Libur Akhir Tahun Dipangkas demi Tekan Penyebaran Covid-19
Selasa, 24 November 2020 - 06:32 WIB
“Untuk Natal dan Tahun Baru 2021, kami masih menunggu keputusan resmi kapan libur panjang akan ditetapkan. Apakah tanggal 20 atau tanggal 24? Ini semua akan berpengaruh besar terhadap ketersediaan armada dari setiap maskapai,” ucap Direktur Jenderal Perhubungan Udara (Dirjen Hubud) Kementerian Perhubungan Novie Riyanto di Jakarta kemarin.
Meski begitu, jika melihat kondisi sekarang, Novie memprediksi jumlah pergerakan pesawat bakal meningkat pada angka tertinggi 800 pergerakan pesawat per hari. (Baca juga: AC Milan Masih Tunggu Pemeriksaan Separuh Nyawa Tim)
“Kalau jumlah pergerakan pesawat, saya bisa prediksi di angka 750-800 pergerakan dari kondisi saat ini yang rata-rata mencapai 650 pergerakan pesawat per hari, untuk ukuran Bandara Soekarno-Hatta ke berbagai destinasi,” sebutnya.
Prediksi jumlah pergerakan pesawat hingga akhir tahun mencapai 750-800 pesawat per hari diakuinya masih jauh dari kondisi normal dibanding tahun lalu sebelum pandemi Covid-19 yang mencapai 1.200 pergerakan pesawat.
“Dengan prediksi 800 pergerakan pesawat, maka armada cadangan pastinya bisa lebih besar dari setiap maskapai sehingga bisa lebih terukur jika terjadi lonjakan penumpang,” ungkapnya.
Kendati begitu, dia tetap menegaskan untuk terus memastikan protokol Covid-19 berjalan. Hingga akhir tahun diperkirakan jumlah penerbangan akan terus bertambah seiring dengan pembukaan penerbangan internasional, terutama menuju ke bandara-bandara yang ada di Indonesia.
“Kita selalu siap, makanya protokol kesehatan selalu kita tegaskan berkali-kali jangan kendur karena bubble (gelembung) perjalanan bisa saja terjadi. Koordinasi bersama Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) di bandara terus kita pacu, dan kita ingatkan jangan kendur,” pungkasnya. (Lihat videonya: Hati-hati Modus Penipuan Modifikasi ATM)
Sementara itu, peneliti Indef Bhima Yudistira menilai, keputusan diperpendeknya waktu liburan akhir tahun tidak akan berdampak signifikan pada ekonomi Indonesia. “Masih kecil pengaruhnya karena masyarakat kelas menengah ke atas juga memang masih membatasi diri untuk berlibur. Kekhawatiran Covid-19 masih cukup tinggi,” kata Bhima.
Dia mengatakan, biasanya libur panjang memang dimanfaatkan kelas menengah atas untuk pergi berlibur ke luar kota, bahkan luar negeri. Akan tetapi, situasi tahun ini sepertinya berbeda. Aktivitas perjalanan diperkirakannya masih belum normal, apalagi perjalanan keluar negeri yang masih dibatasi. “Jadinya belanjauntuk tiket, hotel, dan restoran juga masih rendah,” kata Bhima. (Dita Angga/Ichsan Amin/Miftahul Chusna/Rina Anggraeni)
Meski begitu, jika melihat kondisi sekarang, Novie memprediksi jumlah pergerakan pesawat bakal meningkat pada angka tertinggi 800 pergerakan pesawat per hari. (Baca juga: AC Milan Masih Tunggu Pemeriksaan Separuh Nyawa Tim)
“Kalau jumlah pergerakan pesawat, saya bisa prediksi di angka 750-800 pergerakan dari kondisi saat ini yang rata-rata mencapai 650 pergerakan pesawat per hari, untuk ukuran Bandara Soekarno-Hatta ke berbagai destinasi,” sebutnya.
Prediksi jumlah pergerakan pesawat hingga akhir tahun mencapai 750-800 pesawat per hari diakuinya masih jauh dari kondisi normal dibanding tahun lalu sebelum pandemi Covid-19 yang mencapai 1.200 pergerakan pesawat.
“Dengan prediksi 800 pergerakan pesawat, maka armada cadangan pastinya bisa lebih besar dari setiap maskapai sehingga bisa lebih terukur jika terjadi lonjakan penumpang,” ungkapnya.
Kendati begitu, dia tetap menegaskan untuk terus memastikan protokol Covid-19 berjalan. Hingga akhir tahun diperkirakan jumlah penerbangan akan terus bertambah seiring dengan pembukaan penerbangan internasional, terutama menuju ke bandara-bandara yang ada di Indonesia.
“Kita selalu siap, makanya protokol kesehatan selalu kita tegaskan berkali-kali jangan kendur karena bubble (gelembung) perjalanan bisa saja terjadi. Koordinasi bersama Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) di bandara terus kita pacu, dan kita ingatkan jangan kendur,” pungkasnya. (Lihat videonya: Hati-hati Modus Penipuan Modifikasi ATM)
Sementara itu, peneliti Indef Bhima Yudistira menilai, keputusan diperpendeknya waktu liburan akhir tahun tidak akan berdampak signifikan pada ekonomi Indonesia. “Masih kecil pengaruhnya karena masyarakat kelas menengah ke atas juga memang masih membatasi diri untuk berlibur. Kekhawatiran Covid-19 masih cukup tinggi,” kata Bhima.
Dia mengatakan, biasanya libur panjang memang dimanfaatkan kelas menengah atas untuk pergi berlibur ke luar kota, bahkan luar negeri. Akan tetapi, situasi tahun ini sepertinya berbeda. Aktivitas perjalanan diperkirakannya masih belum normal, apalagi perjalanan keluar negeri yang masih dibatasi. “Jadinya belanjauntuk tiket, hotel, dan restoran juga masih rendah,” kata Bhima. (Dita Angga/Ichsan Amin/Miftahul Chusna/Rina Anggraeni)
(ysw)
tulis komentar anda