Menuju Implementasi Cofiring Biomassa pada PLTU Batubara
Kamis, 05 November 2020 - 20:51 WIB
BEKASI - Setelah melalui tahapan uji coba, sebelum menuju implementasi Cofiring dengan pola operasi komersial, maka diperlukan penyiapan instrumen pendukung dan koordinasi intensif terkait regulasi teknis, kesiapan aspek teknologi, pasokan bahan bakar, aspek keekonomian serta dukungan kebijakan lintas sektor. Berangkat dari hal ini, Direktorat Jenderal EBTKE bekerja sama dengan PT. PLN (Persero) menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) Nasional Cofiring Biomassa pada PLTU.
Pelaksanaan program Cofiring Biomassa diharapkan dapat lekas terlaksana untuk mendorong pemulihan ekonomi nasional, hal ini diungkapkan oleh Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Jenderal EBTKE, Dadan Kusdiana pada FGD Seri 4 yang membahas topik “Potensi dan Kesiapan Pasokan Bahan Baku serta Skema Model Bisnis dan Keekonomian untuk Implementasi Cofiring Biomassa pada PLTU”, Kamis (5/11/2020).
“Dari sisi waktu, sekarang menurut saya yang paling pas, kan Pemerintah mendorong bagaimana pemulihan ekonomi nasional. Pada tahun ini kita bisa dorong segera untuk implementasi, naik pangkat dari yang uji coba. Kita bisa pakai yang sudah ada, nanti kita ganti dengan yang baru. Jadi menurut saya langkahnya sudah agak dekat untuk menuju ke sisi yang sebenarnya,” tutur Dadan.
Diharapkan implementasi Cofiring Biomassa pada PLTU dapat segera berjalan mengingat Indonesia merupakan negara pertanian, proses teknologi yang digunakan tidak sulit, dan telah tersusun spesifikasi standar.
“Mudah-mudahan ini FGD yang terakhir karena sekarang topiknya khusus membahas pasokan, skema bisnis dan keekonomian ini bisa kita lakukan dengan baik untuk diskusinya. Terima kasih kepada tim PLN dan tim Ditjen EBTKE untuk inisiatif ini. Mudah-mudahan nanti dapat dicari keekonomian yang pas, keekonomian dari sisi produsen dan juga keekonomian dari sisi PLN,” kata Dadan.
Ia juga meyakini batubara merupakan salah satu potensi utama di Indonesia yang harus dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan dengan tetap mengutamakan penggunaan batubara secara lebih efisien dan lebih ramah lingkungan. Meski tak dapat dipungkiri adanya aspek politik dan tekanan global terhadap program penggunaan batubara di Indonesia.
“Kita sedang menyiapkan kajian-kajian, program-program yang pada akhirnya memanfaatkan batubara nya ada, tidak menambah beban ke Gas Rumah Kaca (GRK), dan meningkatkan nilai tambah keekonomian di masyarakat,” pungkasnya.
Pelaksanaan program Cofiring Biomassa diharapkan dapat lekas terlaksana untuk mendorong pemulihan ekonomi nasional, hal ini diungkapkan oleh Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Jenderal EBTKE, Dadan Kusdiana pada FGD Seri 4 yang membahas topik “Potensi dan Kesiapan Pasokan Bahan Baku serta Skema Model Bisnis dan Keekonomian untuk Implementasi Cofiring Biomassa pada PLTU”, Kamis (5/11/2020).
“Dari sisi waktu, sekarang menurut saya yang paling pas, kan Pemerintah mendorong bagaimana pemulihan ekonomi nasional. Pada tahun ini kita bisa dorong segera untuk implementasi, naik pangkat dari yang uji coba. Kita bisa pakai yang sudah ada, nanti kita ganti dengan yang baru. Jadi menurut saya langkahnya sudah agak dekat untuk menuju ke sisi yang sebenarnya,” tutur Dadan.
Diharapkan implementasi Cofiring Biomassa pada PLTU dapat segera berjalan mengingat Indonesia merupakan negara pertanian, proses teknologi yang digunakan tidak sulit, dan telah tersusun spesifikasi standar.
“Mudah-mudahan ini FGD yang terakhir karena sekarang topiknya khusus membahas pasokan, skema bisnis dan keekonomian ini bisa kita lakukan dengan baik untuk diskusinya. Terima kasih kepada tim PLN dan tim Ditjen EBTKE untuk inisiatif ini. Mudah-mudahan nanti dapat dicari keekonomian yang pas, keekonomian dari sisi produsen dan juga keekonomian dari sisi PLN,” kata Dadan.
Ia juga meyakini batubara merupakan salah satu potensi utama di Indonesia yang harus dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan dengan tetap mengutamakan penggunaan batubara secara lebih efisien dan lebih ramah lingkungan. Meski tak dapat dipungkiri adanya aspek politik dan tekanan global terhadap program penggunaan batubara di Indonesia.
“Kita sedang menyiapkan kajian-kajian, program-program yang pada akhirnya memanfaatkan batubara nya ada, tidak menambah beban ke Gas Rumah Kaca (GRK), dan meningkatkan nilai tambah keekonomian di masyarakat,” pungkasnya.
(srf)
tulis komentar anda