Bakal Capres PDIP, Putri Mahkota atau Kader Populer?

Selasa, 24 November 2020 - 07:06 WIB
loading...
Bakal Capres PDIP, Putri Mahkota atau Kader Populer?
Ganjar Pranowo dan Puan Maharani. Foto/Koran SINDO
A A A
JAKARTA - Nama Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo makin diperhitungkan sebagai bakal calon presiden. Dalam banyak survei, kader PDI Perjuangan (PDIP) ini menempati posisi teratas. Namun, untuk melenggang mulus maju sebagai capres, Ganjar diprediksi bakal menemui jalan terjal.

Popularitas dan elektabilitas boleh moncer, tetapi itu bukan jaminan bagi PDIP untuk mengusung kader potensialnya ini maju di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Hambatan Ganjar adalah keberadaan Puan Maharani yang digadang-gadang akan diusung oleh partai pemenang pemilu ini. Isu yang beredar, Puan yang merupakan putri dari Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri ini disiapkan untuk menjadi calon wakil presiden (cawapres) berpasangan dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto. (Baca: Apakah Amal Bisa Mengubah Takdir?)

Meski Puan sejauh ini tidak memiliki elektabilitas semoncer Ganjar , statusnya sebagai anak Megawati Soekarnoputri bisa membuat segalanya menjadi mudah. Karpet merah selalu siap dibentangkan untuk Ketua DPR tersebut untuk maju di pilpres.

Jika skenario memasangkan Prabowo dengan Puan yang juga Putri Mahkota berjalan mulus, lantas bagaimana nasib Ganjar? “Sulit bagi Ganjar diusung PDIP kalau masih ada Puan di sana,” kata pengamat politik dari UIN Jakarta Adi Prayitno, kepada KORAN SINDO, Minggu (22/11). (Ikuti Survei Mencari Calon Presiden 2024: Caranya Klik di Sini)

Terus Menanjak

Empat hasil survei lembaga Indikator Politik Indonesia (IPI) pada tahun ini selalu menempatkan Ganjar di papan atas, bersaing dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto. Bahkan, pada survei IPI terakhir pada September, Ganjar Pranowo kokoh di posisi tertinggi, yakni dengan elektabilitas 18,7%. Menyusul di urutan kedua dan ketiga Prabowo Subianto (16,8%) serta Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (14,4%).

Namun, Ganjar bisa saja diusung PDIP jika bisa menyamai fenomena kemunculan Joko Widodo (Jokowi) jelang Pilpres 2014. Saat itu, Jokowi dengan pamor sebagai sosok sederhana dan merakyat melesat bak meteor. (Baca juga: Siap-siap! Seleksi PPK Guru Honorer Segera Dibuka)

Dari Wali Kota Solo lalu menjabat Gubernur DKI Jakarta, Jokowi menjadi rising star yang mengganggu kemapanan elite parpol yang hampir selalu mendominasi pencapresan. Didukung status sebagai media darling, elektabilitas Jokowi saat itu tidak terbendung. Megawati akhirnya “mengalah” oleh desakan kader dan konstituen. Meski sejatinya ia masih berpeluang menjadi capres, kesempatan diberikannya ke Jokowi.

( Klik ini untuk ikuti survei SINDOnews tentang calon presiden 2024 )

Keputusan Megawati memang tidak salah. Selain Jokowi akhirnya terpilih jadi presiden, pencalonannya juga menjadi coat tail effect bagi PDIP. Partai ini ikut terdongkrak suaranya di Pemilu Legislatif 2014 dan menjadi pemenang berkat efek Jokowi. Bahkan, Jokowi kembali terpilih untuk periode kedua pada Pilpres 2019.

Lantas, apakah “Jokowi Effect” ini juga bisa berlaku pada Ganjar? Dengan kata lain, apakah ada kemungkinan Puan nanti mengalah seperti Megawati melakukannya untuk Jokowi pada 2014?

“Sulit terulang karena saat itu elektabilitas dan ketokohan Jokowi nyaris tak ada yang menyaingi. Sekarang beda ceritanya, karier Ganjar berbarengan dengan Puan yang secara ideologis dan biologis lebih merepresentasikan PDIP,” ujar Adi, yang juga Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia. (Baca juga: Tips Memilih Dokter untuk Konsultasi Anak)

Persoalan lain bagi Ganjar adalah masa jabatannya sebagai gubernur yang akan berakhir pada 2023 atau setahun sebelum pilpres digelar. Pertanyaannya, apakah Ganjar mampu mempertahankan elektabilitasnya saat dia sudah tidak menjabat nanti?

Selama ini jabatan sebagai kepala daerah secara tidak langsung jadi “panggung” bagi Ganjar untuk meraih simpati publik, terutama di masa pandemi Covid-19. Dia mudah menjadi media darling.

Dengan jumlah penduduk Jawa Tengah lebih dari 30 juta orang, hal wajar jika Ganjar mendapat elektabilitas yang tinggi akibat eksposure pemberitaan media. Setiap program dan kebijakan yang diambilnya, baik di bidang kesehatan maupun berupa bantuan sosial selama masa pandemi, akan mudah dinilai positif oleh publik. Apalagi, Ganjar juga termasuk lihai memanfaatkan media sosial.

Namun, dengan tidak lagi menjadi gubernur setahun jelang pilpres, apakah elektabilitas Ganjar masih tetap moncer? Di sinilah ujian sesungguhnya. Bukan tidak mungkin elektabilitas yang tinggi saat ini perlahan akan turun seiring hilangnya panggung kekuasaan sebagai kepala daerah. Karena itu, Ganjar perlu menciptakan panggung lain demi tetap menjaga elektabilitasnya. (Baca juga: Mendadak Naganggur, Kartu Prakerja Banyak Diburu Laki-laki)

“Elektabilitas Ganjar sekarang tinggi karena eksposure pemberitaan di media yang masif. Tantangannya kan setelah enggak jadi gubernur, apa dia tetap jadi media darling?” ujar Adi.

Pengamat politik dari Universitas Pelita Harapan Emrus Sihombing mengatakan, secara konstitusional, Puan memiliki hak untuk menjadi kandidat Pilpres 2024. Alasannya, Puan memiliki pengalaman yang cukup di dalam partai, lembaga legislatif, maupun di pemerintahan. “Ini analisis saya, Puan punya kemampuan, kepantasan, dan punya kewajaran menjadi calon presiden 2024,” ujar Emrus. (Baca juga: AC Milan Masih Tungguh Pemeriksaan Separuh Nyawa Tim)

Dia juga menilai wajar jika PDIP mengusung Puan di Pilpres 2024. Kemudian Puan juga keturunan biologis Bung Karno, artinya ada trah Bung Karno. Menurut dia, keturunan biologis belum tentu ideologis. “Saya kira ajaran-ajaran Bung Karno meresap sanubari dan pikiran beliau, dan kita melihat bahwa PDIP maupun Bung Karno mendapat hati di tengah masyarakat Indonesia. Nah, berbasis kepada analisis saya tadi, saya berpendapat sangat mumpuni Bu Puan Maharani diusulkan menjadi bakal calon presiden 2024,” kata Emrus.

Sementara itu, peneliti Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Arya Fernandes membeberkan beberapa keuntungan Puan Maharani. “Puan diuntungkan karena PDIP dapat mencalonkan presiden secara langsung tanpa harus berkoalisi karena memiliki 22,2% kursi di DPR,” ujar Arya Fernandes. (Lihat videonya: Hati-hati Modus Penipuan Modifikasi ATM)

Keuntungan lainnya, kata Arya, Puan Maharani adalah Putri Megawati Soekarnoputri, ketua umum PDIP. “Dalam PDIP, faktor ketua umum punya hak prerogatif untuk menentukan calon presiden. Di AD/ART PDIP tidak ada kontestasi untuk memperebutkan tiket pencapresan karena ditentukan langsung oleh ketua umum sehingga ini menyulitkan langkah tokoh nondarah biru seperti Ganjar,” ungkap Arya. (Bakti Munir/Rico Afrido Simanjuntak)
(ysw)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3165 seconds (0.1#10.140)