Dimana persentase kepatuhan untuk memakai masker ialah 58,32%. Sedangkan untuk menjaga jarak persentasenya ialah 43,46%. Dari data tersebut, dapat disimpulkan, bahwa liburan panjang merupakan momentum pemicu utama penurunan kepatuhan disiplin protokol kesehatan. Dan kepatuhan tersebut semakin menurun,” tuturnya.
(Klik ini untuk ikuti survei SINDOnews tentang Calon Presiden 2024)
Padahal dari hasil studi Yilmazkuday tahun 2020, menyatakan bahwa untuk menurunkan angka kasus positif dan kematian maka minimal 75% populasi harus patuh menggunakan masker. Sementara kondisi saat ini masih di bawah 60%.
Wiku juga menyebut dari pemetaan kepatuhan memakai masker dan menjaga jarak hanya 9% dari 512 kabupaten/kota yang patuh dalam memakai masker. Sementara yang lebih memprihatinkan kurang dari 4% kabupaten/kota yang patuh dalam menjaga jarak.
Menurutnya, jika masyarakat semakin lengah dalam menjalankan protokol kesehatan maka akan meningkatkan penularan. Sehingga dapat dipastikan jika dilakukan testing dan tracing maka kasus positif akan meningkat. (Baca juga:Menaker Positif Covid-19, Total Sudah 4 Menteri Jokowi Terpapar Virus Corona)
"Jika terus seperti ini maka sebanyak apapun fasilitas kesehatan yang tersedia tidak akan mampu menampung lonjakan yang terjadi," pungkasnya.
Hal ini berdasarkan pemantauan yang dilakukan sejak tanggal 18 November lalu. (Baca juga: Liburan Dipangkas, Berharap Covid-19 Juga Bisa Ditumpas)
“Sangat disayangkan, bahwa trennya terus memperlihatkan penurunan terkait kepatuhan individu dalam memakai masker, serta menjaga jarak dan menghindari kerumunan," ujarnya saat konferensi pers, Kamis (3/12/2020).
Dia mengatakan hal ini bermula dari periode libur panjang tanggal 28 Oktober-1 November 2029. Kemudian berlanjut hingga akhir November 2020.
“Dimana persentase kepatuhan untuk memakai masker ialah 58,32%. Sedangkan untuk menjaga jarak persentasenya ialah 43,46%. Dari data tersebut, dapat disimpulkan, bahwa liburan panjang merupakan momentum pemicu utama penurunan kepatuhan disiplin protokol kesehatan. Dan kepatuhan tersebut semakin menurun,” tuturnya.
(Klik ini untuk ikuti survei SINDOnews tentang Calon Presiden 2024)
Padahal dari hasil studi Yilmazkuday tahun 2020, menyatakan bahwa untuk menurunkan angka kasus positif dan kematian maka minimal 75% populasi harus patuh menggunakan masker. Sementara kondisi saat ini masih di bawah 60%.
Wiku juga menyebut dari pemetaan kepatuhan memakai masker dan menjaga jarak hanya 9% dari 512 kabupaten/kota yang patuh dalam memakai masker. Sementara yang lebih memprihatinkan kurang dari 4% kabupaten/kota yang patuh dalam menjaga jarak.
Menurutnya, jika masyarakat semakin lengah dalam menjalankan protokol kesehatan maka akan meningkatkan penularan. Sehingga dapat dipastikan jika dilakukan testing dan tracing maka kasus positif akan meningkat. (Baca juga:Menaker Positif Covid-19, Total Sudah 4 Menteri Jokowi Terpapar Virus Corona)
"Jika terus seperti ini maka sebanyak apapun fasilitas kesehatan yang tersedia tidak akan mampu menampung lonjakan yang terjadi," pungkasnya.
(kri)
tulis komentar anda