Kemenkes Sebut Puskesmas Kekurangan SDM untuk Tracing Masif Covid-19

Jum'at, 06 November 2020 - 14:43 WIB
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) harus menjadi salah satu kunci untuk penanganan pandemi di Indonesia dan menjadi simpul pelacakan serta penelusuran kasus Covid-19 di tingkat wilayah. Foto/SINDOnews
JAKARTA - Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) harus menjadi salah satu kunci untuk penanganan pandemi di Indonesia dan menjadi simpul pelacakan serta penelusuran kasus Covid-19 di tingkat wilayah agar tidak menyebar.

Direktur Pelayanan Kesehatan Primer Kementerian Kesehatan, Saraswati mengungkapkan saat ini puskesmas masih kekurangan Sumber Daya Manusia (SDM) untuk melakukan tracing dalam rangka menegakkan 3T yakni tracing, testing, dan treatment Covid-19. “Jadi itu dan ternyata untuk membuat tracing yang masif itu sumber daya yang ada di puskesmas, sumber dayanya bervariasi puskesmas. Untuk tracing yang secara massal dan bisa representative membutuhkan juga tenaga tenaga tambahan,” katanya dalam diskusi secara virtual (6/11/2020). (Baca juga: Izin Penggunaan Darurat Vaksin COVID-19 Wajib Pertimbangkan Tiga Hal Ini)

Saraswati mengatakan di awal pandemi Covid-19, tracing juga telah dilakukan namun tidak optimal. “Jadi waktu itu fokusnya lebih ke arah penguatan-penguatan di rumah sakit dari sisi Alkes kemudian tenaga kesehatannya dan juga rumah sakit-rumah sakit darurat didirikan. Nah itu sebenarnya salah satu bentuk komitmen bahwa 3T nya itu sudah dilakukan tapi memang tidak optimal,” jelas Saraswati. (Baca juga: Penyintas Covid Perlu Waspada Gejala Post Acute)



Saraswati pun menegaskan tracing untuk menemukan kasus Covid-19 dilaksanakan, namun terkendala dari SDM-nya. “Sedangkan untuk tracing boleh kami sampaikan bahwa walaupun sudah ada contoh-contoh di negara lain dilakukan tracing secara masif tapi Indonesia baru mungkin boleh dibilang bukannya tidak komitmen, kami untuk sisi sumber daya juga kurang,” ucapnya. (Baca juga: Gelombang Kedua COVID-19 di Eropa Akibat Anggap Enteng Protokol Kesehatan)

Tracing yang dilakukan secara masif yang dilakukan negara-negara lain, kata Saraswati mungkin relatif lebih berhasil. “Kita pada awal-awal terjadinya pandemi memang tidak berpikir ke arah situ ya. Jadi resinya lebih ke arah mereka yang sudah positif dan kemudian melacak kontak erat yang dilakukan oleh teman-teman surveilans,” katanya.

Bahkan, setelah delapan bulan berjalan baru ada rekrutmen petugas lapangan untuk tracing kasus Covid-19. “Dan itu tidak dilakukan di 6 bulan pertama. Bahkan baru akan dimulai di sekarang dengan membuka kesempatan untuk relawan-relawan membantu recruitment untuk didayagunakan di Puskesmas,” kata Saraswati.
(cip)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More