Menakar Peluang 'Islah' Habib Rizieq dengan Pemerintah Jokowi
Selasa, 10 November 2020 - 07:38 WIB
JAKARTA - Imam Besar Front Pembela Islam (FPI), Habib Rizieq Shihab (HRS) akan tiba kembali ke tanah air pada pukul 09.00 WIB melalui Bandara Soekarno-Hatta setelah tiga tahun berada di Arab Saudi. Para pendukung pun siap menjemput ulama penggagas gerakan aksi bela Islam '411 dan 212' tersebut.
(Baca juga: Dosen UI Sebut UU Cipta Kerja Solusi Industri Serap Tenaga Kerja Lebih Optimal
Direktur Eksekutif Sudut Demokrasi Research and Analysis (Sudra), Fadhli Harahab menganggap, kepulangan ulama yang akrab disapa Habib Rizieq itu bisa menjadi pengobat rindu para pendukungnya. Karena itu Fadhli menilai, selama di Arab Saudi, para pendukung khususnya kelompok FPI kehilangan figur panutan mereka.
(Baca juga: Ini yang Akan Dilakukan Habib Rizieq Begitu Mendarat di Bandara Soetta)
"Yang menarik sebenarnya pada akhirnya bukan saja soal pulangnya HRS. Tapi kiprah beliau setelah nanti di Tanah air," kata Fadhli saat dihubungi SINDOnews, Selasa (10/11/2020).
Fadhli menilai, tak bisa dipungkiri bahwa kepulangan HRS memunculkan pelbagai spekulasi di masyarakat. Ada yang mengatakan bahwa kepulangannya karena 'urusan' dengan pemerintah sudah selesai.
Bahkan kata Fadhli, hal ini pun terkonfirmasi dengan pernyataan Ketua Persatuan Alumni 212, Slamet Maarif yang menyebut seluruh kasus hukum yang diduga menjerat HRS sudah SP3.
"Tapi itu kan klaim sepihak dari pendukung Habib Rizieq. Kalo kita melihat pernyataan kepolisian masih akan dilihat lagi (kasusnya). Artinya belum jelas," ujarnya.
Di sisi lain Fadhli melihat, memang ada kepentingan bangsa yang harus kedepankan bersama yakni menyangkut kepentingan 'stabilitas keamanan'. Terlebih, bangsa kita saat ini masih menghadapi ancaman pandemi Covid-19 dan pelbagai dampak buruk yang diakibatkannya.
Untuk itu, Islah antar komponen bangsa memang dibutuhkan, termasuk antara kelompok Habib Rizieq dengan pemerintah. Masalahnya, lanjut Analis Politik asal UIN Jakarta ini, yang terjadi pemerintahan Presiden Jokowi merasa tidak ada 'masalah' dengan pribadi HRS.
Namun, suka tidak suka, perginya HRS ke Tanah Arab diduga dipicu peristiwa politik dan ketegangan dengan pemerintah yang terjadi saat itu.
"Apakah kondisi ini akan mempengaruhi islah politik antara rezim Jokowi dan Habib Rizieq? Publik nanti yang akan menjawab. Yang pasti, kedua belah pihak diyakini sama-sama konsisten dengan prinsipnya," pungkas dia.
(Baca juga: Dosen UI Sebut UU Cipta Kerja Solusi Industri Serap Tenaga Kerja Lebih Optimal
Direktur Eksekutif Sudut Demokrasi Research and Analysis (Sudra), Fadhli Harahab menganggap, kepulangan ulama yang akrab disapa Habib Rizieq itu bisa menjadi pengobat rindu para pendukungnya. Karena itu Fadhli menilai, selama di Arab Saudi, para pendukung khususnya kelompok FPI kehilangan figur panutan mereka.
(Baca juga: Ini yang Akan Dilakukan Habib Rizieq Begitu Mendarat di Bandara Soetta)
"Yang menarik sebenarnya pada akhirnya bukan saja soal pulangnya HRS. Tapi kiprah beliau setelah nanti di Tanah air," kata Fadhli saat dihubungi SINDOnews, Selasa (10/11/2020).
Fadhli menilai, tak bisa dipungkiri bahwa kepulangan HRS memunculkan pelbagai spekulasi di masyarakat. Ada yang mengatakan bahwa kepulangannya karena 'urusan' dengan pemerintah sudah selesai.
Bahkan kata Fadhli, hal ini pun terkonfirmasi dengan pernyataan Ketua Persatuan Alumni 212, Slamet Maarif yang menyebut seluruh kasus hukum yang diduga menjerat HRS sudah SP3.
"Tapi itu kan klaim sepihak dari pendukung Habib Rizieq. Kalo kita melihat pernyataan kepolisian masih akan dilihat lagi (kasusnya). Artinya belum jelas," ujarnya.
Di sisi lain Fadhli melihat, memang ada kepentingan bangsa yang harus kedepankan bersama yakni menyangkut kepentingan 'stabilitas keamanan'. Terlebih, bangsa kita saat ini masih menghadapi ancaman pandemi Covid-19 dan pelbagai dampak buruk yang diakibatkannya.
Untuk itu, Islah antar komponen bangsa memang dibutuhkan, termasuk antara kelompok Habib Rizieq dengan pemerintah. Masalahnya, lanjut Analis Politik asal UIN Jakarta ini, yang terjadi pemerintahan Presiden Jokowi merasa tidak ada 'masalah' dengan pribadi HRS.
Namun, suka tidak suka, perginya HRS ke Tanah Arab diduga dipicu peristiwa politik dan ketegangan dengan pemerintah yang terjadi saat itu.
"Apakah kondisi ini akan mempengaruhi islah politik antara rezim Jokowi dan Habib Rizieq? Publik nanti yang akan menjawab. Yang pasti, kedua belah pihak diyakini sama-sama konsisten dengan prinsipnya," pungkas dia.
(maf)
tulis komentar anda