Sosok Mayjen TNI Dudung Abdurachman, Pangdam Jaya yang Ancam Bubarkan FPI

Jum'at, 20 November 2020 - 14:21 WIB
Sejak kecil Mayjen Dudung Abdurachman sudah membulatkan tekad untuk menjadi tentara demi meringankan beban orang tuanya. Foto/ist
JAKARTA - Mayor Jenderal (Mayjen) Dudung Abdurachman mendadak viral. Namanya memuncaki daftar trending topic Twitter, Jumat (20/11/2020) siang ini. Panglima Daerah Komando Militer Jaya/Jayakarta ( Pangdam Jaya ) bergelar akademik Sarjana Ekonomi (SE) dan Magister Manajemen (MM) itu ramai diperbincangkan netizen dengan tagar #PangdamJaya.

Hal ini tak lepas dari ”keberaniannya” memberikan perintah kepada anggotanya untuk menurunkan baliho bergambar pimpinan Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab . Tak hanya itu, Dudung juga menegaskan pemerintah bisa saja membubarkan FPI jika diperlukan.

Siapa sebenarnya Dudung Abdurachman dan bagaimana sepak terjangnya selama ini? Dikutip dari Wikipedia, pria kelahiran Bandung, Jawa Barat, 16 November 1965 itu merupakan seorang perwira tinggi TNI AD yang sejak 27 Juli 2020 mengemban amanat sebagai Panglima Kodam Jaya.

(Baca: Pangdam Jaya: Kalau Perlu Bubarkan FPI, kok Mereka Seperti yang Ngatur)



Dudung merupakan lulusan Akmil 1988 ini dari kecabanganInfantri. Jabatan terakhir jenderal bintang dua ini adalah Gubernur Akmil. Dia merupakan putra pasangan Nasuha dan Nasyati, PNS yang bertugas di lingkungan Bekangdam III/Siliwangi.

Ia menyelesaikan pendidikan dari SD sampai SMA di Kota Bandung (1972-1985). Setelah lulus SMA pada 1985, Dudung kemudian mendaftar Akabri Darat. Dia melaksanakan pendidikan Akmil sampai 1988 dengan menyandang pangkat Letnan Dua.

Pada 1981 ketika masuk kelas 2 SMP, cobaan menghampiri keluarganya karena sang ayah yang bekerja sebagai PNS di lingkungan Bekangdam III/Siliwangi, meninggal dunia. Untuk membantu perekonomian keluarga, akhirnya dia mencari nafkah sebagai loper koran. Pekerjaan itu dilakukan sebelum berangkat sekolah.

Sejak kecil dia sudah membulatkan tekad ingin menjadi tentara. Profesi itu selalu memanggil karena dia hidup dan tinggal di barak. Profesi itu didambakan sebagai upaya meringankan beban ibunya untuk membiayai pendidikan delapan saudara kandungnya.

Berbagai pekerjaan pernah dilakukannya untuk membantu ibundanya. Menjual kue tampah di perempatan Jalan Belitung di sekitar Kodam III/Siliwangi juga pernah dilakukan. Menjadi loper koran dia lakukan ketika duduk di bangku SMA Negeri 9 Bandung.
Halaman :
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More