Inovasi dan Pentingnya Peran Pemuda Dalam Restorasi Gambut
Kamis, 29 Oktober 2020 - 01:04 WIB
“Beberapa di antaranya di Gunung Kidul, Yogyakarta, para pemuda memaksimalkan lahan di sekelilingnya yang terancam rusak untuk memproteksi lingkungannya,” ujar Mustadin.
Dia berharap gagasan di konferensi ini bisa disampaikan ke para pemangku kepentingan sehingga gagasan itu menjadi menjadi landasan untuk menerapkan kebijakan di masa mendatang.
Inovasi dan Kreasi Milenial
Konferensi ini mendiskusikan gagasan yang disampaikan para panelis. Salah satu panelis Edwin Kamarga menyoroti peran revitalisasi ekonomi BRG bagi warga di sekitar Taman Nasional Berbak Sembilang, Jambi, yang terlibat pembalakan liar.
Menurut peneliti Universitas Brawijaya ini, kegiatan yang membahayakan lingkungan itu nyatanya tak memiliki keuntungan besar. “Keuntungan bersihnya 1 juta itu kemudian dibagi lagi di tiap anggota kelompoknya,” katanya. (Baca juga: Greenpeace: Luas Karhutla Gambut 8 Kali Pulau Bali dalam 5 Tahun)
Maka itu, untuk peningkatan kesejahteraan warga perlu dibuatkan program yang bisa memberikan tambahan penghasilan sekaligus menjaga ekosistem gambut seperti budidaya ternak lebah. “Produksi ternak lebah bisa mencapai 2-4 kilogram per hari dengan nilai jual Rp60 ribu per kilogram,” ujar Edwin.
Gagasan lain yang muncul dari konferensi ini salah satunya mengenai teknik pembasahan lahan gambut. Peneliti dari Northeast Forest University Harbin China Ainun Hasanah mengajukan gagasan mengenai pemanfaatan pipa PVC untuk pembuatan sekat kanal. Pipa PVC diajukan karena selama ini pembuatan sekat kanal banyak menggunakan material kayu. “Karena kita tak ingin memotong pohon lagi,” ucapnya.
Dia menyebut penggunaan pipa PVC sebagai sekat kanal bisa dilakukan secara multilayer menggunakan vegetasi yang ada.
Dia berharap gagasan di konferensi ini bisa disampaikan ke para pemangku kepentingan sehingga gagasan itu menjadi menjadi landasan untuk menerapkan kebijakan di masa mendatang.
Inovasi dan Kreasi Milenial
Konferensi ini mendiskusikan gagasan yang disampaikan para panelis. Salah satu panelis Edwin Kamarga menyoroti peran revitalisasi ekonomi BRG bagi warga di sekitar Taman Nasional Berbak Sembilang, Jambi, yang terlibat pembalakan liar.
Menurut peneliti Universitas Brawijaya ini, kegiatan yang membahayakan lingkungan itu nyatanya tak memiliki keuntungan besar. “Keuntungan bersihnya 1 juta itu kemudian dibagi lagi di tiap anggota kelompoknya,” katanya. (Baca juga: Greenpeace: Luas Karhutla Gambut 8 Kali Pulau Bali dalam 5 Tahun)
Maka itu, untuk peningkatan kesejahteraan warga perlu dibuatkan program yang bisa memberikan tambahan penghasilan sekaligus menjaga ekosistem gambut seperti budidaya ternak lebah. “Produksi ternak lebah bisa mencapai 2-4 kilogram per hari dengan nilai jual Rp60 ribu per kilogram,” ujar Edwin.
Gagasan lain yang muncul dari konferensi ini salah satunya mengenai teknik pembasahan lahan gambut. Peneliti dari Northeast Forest University Harbin China Ainun Hasanah mengajukan gagasan mengenai pemanfaatan pipa PVC untuk pembuatan sekat kanal. Pipa PVC diajukan karena selama ini pembuatan sekat kanal banyak menggunakan material kayu. “Karena kita tak ingin memotong pohon lagi,” ucapnya.
Dia menyebut penggunaan pipa PVC sebagai sekat kanal bisa dilakukan secara multilayer menggunakan vegetasi yang ada.
(jon)
Lihat Juga :
tulis komentar anda