Budayakan Pakai Masker untuk Redam Penyebaran Covid-19

Kamis, 15 Oktober 2020 - 06:35 WIB
Gerakan yang dia komandoi ini memprioritaskan sosialisasi pada kluster yang rentan, terutama area populasi padat, mobilitas dan interaksinya antarmanusia yang tinggi seperti pasar rakyat, pesantren, daerah wisata, dan transportasi umum. Ada sepuluh kota terbesar yang menjadi lokasi kampanye, mulai dari Jabodetabek, Surabaya, Medan, Bandung, Makassar, Semarang, Palembang, Padang, Batam, dan Bandar Lampung. (Baca juga: Marc Marquez Tetap Absen di GP Aragon)

“Di pasar rakyat, penyuluhan sudah mencapai 9.200 pasar dengan jumlah lebih dari 7 juta pedagang. Selain itu, di pesantren sudah mencapai 65 pesantren dengan lebih dari 91.000 santri dan 3.361 guru, termasuk kiai,” terangnya.

Sigit memahami ada banyak jenis masker saat ini. Namun, satu di antaranya tidak dianjurkan pemerintah untuk digunakan adalah jenis masker scuba. Lantaran tak ingin memicu kontroversial, bagi Sigit, yang terpenting adalah masyarakat minimal membiasakan diri menggunakan masker. “Sekarang adalah pakai masker dulu. Nanti kita akan menyesuaikan dan mulai edukasi,” tandasnya.

Dia juga mengungkapkan, tidak semua orang juga bisa memiliki masker, khususnya kalangan masyarakat yang ekonominya rendah. Untuk itu, produksi masker harus ditingkatkan agar harganya kian terjangkau. “Mau harga mahal atau lebih murah, yang penting pakai masker dan gunakan dengan cara benar,” tandasnya.

Saat ini GPM terus melakukan kampanye atau sosialisasi wajib masker ke berbagai wilayah dan tempat. Cara penyampaian juga harus menyesuaikan dengan pemahaman orang. Misalnya, sosialisasi di pesantren akan berbeda dengan cara kampanye di pasar tradisional. (Baca juga: Bebas Bayar Royalty, Omnibus Law Bikin Pengusaha Batu Bara Happy)

“Kalau di pesantren biasanya kita bilang itu perintah dari kiai. Kalau di pasar, kita menyadarkan pedagang atau pembeli dan bekerja sama asosiasi pengelola pasar (Asprindo),” jelasnya.

Di pasar selama ini diketahui banyak pedagang tidak menyadari pentingnya memakai masker . Padahal, jika ada satu pedagang positif, maka pasar akan ditutup. “Intinya, kita fokus saja bagaimana mengubah perilaku masyarakat dari tidak pakai masker menjadi pakai masker. Sekarang ini vaksin yang sudah tersedia adalah masker,” tukasnya.

Di Bawah Rata-Rata Dunia

Ketua Bidang Data dan Teknologi Informasi Satgas Penanganan Covid-19 Dewi Nur Aisyah mengungkapkan, secara nasional persentase kasus aktif Covid-19 di Indonesia lebih rendah dibanding rata-rata dunia.

Menurut Dewi, secara persentase dari jumlah kasus orang yang terkena Covid-19 dibagi dengan jumlah orang yang sembuh juga terus mengalami penurunan. Kasus aktif di Indonesia berada di angka 19,17%, sementara persentase dunia mencapai 22,08%.

“Sebetulnya secara proporsi (kasus aktif) terus mengalami penurunan ya. Artinya, ada jumlah orang yang sedang sakit dibagi dengan jumlah orang yang terinfeksi per 14 Oktober ini 19,17%,” ungkap Dewi dalam diskusi “Covid-19 Dalam Angka” di Media Center Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Graha BNPB, Jakarta, kemarin. (Lihat videonya: Sejumlah Aktivis dan Petinggi KAMI Ditangkap Polisi)

Meski rata-rata kasus aktif secara nasional berada di bawah rata-rata dunia, namun jumlah rata-rata kasus aktif Covid-19 di sejumlah kabupaten dan kota di Indonesia justru sebaliknya. Dewi menyebut, ada 49,03% atau sekitar 252 dari 514 kabupaten/kota memiliki kasus aktif Covid-19 di atas rata-rata dunia.

Sisanya, 248 kabupaten/kota atau sekitar 48,25 % kasus aktifnya di bawah rata-rata dunia, bahkan 14 lainnya tidak tercatat ada kasus aktif Covid-19. “Ada 14 kabupaten dan kota tidak tercatat kasus atau tidak ada kasus aktifnya. Tentu kasus aktifnya nol di sana,” jelas Dewi. (Binti Mufarida/Faorick Pakpahan)
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More