Hebat! Koperasi Indonesia Buat Aplikasi Video Conference Seperti Zoom
Kamis, 15 Oktober 2020 - 18:30 WIB
JAKARTA - Koperasi Satelit Desa Indonesia (KSDI) meluncurkan aplikasi konferensi video bernama Temon.id. Aplikasi tersebut bertujuan untuk mempermudah masyarakat melakukan pertemuan secara virtual.
Ketua Dewan Pengawas KSDI, Budiman Sudjatmiko mengatakan, aplikasi TEMu ONline yang disingkat TEMON ini murni buatan dari para anggota koperasi. “Temon adalah sebuah platform meeting yang dibuat teman-teman Koperasi Satelit Desa. Dimana kita bisa melakukan rapat. Ini baru tahapan beta testing," kata Budiman. (Baca juga: UU Cipta Kerja Jadi Tonggak Baru Penguatan Koperasi Syariah)
Budiman juga mengungkapkan yang terlibat dalam pengembangan TEMON.id ini adalah tim developer yang juga anggota KSDI sendiri. "Pimpinannya seorang insinyur IT dari sebuah desa di lereng Gunung Merapi,” kata Budiman saat soft launching aplikasi Temon.id, secara virtual pada Rabu, 14 Oktober 2020. (Baca juga: Budiman Sudjatmiko Tantang Pelajar Indonesia Benahi Desa dengan Teknologi)
Sejauh ini, aktivitas rapat atau temu muka yang dibatasi oleh pandemi, hanya bisa dilayani oleh aplikasi-aplikasi seperti Zoom, Google Meet, Skype, WhatsApp, Cisco Webex, Slack, atau Telkomsel CloudX. Dari sekian banyak aplikasi tersebut, hanya CloudX yang berasal dari dalam negeri, sisanya berasal dari luar negeri. Mereka pun masih punya beberapa keterbatasan. Mulai dari penggunaan yang harus berlangganan seperti Webex. Zoom dan Google Meet yang paling populer saat ini pun punya kelemahan, yakni menggerus kuota penggunanya demi bisa menampilkan gambar yang jernih. (Baca juga: Digitalisasi Kunci Koperasi Tidak Mati Ditelan Pandemi)
Budiman yang juga Founder Inovator 4.0 Indonesia itu memastikan, selain kualitas gambar yang sudah jernih, ke depan fitur-fitur di TEMON akan terus ditambah, dalam rangka penyempurnaannya. Harapanya, aplikasi ini bisa seperti Zoom yang kerap dipakai dalam rapat-rapat virtual, sehingga bisa dipakai oleh masyarakat Indonesia, terutama di desa-desa.
Lantaran berasal dari dalam negeri, data-data dari Temon.id, itu terdesentralisasi alias tidak terpusat dan ada server lokal. Oleh karena itu, tidak ada keraguan bahwa data penggunanya bisa bocor dan disalahgunakan oleh oknum dari luar negeri atau digunakan untuk mencari keuntungan oleh korporasi global. “Ini murni dari teman-teman koperasi, bukan korporasi. Kalau orang luar negeri bisa, Indonesia juga harus bisa,” kata Budiman meyakini.
KSDI yang menjadi pelopor sekaligus tulang punggung terciptanya TEMON ini, menurut Budiman, sudah berdiri sejak Juli lalu, dan sudah memiliki lebih dari 10.000 orang anggota di seluruh Indonesia. Seperti namanya, mayoritas anggota KSDI berasal dari desa dan tesebar di 24 provinsi. Mereka datang dari beragam latar belakang. Seperti pemuda-pemudi desa, pekerja elektro, pegiat dunia, digital, serta orang-orang yang bergelut di ranah teknologi informatika.
Ketua Dewan Pengawas KSDI, Budiman Sudjatmiko mengatakan, aplikasi TEMu ONline yang disingkat TEMON ini murni buatan dari para anggota koperasi. “Temon adalah sebuah platform meeting yang dibuat teman-teman Koperasi Satelit Desa. Dimana kita bisa melakukan rapat. Ini baru tahapan beta testing," kata Budiman. (Baca juga: UU Cipta Kerja Jadi Tonggak Baru Penguatan Koperasi Syariah)
Budiman juga mengungkapkan yang terlibat dalam pengembangan TEMON.id ini adalah tim developer yang juga anggota KSDI sendiri. "Pimpinannya seorang insinyur IT dari sebuah desa di lereng Gunung Merapi,” kata Budiman saat soft launching aplikasi Temon.id, secara virtual pada Rabu, 14 Oktober 2020. (Baca juga: Budiman Sudjatmiko Tantang Pelajar Indonesia Benahi Desa dengan Teknologi)
Sejauh ini, aktivitas rapat atau temu muka yang dibatasi oleh pandemi, hanya bisa dilayani oleh aplikasi-aplikasi seperti Zoom, Google Meet, Skype, WhatsApp, Cisco Webex, Slack, atau Telkomsel CloudX. Dari sekian banyak aplikasi tersebut, hanya CloudX yang berasal dari dalam negeri, sisanya berasal dari luar negeri. Mereka pun masih punya beberapa keterbatasan. Mulai dari penggunaan yang harus berlangganan seperti Webex. Zoom dan Google Meet yang paling populer saat ini pun punya kelemahan, yakni menggerus kuota penggunanya demi bisa menampilkan gambar yang jernih. (Baca juga: Digitalisasi Kunci Koperasi Tidak Mati Ditelan Pandemi)
Budiman yang juga Founder Inovator 4.0 Indonesia itu memastikan, selain kualitas gambar yang sudah jernih, ke depan fitur-fitur di TEMON akan terus ditambah, dalam rangka penyempurnaannya. Harapanya, aplikasi ini bisa seperti Zoom yang kerap dipakai dalam rapat-rapat virtual, sehingga bisa dipakai oleh masyarakat Indonesia, terutama di desa-desa.
Lantaran berasal dari dalam negeri, data-data dari Temon.id, itu terdesentralisasi alias tidak terpusat dan ada server lokal. Oleh karena itu, tidak ada keraguan bahwa data penggunanya bisa bocor dan disalahgunakan oleh oknum dari luar negeri atau digunakan untuk mencari keuntungan oleh korporasi global. “Ini murni dari teman-teman koperasi, bukan korporasi. Kalau orang luar negeri bisa, Indonesia juga harus bisa,” kata Budiman meyakini.
KSDI yang menjadi pelopor sekaligus tulang punggung terciptanya TEMON ini, menurut Budiman, sudah berdiri sejak Juli lalu, dan sudah memiliki lebih dari 10.000 orang anggota di seluruh Indonesia. Seperti namanya, mayoritas anggota KSDI berasal dari desa dan tesebar di 24 provinsi. Mereka datang dari beragam latar belakang. Seperti pemuda-pemudi desa, pekerja elektro, pegiat dunia, digital, serta orang-orang yang bergelut di ranah teknologi informatika.
(cip)
tulis komentar anda