Bakal Capres PDIP, Putri Mahkota atau Kader Populer?

Selasa, 24 November 2020 - 07:06 WIB
Keputusan Megawati memang tidak salah. Selain Jokowi akhirnya terpilih jadi presiden, pencalonannya juga menjadi coat tail effect bagi PDIP. Partai ini ikut terdongkrak suaranya di Pemilu Legislatif 2014 dan menjadi pemenang berkat efek Jokowi. Bahkan, Jokowi kembali terpilih untuk periode kedua pada Pilpres 2019.

Lantas, apakah “Jokowi Effect” ini juga bisa berlaku pada Ganjar? Dengan kata lain, apakah ada kemungkinan Puan nanti mengalah seperti Megawati melakukannya untuk Jokowi pada 2014?

“Sulit terulang karena saat itu elektabilitas dan ketokohan Jokowi nyaris tak ada yang menyaingi. Sekarang beda ceritanya, karier Ganjar berbarengan dengan Puan yang secara ideologis dan biologis lebih merepresentasikan PDIP,” ujar Adi, yang juga Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia. (Baca juga: Tips Memilih Dokter untuk Konsultasi Anak)

Persoalan lain bagi Ganjar adalah masa jabatannya sebagai gubernur yang akan berakhir pada 2023 atau setahun sebelum pilpres digelar. Pertanyaannya, apakah Ganjar mampu mempertahankan elektabilitasnya saat dia sudah tidak menjabat nanti?

Selama ini jabatan sebagai kepala daerah secara tidak langsung jadi “panggung” bagi Ganjar untuk meraih simpati publik, terutama di masa pandemi Covid-19. Dia mudah menjadi media darling.

Dengan jumlah penduduk Jawa Tengah lebih dari 30 juta orang, hal wajar jika Ganjar mendapat elektabilitas yang tinggi akibat eksposure pemberitaan media. Setiap program dan kebijakan yang diambilnya, baik di bidang kesehatan maupun berupa bantuan sosial selama masa pandemi, akan mudah dinilai positif oleh publik. Apalagi, Ganjar juga termasuk lihai memanfaatkan media sosial.

Namun, dengan tidak lagi menjadi gubernur setahun jelang pilpres, apakah elektabilitas Ganjar masih tetap moncer? Di sinilah ujian sesungguhnya. Bukan tidak mungkin elektabilitas yang tinggi saat ini perlahan akan turun seiring hilangnya panggung kekuasaan sebagai kepala daerah. Karena itu, Ganjar perlu menciptakan panggung lain demi tetap menjaga elektabilitasnya. (Baca juga: Mendadak Naganggur, Kartu Prakerja Banyak Diburu Laki-laki)

“Elektabilitas Ganjar sekarang tinggi karena eksposure pemberitaan di media yang masif. Tantangannya kan setelah enggak jadi gubernur, apa dia tetap jadi media darling?” ujar Adi.

Pengamat politik dari Universitas Pelita Harapan Emrus Sihombing mengatakan, secara konstitusional, Puan memiliki hak untuk menjadi kandidat Pilpres 2024. Alasannya, Puan memiliki pengalaman yang cukup di dalam partai, lembaga legislatif, maupun di pemerintahan. “Ini analisis saya, Puan punya kemampuan, kepantasan, dan punya kewajaran menjadi calon presiden 2024,” ujar Emrus. (Baca juga: AC Milan Masih Tungguh Pemeriksaan Separuh Nyawa Tim)

Dia juga menilai wajar jika PDIP mengusung Puan di Pilpres 2024. Kemudian Puan juga keturunan biologis Bung Karno, artinya ada trah Bung Karno. Menurut dia, keturunan biologis belum tentu ideologis. “Saya kira ajaran-ajaran Bung Karno meresap sanubari dan pikiran beliau, dan kita melihat bahwa PDIP maupun Bung Karno mendapat hati di tengah masyarakat Indonesia. Nah, berbasis kepada analisis saya tadi, saya berpendapat sangat mumpuni Bu Puan Maharani diusulkan menjadi bakal calon presiden 2024,” kata Emrus.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More