Pemerintah Mengembangkan Obat dan Terapi untuk Pasien Covid-19
Jum'at, 06 November 2020 - 20:51 WIB
JAKARTA - Pemerintah tidak hanya menyokong pengembangan vaksin Covid-19 . Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek) menyatakan pihaknya mengembangkan obat dan terapi untuk pasien Covid-19 .
Pandemi Covid-19 yang nyaris menghentikan seluruh sendi kehidupan membuat semua elemen bangsa, terutama para peneliti, berusaha menemukan penawarnya. Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Bambang Brodjonegoro mengakui vaksin akan menjadi penentu untuk menghentikan penyebaran virus Sars Cov-II.
Sementara itu, obat dan terapi hanya untuk orang yang sudah dalam keadaan sakit. "Yang memang kalau belum ada vaksin, bagusnya ada obat. Sampai saat ini di dunia belum ada obat ( Covid-19 ). Kalau ada di berita FDA Amerika merekomendasikan Remdesivir itu hanya untuk emergency use," ujarnya dalam wawancara khusus dengan SINDOnews, Jumat (6/11/2020).
( ).
Beberapa waktu lalu, Universitas Airlangga, Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD), dan Badan Intelijen Negara (BIN) mengklaim telah menemukan obat untuk Covid-19 . Namun, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) belum mereken obat ini untuk diproduksi dan digunakan masal.
"Unair masalahnya, uji klinis. Bukannya pemerintah tidak peduli yang namanya obat. Sama dengan vaksin, tidak boleh mengompromikan keamanan," ucap lulusan Universitas Indonesia (UI) itu.
( ).
Bambang menerangkan pihaknya terus mengembangkan terapi plasma darah untuk pasien Covid-19 . Uji klinis tahap 1 dan 2 sudah selesai dan dinyatakan aman. Terapi, menurutnya, akan berguna untuk pasien dengan gejala ringan hingga sedang.
"Tapi tidak untuk yang kritis. Ketika bergejala sedang, segera berikan terapi plasma. Ada juga stem cell yang bisa menyelamatkan pasien Covid-19 karena memperbaiki jaringan paru-paru," tuturnya.
Kemenristek pun tengah mengembangkan obat herbal untuk suplemen Covid-19 . Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Kalbe Farma tengah melakukan uji klinis. Setelah itu, akan mengajukan izin kepada BPOM.
"Kalau cocok, membantu pencegahan penularan virus Sars Cov-II. Orang-orang bisa memperkuat daya tahan tubuhnya,” pungkasnya.
Pandemi Covid-19 yang nyaris menghentikan seluruh sendi kehidupan membuat semua elemen bangsa, terutama para peneliti, berusaha menemukan penawarnya. Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Bambang Brodjonegoro mengakui vaksin akan menjadi penentu untuk menghentikan penyebaran virus Sars Cov-II.
Sementara itu, obat dan terapi hanya untuk orang yang sudah dalam keadaan sakit. "Yang memang kalau belum ada vaksin, bagusnya ada obat. Sampai saat ini di dunia belum ada obat ( Covid-19 ). Kalau ada di berita FDA Amerika merekomendasikan Remdesivir itu hanya untuk emergency use," ujarnya dalam wawancara khusus dengan SINDOnews, Jumat (6/11/2020).
( ).
Beberapa waktu lalu, Universitas Airlangga, Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD), dan Badan Intelijen Negara (BIN) mengklaim telah menemukan obat untuk Covid-19 . Namun, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) belum mereken obat ini untuk diproduksi dan digunakan masal.
"Unair masalahnya, uji klinis. Bukannya pemerintah tidak peduli yang namanya obat. Sama dengan vaksin, tidak boleh mengompromikan keamanan," ucap lulusan Universitas Indonesia (UI) itu.
( ).
Bambang menerangkan pihaknya terus mengembangkan terapi plasma darah untuk pasien Covid-19 . Uji klinis tahap 1 dan 2 sudah selesai dan dinyatakan aman. Terapi, menurutnya, akan berguna untuk pasien dengan gejala ringan hingga sedang.
"Tapi tidak untuk yang kritis. Ketika bergejala sedang, segera berikan terapi plasma. Ada juga stem cell yang bisa menyelamatkan pasien Covid-19 karena memperbaiki jaringan paru-paru," tuturnya.
Kemenristek pun tengah mengembangkan obat herbal untuk suplemen Covid-19 . Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Kalbe Farma tengah melakukan uji klinis. Setelah itu, akan mengajukan izin kepada BPOM.
"Kalau cocok, membantu pencegahan penularan virus Sars Cov-II. Orang-orang bisa memperkuat daya tahan tubuhnya,” pungkasnya.
(zik)
tulis komentar anda