Menebak Peran Habib Rizieq Shihab di Dunia Politik
Sabtu, 14 November 2020 - 14:06 WIB
Igor mengatakan, GN dan HRS bisa menjadi simbol duet gerakan moral dan oposisi yang konstruktif dengan jumlah pengikut yang besar dan real. "Bukan seperti buzzer yang hanya bisa bikin rame di medsos tapi sebenarnya enggak ada pengikutnya," ungkap Igor.
Dia menuturkan, Pemerintah Jokowi bisa saja menguasai mayoritas parpol di DPR. "Tetapi kepulangan HRS adalah embrio dari konsolidasi kekuatan oposisi non-parlemen bersama GN," ungkapnya.
Igor pun membeberkan ada tiga indikasi penting. Pertama, kata dia, kepulangan HRS mendapat cukup antusiasme kelompok Islam. Kedua, lanjut dia, kunjungan langsung Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan ke tempat HRS di Petamburan.
"Anies Baswedan dan Gatot Nurmantyo adalah tokoh sipil (kepala daerah) dan tokoh militer yang paling di-support oleh komunitas muslim di luar pemerintahan untuk maju di Pilpres 2024," tutur Igor.
Ketiga, kata Igor, ketidakhadiran GN sebagai mantan Panglima TNI untuk menerima penghargaan Bintang Mahaputera di Istana Negara. "Otomatis ini berarti penolakan GN atas Bintang Jasa dari Presiden Jokowi tersebut. Dan ini menunjukkan satu posisi sikap oposisi dan kritiknya terhadap kebijakan pemerintah saat ini, seperti misalnya soal penanganan Covid-19," pungkas Igor.
Hal senada diungkapkan oleh Direktur Eksekutif Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia (KedaiKOPI) Kunto Adi Wibowo. "Kemungkinan besar dia akan memainkan peran dalam dunia politik di masa depan di Indonesia. Tapi dia tentu akan menolak untuk bergabung pada partai politik tertentu," ujar Kunto dihubungi SINDOnews secara terpisah.
Dengan tidak masuk ke sebuah partai politik, kata dia, Habib Rizieq akan lebih lincah bermain dalam kerangka ormas. "Begitu dia masuk politik, maka saya menduga dia akan khawatir soal istilahnya kemurnian gerakannya atau kemurnian perjuangannya. Itu sudah terlihat ketika Masyumi Reborn ini meminang Habib Rizieq dan Habib Rizieq menolaknya, itu yang pertama," kata Kunto.
( ).
Kemudian, dia memberikan contoh gerakan nasionalisme di India yang lebih ke agama. Istilahnya, kata dia, Hindu Nasionalism. "Jadi sangat mungkin gerakan-gerakan politik kanan mentok nasionalisme di Indonesia juga akan tumbuh, apalagi sekarang ada banyak ketidakpuasan terhadap Pemerintahan Jokowi misalnya soal Omnibus Law, kemudian penanganan corona," ungkap Kunto.
Dia menuturkan, Pemerintah Jokowi bisa saja menguasai mayoritas parpol di DPR. "Tetapi kepulangan HRS adalah embrio dari konsolidasi kekuatan oposisi non-parlemen bersama GN," ungkapnya.
Igor pun membeberkan ada tiga indikasi penting. Pertama, kata dia, kepulangan HRS mendapat cukup antusiasme kelompok Islam. Kedua, lanjut dia, kunjungan langsung Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan ke tempat HRS di Petamburan.
"Anies Baswedan dan Gatot Nurmantyo adalah tokoh sipil (kepala daerah) dan tokoh militer yang paling di-support oleh komunitas muslim di luar pemerintahan untuk maju di Pilpres 2024," tutur Igor.
Ketiga, kata Igor, ketidakhadiran GN sebagai mantan Panglima TNI untuk menerima penghargaan Bintang Mahaputera di Istana Negara. "Otomatis ini berarti penolakan GN atas Bintang Jasa dari Presiden Jokowi tersebut. Dan ini menunjukkan satu posisi sikap oposisi dan kritiknya terhadap kebijakan pemerintah saat ini, seperti misalnya soal penanganan Covid-19," pungkas Igor.
Hal senada diungkapkan oleh Direktur Eksekutif Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia (KedaiKOPI) Kunto Adi Wibowo. "Kemungkinan besar dia akan memainkan peran dalam dunia politik di masa depan di Indonesia. Tapi dia tentu akan menolak untuk bergabung pada partai politik tertentu," ujar Kunto dihubungi SINDOnews secara terpisah.
Dengan tidak masuk ke sebuah partai politik, kata dia, Habib Rizieq akan lebih lincah bermain dalam kerangka ormas. "Begitu dia masuk politik, maka saya menduga dia akan khawatir soal istilahnya kemurnian gerakannya atau kemurnian perjuangannya. Itu sudah terlihat ketika Masyumi Reborn ini meminang Habib Rizieq dan Habib Rizieq menolaknya, itu yang pertama," kata Kunto.
( ).
Kemudian, dia memberikan contoh gerakan nasionalisme di India yang lebih ke agama. Istilahnya, kata dia, Hindu Nasionalism. "Jadi sangat mungkin gerakan-gerakan politik kanan mentok nasionalisme di Indonesia juga akan tumbuh, apalagi sekarang ada banyak ketidakpuasan terhadap Pemerintahan Jokowi misalnya soal Omnibus Law, kemudian penanganan corona," ungkap Kunto.
tulis komentar anda